KABARBURSA.COM - Setelah mencatat reli tajam dalam beberapa pekan terakhir, saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) mulai menunjukkan gejala koreksi wajar. Saham yang sempat melonjak ke atas level Rp550 ini kini bergerak di kisaran Rp484 pada perdagangan harian, Selasa, 15 Juli 2025.
Koreksi yang terjadi saat ini dinilai masih dalam batas normal. Volume perdagangan yang menyusut menjadi sinyal bahwa tekanan jual bukan berasal dari aksi distribusi besar-besaran, melainkan murni aksi ambil untung (profit-taking) setelah kenaikan signifikan. Dengan kata lain, minat pasar terhadap saham ini belum benar-benar mereda.
Secara teknikal, harga NICE tengah menguji area support minor di kisaran Rp460–Rp470, yang bertepatan dengan level Fibonacci retracement 38,2 persen. Level ini dianggap cukup krusial. Jika mampu bertahan, area tersebut bisa menjadi pijakan kuat untuk kembali naik.
Di sisi lain, investor juga disarankan mencermati level Rp510–Rp520 sebagai titik konfirmasi breakout. Jika harga menembus level itu dengan volume yang mendukung, potensi penguatan lanjutan ke Rp528 hingga Rp570 terbuka lebar.
Namun, seperti biasa dalam perdagangan saham, risiko tetap harus dikelola secara disiplin. Level Rp448 dan Rp434 menjadi ambang batas risiko (stop loss) yang direkomendasikan dalam strategi jangka pendek.
Yang menarik, koreksi harga saham NICE ini terjadi di tengah kabar positif dari sisi korporasi. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), anak usaha dari grup energi asal Thailand, Banpu, telah mengakuisisi 9 persen saham NICE.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya diversifikasi bisnis ITMG ke sektor nikel, sekaligus memperkuat peta jalan Banpu Group menuju transformasi energi hijau.
Masuknya ITMG ke dalam struktur pemegang saham NICE memberi sinyal kepercayaan terhadap prospek jangka panjang perusahaan tambang nikel tersebut. Selain mempertebal nilai strategis NICE di mata investor institusi, akuisisi ini juga memberi harapan akan sinergi bisnis yang lebih besar ke depan.
Melihat kombinasi faktor teknikal dan fundamental, saham NICE kini menjadi sorotan banyak pelaku pasar. Meski koreksi masih berlangsung, tren jangka menengah tetap dianggap positif, terutama jika dukungan akumulasi investor besar terus berlanjut.
Tetap perlu dicatat bahwa semua strategi investasi harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Rencana beli, target harga, dan batas rugi harus dijalankan dengan konsisten. Sebab, dalam pasar yang bergerak cepat, disiplin adalah kunci menjaga portofolio tetap sehat.
Pola Musiman Juli: Peluang atau Sekadar Kebetulan?
Seiring dengan koreksi teknikal yang tengah berlangsung pada saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE), muncul pertanyaan klasik dari kalangan investor ritel, apakah saat ini waktu yang tepat untuk masuk?
Salah satu pendekatan yang digunakan oleh pelaku pasar untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan melihat pola musiman atau seasonality, yakni kecenderungan saham bergerak naik atau turun pada bulan-bulan tertentu berdasarkan catatan historis.
Bila menengok ke belakang, khususnya dalam tiga tahun terakhir, kinerja saham NICE pada bulan Juli tampak menarik. Tahun ini, NICE tercatat menguat 9,49 persen di bulan Juli.
Tahun lalu bahkan lebih impresif, lonjakan harga mencapai 42,86 persen. Secara nominal, Juli menjadi salah satu bulan terbaik bagi saham ini, khususnya di paruh kedua tahun.
Namun, data tidak selalu bicara dalam satu suara. Peluang naik atau up probability saham NICE di bulan Juli hanya tercatat sebesar 50 persen. Artinya, dalam hitungan statistik murni, kemungkinan harga naik atau turun sama besar.
Tapi yang membedakan, ketika harga naik kenaikannya cenderung agresif. Ini bisa dilihat dari catatan dua tahun terakhir, di mana penguatan harga tidak hanya konsisten, tapi juga signifikan.
Dari sisi teknikal, saham NICE memang tengah terkoreksi setelah sempat reli menembus Rp550. Koreksi ini, jika dilihat dari volume yang mengecil, bukan disebabkan distribusi besar-besaran, melainkan lebih kepada aksi ambil untung.
Saat ini, harga berkonsolidasi di kisaran Rp480-an, dekat dengan support minor. Ini membuat investor mulai membidik dua pendekatan, yaitu buy on weakness di kisaran Rp460–470 atau buy on breakout jika harga menembus kembali level Rp510–520.
Bagi investor yang mempertimbangkan masuk ke saham NICE, bulan Juli bisa dibilang memiliki rekam jejak yang cukup menjanjikan.
Tapi seperti biasa, keputusan terbaik tetap datang dari kombinasi analisis yang utuh, bukan hanya dari angka historis, tapi juga dari pemahaman terhadap risiko dan arah cerita bisnis perusahaan itu sendiri.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.