KABARBURSA.COM – Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) kembali menarik perhatian pasar seiring dengan penguatan tren harga dalam jangka menengah.
Berdasarkan analisis yang dirilis oleh Sukarno Alatas, Equity Research dari Kiwoom Research, Jumat, 16 Mei 2025, saham emiten energi baru terbarukan (EBT) ini dinilai masih memiliki ruang kenaikan menuju area resistance di kisaran 1.335 hingga 1.350.
Dukungan teknikal tersebut diperkuat oleh indikator harga yang telah menunjukkan arah positif, dengan level support terdekat berada di kisaran 1.185 hingga 1.200.
Secara valuasi, posisi PGEO menunjukkan kombinasi yang menarik antara persepsi pasar terhadap nilai aset dan pendapatan perusahaan. Price to book value (PBV) PGEO tercatat sedikit di atas median industri, yang mencerminkan adanya persepsi premium dari pasar terhadap nilai buku perusahaan ini.
Namun di sisi lain, price to earnings ratio (P/E) PGEO berada di bawah median industri. Kondisi ini mengindikasikan bahwa secara relatif terhadap laba bersih yang dihasilkan, saham PGEO masih tergolong undervalued.
Dalam hal profitabilitas, kinerja PGEO mencerminkan efisiensi yang tinggi. Net profit margin (NPM) perusahaan berada di level 39,42 persen, jauh di atas rata-rata industri yang sebesar 15 persen. Ini menandakan bahwa dari setiap rupiah pendapatan, PGEO mampu mempertahankan porsi laba yang lebih besar dibandingkan pesaingnya di sektor energi.
Return on assets (ROA) juga tercatat mencapai 5,38 persen, melampaui median industri di angka 3,37 persen, yang menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba.
Sementara itu, return on equity (ROE) PGEO tercatat sebesar 8,06 persen, sejajar dengan median industri. Hal ini mencerminkan efisiensi penggunaan ekuitas yang stabil, di mana modal yang dimiliki mampu memberikan hasil pengembalian sesuai standar sektor.
Secara keseluruhan, metrik profitabilitas PGEO menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang kuat, dengan struktur biaya dan pendapatan yang efisien serta utilisasi aset yang optimal.
Dalam catatannya, Sukarno Alatas menyampaikan bahwa PGEO menunjukkan performa yang jauh lebih unggul dibandingkan rata-rata industri, terutama dari sisi efisiensi operasional dan skala profitabilitas.
“Valuasinya masih menarik, margin-nya jauh di atas rata-rata, dan efisiensinya tampak dari rasio-rasio kinerja yang sangat sehat,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa prospek jangka panjang PGEO masih sangat positif, terutama dalam konteks rencana besar pemerintah untuk pengembangan energi baru terbarukan.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) sebesar 75 Gigawatt hingga tahun 2040. Target ini membuka peluang ekspansi yang luas bagi PGEO sebagai salah satu pelaku utama di sektor pembangkit panas bumi.
Dukungan kebijakan dan peningkatan kebutuhan energi bersih di dalam negeri menjadi katalis penting bagi keberlanjutan bisnis perusahaan.
Dari perspektif pasar modal, reaksi investor terhadap saham PGEO tercermin dalam tren harga yang kembali menguat. Secara teknikal, kondisi ini mencerminkan adanya keyakinan pelaku pasar terhadap prospek emiten ini di tengah sentimen positif terhadap transisi energi.
Secara keseluruhan, kombinasi antara valuasi yang masih menarik, efisiensi operasional yang unggul, serta dukungan makro dari kebijakan pemerintah menjadikan saham PGEO sebagai salah satu aset yang mencerminkan potensi pertumbuhan berkelanjutan di sektor energi bersih.
Meskipun tantangan sektor masih ada, performa fundamental dan peluang ekspansi memberikan pijakan kuat bagi proyeksi jangka menengah hingga panjang saham ini.
Kinerja Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Kuartal I 2025 Menunjukkan Penurunan
Kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk pada kuartal I 2025 menunjukkan penurunan dari sisi pendapatan dan laba bersih. Pada periode tersebut, PGEO mencatatkan pendapatan sebesar USD101,51 juta, atau turun 1,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi bawah, laba bersih PGEO tercatat sebesar USD31,37 juta, mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 33,97 persen secara year on year. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor teknis dan beban operasional yang meningkat pada awal tahun.
Namun demikian, analis pasar modal Wahyu Tri Laksono memproyeksikan bahwa kinerja PGEO berpeluang membaik pada kuartal II 2025, terutama jika perusahaan mampu menyelesaikan proyek-proyek pengembangan atau optimasi tepat waktu.
“Jika PGEO berhasil menyelesaikan proyek-proyek pengembangan atau optimasi yang sedang berjalan sesuai jadwal, maka ada potensi peningkatan volume produksi listrik dari pembangkit geothermal mereka,” kata Wahyu kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Jumat, 16 Mei 2025.
Ia menyebut peningkatan kapasitas produksi sebagai pendorong utama pertumbuhan pendapatan dalam jangka pendek.
Dukungan terhadap PGEO juga datang dari arah kebijakan pemerintah. Menurut Wahyu, pemerintah saat ini tengah mendorong penuh realisasi target energi baru terbarukan (EBT), dan PGEO menjadi salah satu pelaku utama di sektor tersebut.
“Perkembangan positif dalam industri energi terbarukan secara umum, baik di tingkat nasional maupun global, dapat memberikan sentimen positif bagi PGEO,” ujarnya.
Lebih jauh, Wahyu menambahkan bahwa gerilya PGEO dalam sektor EBT akan semakin relevan di masa depan, mengingat meningkatnya kebutuhan energi bersih dan target emisi nol bersih (net-zero emissions) yang telah ditetapkan oleh banyak negara.
“Masyarakat dan investor semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari energi fosil, mendorong permintaan akan sumber energi yang lebih bersih,” jelasnya.
Indonesia, dengan potensi energi terbarukan yang melimpah seperti geothermal, surya, angin, dan hidro, memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin di kawasan ini.
Salah satu katalis lain yang turut diperhitungkan adalah meningkatnya kesadaran investor terhadap isu Environmental, Social, and Governance (ESG). Menurut Wahyu, meningkatnya perhatian terhadap ESG akan menjadi pendorong tambahan minat terhadap saham-saham energi terbarukan seperti PGEO.
“Hal ini dapat meningkatkan minat pada saham-saham perusahaan energi terbarukan seperti PGEO, yang pada gilirannya dapat mendukung kinerja perusahaan secara keseluruhan,” tuturnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.