Logo
>

Saham Plat Merah Tumbuh Sepekan, Analis: Not Rated

Ditulis oleh KabarBursa.com
Saham Plat Merah Tumbuh Sepekan, Analis: Not Rated

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami lonjakan harga saham dalam beberapa hari terakhir. Sebut saja PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), mengacu pada data perdagangan Stockbit dalam seminggu terakhir perseroan mencatat peningkatan harga saham hingga 62.79 persen dari harga Rp120 menjadi Rp210 per lembar saham.

    Sementara PT PP (Persero) Tbk (PTPP), berdasarkan catatan perdagangan Stockbit seminggu terakhir mengalami peningkatan hingga 27.39 persen dari harga Rp120 menjadi Rp210 per lembar saham.

    Sedangkan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), mencatat peningkatan dalam seminggu terakhir hingga 18.18 persen dari harga Rp220 hingga Rp260 per lembar saham. Lantas, apakah pergerakan harga saham cukup mendongkrak minat investor?

    Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, tidak menyarankan investasi saham dari emiten berplat merah. Menurutnya, saham BUMN masih berkutat pada negative cash flow.

    “Not rated ya untuk emiten BUMN. Tetap, masih berkutat pada negative cash flow,” kata Nafan kepada Kabar Bursa, Selasa, 9 Juli 2024.

    Nafan menilai, Pernyertaan Modal Negara (PMN) yang dilakukan emiten BUMN hanya menunjang penyelesaian kontrak proyek strategis nasional yang masing-masing dipegang oleh perusahan tersebut.

    “Ditambah lagi, penyertaan modal negara (PMN) tersebut penting untuk menunjang kelancaran emiten konstruksi untuk penyelesaian proyek strategis nasional,” jelasnya.

    Suntikan Dana untuk WIKA, PTPP, dan ADHI

    Diketahui, WIKA mengusulkan PMN 2025 sebesar Rp2 triliun untuk menunjang penguatan kerja. Adapun PMN yang diusulkan dialokasikan untuk menambah modal dalam proyek strategis nasional (PSN) yang tengah berjalan dan kontrak baru di tahun mendatang.

    Dana ini diperlukan untuk menyelesaikan delapan proyek strategis, termasuk pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN). Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menjelaskan bahwa tambahan PMN ini akan digunakan sebagai modal kerja untuk menyelesaikan proyek-proyek strategis yang telah direncanakan.

    “Permohonan PMN ini akan digunakan sebagai tambahan modal kerja untuk proyek-proyek strategis yang harus selesai pada 2025,” ujar Agung di Kompleks DPR RI, Jakarta Pusat, Senin, 8 Juli 2024.

    Salah satu proyek utama adalah pembangunan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 di Banten, dengan nilai proyek mencapai Rp5,5 triliun dan alokasi PMN sebesar Rp600 miliar. Proyek lainnya termasuk pembangunan Jalan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di kawasan pertahanan dan keamanan (Hankam) di IKN, dengan nilai proyek Rp1,3 triliun dan alokasi PMN Rp100 miliar.

    Sementara PTPP, mengusulkan PNM tahun anggaran 2025 sebesar Rp1,56 triliun. Adapun PNM itu diusulkan untuk menunjang pembanguna dua PSN, yakni Kawasan Industri Grand Rebana Tahap 1 dengan alokasi Rp1 triliun dan Pembangunan total Yogyakarta-Bawean sebesar Rp563 miliar.

    Begitu juga dengan ADHI yang mengajuka PMN senilai Rp2,09 triliun di tahun 2025 untuk menyelesaikan dua tol yang berstatus PSN dalam pembangunan tol Jogja-Bawen dan pembangunan Solo-Jogja.

    Sebelumnya, Nafan memprediksi, emiten-emiten di sektor konstruksi akan dipengaruhi sentimen positif maupun negatif dari pembangunan IKN. Jika sentimen negatif yang muncul dari pembangunan IKN, akan berpengaruh pada demand dan kinerja emiten konstruksi.

    “Tentunya emiten berbasis konstruksi juga mengalami pernurunan demand sehingga ini nanti akan mempengaruhi kinerja perputaran sahamnya,” ungkap Nafan kepada Kabar Bursa beberapa waktu lalu.

    Khusus untuk emiten PT PP, Nafan menilai komitmen menjaga perolehan kontrak akan melahirkan dampak positif terhadap kinerja fundamental yang berkelanjutan. Hal itu sudah cukup terbukti dengan pertumbuhan top line dan bottom line di kuartal I/2024.

    “Terlepas dari itu, secara (umum) pergerakan harga sahamnya masih down trend. Jadi ini semua trend-nya akan ditentukan oleh euforia IKN ya, sejauh mana bisa memberikan sentiment positif terhadap pergerakan harga saham (emiten konstruksi),” tutupnya.

    Nafan menuturkan, PT PP di kuartal satu berhasil mencatat kinerja fundamentalnya dengan peningkatan performa, baik pertumbuhan di top line maupun di bottom line. Menurutnya, hal itu menandakan kembalinya atau rebound-nya pergerakan saham PT PP. Bahkan, rebound serupa juga dialami emiten properti lainnya, seperti WIKA dan Adhi.

    “Secara teknis, terlepas masih down trend, tapi paling tidak mereka mengalami technical rebound,” jelasnya.

    Kinerja WIKA, PTPP dan ADHI

    Berikut analisis singkat kinerja terkini PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI):

    Harga Saham:

    • WIKA: Mengalami kenaikan 26,24 persen dalam sepekan terakhir, dari Rp 148 per saham pada 4 Juli menjadi Rp 178 per saham pada 9 Juli.
    • PTPP: Mengalami kenaikan 13,86 persen dalam sepekan terakhir, dari Rp 334 per saham pada 4 Juli menjadi Rp 378 per saham pada 9 Juli.
    • ADHI: Mengalami kenaikan 13,51 persen dalam sepekan terakhir, dari Rp 232 per saham pada 4 Juli menjadi Rp 252 per saham pada 9 Juli.

    Kinerja Keuangan:

    • WIKA: Rugi bersih WIKA meningkat signifikan pada tahun 2023, mencapai Rp 7,12 triliun. Hal ini disebabkan oleh beberapa proyek mangkrak dan proyek tol yang masih belum menghasilkan keuntungan.
    • PTPP: PTPP berhasil mencetak laba bersih Rp 481 miliar pada tahun 2023, naik 70 persen dibandingkan tahun 2022. Kinerja positif ini ditopang oleh penyelesaian proyek infrastruktur dan properti.
    • ADHI: ADHI juga mencatatkan laba bersih yang positif pada tahun 2023, yaitu Rp 23,53 miliar, tumbuh 11,94 persen dibandingkan tahun 2022. Kinerja ini didorong oleh proyek-proyek konstruksi seperti jalan tol dan bandara.

    Kontrak Baru:

    • WIKA: Hingga April 2024, WIKA telah memperoleh kontrak baru senilai Rp 5,5 triliun.
    • PTPP: PTPP menargetkan perolehan kontrak baru senilai Rp 30 triliun pada tahun 2024.
    • ADHI: ADHI menargetkan perolehan kontrak baru senilai Rp 29 triliun pada tahun 2024.

    Prospek:

    • WIKA: Analis memprediksi kinerja WIKA akan membaik di tahun 2024 seiring dengan penyelesaian proyek-proyek mangkrak dan fokus pada proyek-proyek yang menguntungkan.
    • PTPP: PTPP diprediksi akan melanjutkan tren pertumbuhan laba bersih di tahun 2024 dengan fokus pada proyek infrastruktur dan properti.
    • ADHI: ADHI diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang moderat di tahun 2024 dengan fokus pada proyek-proyek konstruksi seperti jalan tol dan bandara. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi