KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan dalam zona positif untuk hari keempat berturut-turut pada awal Juli 2024. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melonjak 1,08 persen ke level 7.139,62 pada penutupan Senin 1 Juli 2024 kemarin.
Selama sesi perdagangan, IHSG bergerak stabil di zona hijau, dengan rentang harga antara 7.075 dan 7.139. Volume perdagangan saham total di BEI mencapai 14,75 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 14,14 triliun pada hari Senin 1 Juli 2024.
Net buy asing IHSG pada tahun 2024 mencatatkan lonjakan signifikan, menunjukkan minat investor asing yang kuat terhadap pasar saham Indonesia. Dalam periode ini, investor asing telah mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 500,19 miliar dalam satu minggu terakhir.
Dari total saham yang diperdagangkan, 321 saham mengalami kenaikan harga, 233 saham mengalami penurunan, dan 241 saham stagnan tanpa perubahan harga.
Investor asing mencatatkan aktivitas net buy sebesar Rp 185,29 miliar di seluruh pasar. Dalam satu minggu terakhir, kumulatif net buy asing mencapai Rp 500,19 miliar di pasar saham Indonesia.
Berikut adalah 10 saham dengan aktivitas net buy terbesar oleh investor asing pada hari Senin 1 Juli 2024:
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian bersih Rp 129,17 miliar.
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai pembelian bersih Rp 115,33 miliar.
- PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan nilai pembelian bersih Rp 80,14 miliar.
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan nilai pembelian bersih Rp 78,03 miliar.
- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan nilai pembelian bersih Rp 33,27 miliar.
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai pembelian bersih Rp 25,76 miliar.
- PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dengan nilai pembelian bersih Rp 16,95 miliar.
- PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADRO) dengan nilai pembelian bersih Rp 15,71 miliar.
- PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dengan nilai pembelian bersih Rp 15,14 miliar.
- PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan nilai pembelian bersih Rp 15,01 miliar.
Kinerja BBCA
Kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada tahun ini menunjukkan performa yang solid dan stabil. Bank ini telah menarik minat investor dengan pencatatan pembelian bersih yang kuat di pasar saham. Hal ini mencerminkan kepercayaan yang tinggi terhadap strategi bisnis dan manajemen risiko yang diimplementasikan oleh BCA.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengumumkan hasil keuangan yang mengesankan. Bank terbesar di Indonesia melaporkan pendapatan yang meningkat 12 persen secara tahunan dan naik 5 persen secara kuartal per kuartal (QoQ) pada kuartal I 2024, mencapai Rp12,9 triliun. Kinerja ini sejalan dengan prediksi PT Ciptadana Sekuritas Asia dan konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan 24 persen sepanjang tahun 2024.
Menurut riset dari Ciptadana Sekuritas, BBCA, yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), mencatatkan margin bunga bersih (NIM) sebesar 6,5 persen pada kuartal I 2024, mengalami kenaikan 10 basis poin dari kuartal sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh biaya dana (CoF) yang lebih rendah, dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) mencapai 73 persen di kuartal I 2024, naik dari 71 persen di kuartal IV 2023. Hal ini mengakibatkan pendapatan bunga bersih (NII) BBCA naik 3 persen secara kuartal per kuartal pada kuartal I 2024.
Bank yang merupakan bagian dari Grup Djarum ini berhasil mengurangi biaya operasional sebesar 10 persen secara kuartal per kuartal pada triwulan I 2024, yang berkontribusi pada kenaikan dua digit 11 persen dalam laba operasional pra-pencadangan (PPOP).
Ini adalah pertumbuhan PPOP BBCA yang terkuat dalam 4 tahun terakhir, yang menghasilkan pertumbuhan laba sebesar 5 persen, terutama didukung oleh normalisasi biaya pencadangan. Secara tahunan, biaya provisi BBCA terus membaik dengan penurunan 30 persen secara tahunan, sementara biaya operasional hanya tumbuh 1 persen.
Kinerja BMRI
Soal saham BMRI, T. Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas menekankan bahwa analisis teknikal yang cermat diperlukan untuk mengidentifikasi momentum yang tepat dalam melakukan transaksi saham. Dengan adanya sinyal-sinyal seperti deadcross pada MACD dan Stochastic, investor dapat mengambil keputusan yang lebih terinformasi dalam mengelola portofolio investasi mereka.
“Pergerakan harga saham BMRI saat ini menunjukkan adanya potensi untuk melanjutkan koreksi, namun investor juga perlu mempertimbangkan level-level support dan resistance yang krusial dalam menentukan strategi perdagangan mereka,” tambah Herditya.
Secara keseluruhan, kondisi pasar saham Indonesia pada tahun 2024 menunjukkan dinamika yang signifikan, di mana pemahaman yang baik tentang faktor-faktor teknikal dan fundamental sangat penting untuk meraih keberhasilan dalam investasi saham jangka panjang. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.