KABARBURSA.COM - Saham-saham dari beberapa sektor dinilai masih layak dicermati di tengah perang dagang global yang tengah berkecamuk.
Analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, beberapa saham masih menarik untuk dikoleksi, baik untuk jangka pendek maupun hingga akhir tahun.
Hendra menyebut, emiten seperti INDY dan BUMI berpotensi diuntungkan dari Peraturan Pemerintah No. 18 dan 19 Tahun 2025 mengenai penyesuaian tarif royalti mineral dan batu bara (minerba) untuk pemegang IUPK.
Dia memperkirakan emiten batu bara bakal ini bakal mendapat angin segar dari regulasi royalti baru dan ketahanan permintaan domestik, terutama untuk energi PLN dan ekspor ke Asia Selatan.
"Saham INDY menarik dikoleksi dengan target Rp1.400," ujar dia kepada KabarBursa.com, Senin, 21 April 2025.
Selain itu, Hendra juga merekomendasikan saham ANTM yang bisa menjadi opsi spekulatif dengan target Rp2.100. Hal ini tidak lepas dari kondisi mengingat ATH-nya harga emas.
Di sisi lain, saham media seperti EMTK dan SCMA juga mencuri perhatian dengan katalis digitalisasi konten dan transformasi bisnis, masing-masing dengan target harga Rp585 dan Rp220.
Adapun di sektor properti kemungkinan mulai bangkit pasca transisi politik dan pembukaan kembali anggaran Ibu Kota Nusantara (IKN) .
Dia menilai saham-saham seperti CTRA, BSDE, dan SMRA menjadi incaran investor seiring ekspektasi dukungan pembiayaan KPR, insentif perpajakan, dan peningkatan kebutuhan hunian di area penyangga IKN dan kota-kota besar.
"Dengan demikian, di tengah tantangan global, peluang tetap terbuka lebar bagi investor yang selektif dan berbasis analisis fundamental kuat," tandasnya.
IHSG Ditargetkan Tembus ke Level 6.700 Hingga Kuartal II
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditargetkan menembus level 6.700 hingga akhir kuartal II 2025. Namun, angka ini dapat tercapai jika indeks memiliki beberapa sentimen pendorong.
Hendra mengatakan secara teknikal IHSG masih dalam fase downtrend. Tetapi untuk jangka pendek indeks berpeluang rebound dengan menguji resistance di level 6.497.
"Jika level ini mampu ditembus disertai perbaikan sentimen global dan kebijakan domestik yang akomodatif, maka target selanjutnya berada di kisaran 6.700 hingga akhir kuartal II 2025," katanya.
Untuk paruh kedua tahun ini, kata Hendra, arah IHSG akan sangat ditentukan oleh kepastian kabinet pemerintahan baru Prabowo-Gibran, seperti kejelasan kebijakan fiskal 2025, serta stabilitas eksternal dari perundingan dagang internasional dan kebijakan moneter global.
Di samping itu, dia memandang prospek pasar modal Indonesia tahun ini masih tergolong menjanjikan, meski diwarnai dinamika global yang cukup menantang.
"Tekanan geopolitik seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) - China, kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump terhadap Indonesia, serta kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung ketat hingga akhir tahun menjadi sentimen utama yang membayangi pasar," jelasnya.
Kendati demikian, lanjut Hendra, respons cepat pemerintah Indonesia dalam menegosiasikan tarif perdagangan bilateral dengan AS dalam waktu 60 hari mencerminkan keseriusan menjaga akses ekspor nasional tetap kompetitif.
Menurut dia, hal tersebut menjadi katalis positif bagi pelaku pasar, khususnya pada sektor padat karya seperti tekstil, furniture, hingga perikanan.
"Di sisi lain, potensi tercapainya kesepakatan dagang AS-China juga membuka ruang bagi perbaikan sentimen global, termasuk terhadap aliran modal asing ke emerging market seperti Indonesia," tandasnya.
Dari sisi domestik, kabar terbaru terkait proyek IKN juga menjadi dorongan sentimen positif setelah pemerintah dan DPR RI sepakat mencabut blokir anggaran proyek IKN, yang sebelumnya dikenakan akibat program efisiensi belanja negara.
Hendra bilang, langkah tersebut langsung disambut antusias oleh beberapa emiten seperti BUMN Karya seperti PT PP (PTPP) dan PT Wijaya Karya (WIKA).
"PTPP, misalnya, tercatat telah mengerjakan 19 proyek di IKN dengan nilai total Rp14,31 triliun, termasuk proyek besar seperti Istana Presiden dan Jalan Tol Segmen 3B. Sementara itu, WIKA mencatat kontrak baru senilai Rp2,16 triliun di kuartal I 2025 dari sektor industri pendukung konstruksi," ungkapnya.
Meski begitu, Hendra mengimbau kepada investor untuk tetap waspada karena tekanan fundamental masih menghantui BUMN Karya, terutama WIKA dan WSKT yang menghadapi beban bunga tinggi dan risiko gagal bayar.
"Solusi yang disarankan meliputi restrukturisasi utang, efisiensi biaya, dan penjualan aset non-produktif," pungkasnya.
Adapun, IHSG dibuka menguat pada awal perdagangan Senin, 21 April 2025, naik sebesar 15,55 poin atau setara 0,24 persen ke level 6.453,82 pada perdagangan sesi I pagi ini.
Sepanjang sesi pagi, indeks bergerak stabil di rentang 6.438,27 hingga 6.458,86, mencerminkan respons positif investor terhadap stabilitas global serta ekspektasi kebijakan moneter domestik yang tetap akomodatif. Volume transaksi tercatat sebanyak 2,57 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp165,97 miliar dari 25.960 kali transaksi.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.