KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG lagi ngos-ngosan, tapi bukan berarti semua saham ikut melempem. Di tengah koreksi indeks yang merosot lebih dari seratus poin, sejumlah emiten justru mencuri panggung dengan lonjakan harga yang tajam. Namun, di sisi lain, tak sedikit saham yang terjungkal parah jadi korban aksi jual massal. Siapa yang paling bersinar dan siapa yang paling terkapar?
IHSG menutup perdagangan Senin, 2 Juni 2025, dengan pelemahan tajam sebesar 1,54 persen dan mendarat di level 7.065,07. Koreksi ini terjadi di tengah tekanan dari saham-saham bank besar dan sentimen eksternal seperti ketegangan dagang AS–China. Namun, suasana kelabu itu tak sepenuhnya merata di seluruh papan bursa.
Di antara saham-saham yang tetap bersinar terang, RMKO (PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk) tampil sebagai jawara hari itu. Berdasarkan data Stockbit, saham ini melesat 34,41 persen ke harga penutupan Rp125. Disusul oleh BAJA (PT Saranacentral Bajatama Tbk) yang terbang 32,43 persen ke level Rp147. Kedua saham ini tampak diborong investor ritel dengan volume jumbo.
Tak ketinggalan, saham tambang PSAB (J Resources Asia Pasifik Tbk) juga ikut bersinar, naik 25 persen ke level Rp390. Lonjakan ini terjadi di tengah optimisme pasar atas rebound harga emas dunia yang kembali jadi pelarian di tengah ketidakpastian global.
Saham farmasi pun tak ketinggalan ikut mencuat. KAEF (Kimia Farma Tbk) dan PEHA (Phapros Tbk) masing-masing melambung 22 persen lebih yang menandai kembali menguatnya sektor kesehatan karena terdorong isu merebaknya kembali Covid-19. Adapun IRRA (Itama Ranoraya Tbk)juga ikut terkerek 19,37 persen dan menjadikannya salah satu bintang di sektor kesehatan.
Sementara itu, dari sektor logistik dan shipping, MBSS (Mitrabahtera Segara Sejati Tbk) menanjak 10,13 persen ke level Rp1.250 karena didorong sentimen penguatan tarif pengangkutan dan prospek distribusi komoditas tambang.
Deretan Saham yang Terkapar
Namun, bukan pasar modal namanya kalau tak ada yang kepleset. Sejumlah saham mencatat koreksi dalam dan masuk daftar saham paling terpuruk hari itu. UNIQ (Ulima Nitra Tbk) ambrol 14,75 persen ke Rp416 dan menjadi top loser pertama hari itu. Disusul oleh IFSH (Ifishdeco Tbk) yang juga longsor 14,66 persen ke level Rp815–kemungkinan dipicu tekanan pada harga nikel global.
Saham lain yang ikut terjerembap adalah GTBO (Garda Tujuh Buana) yang turun 14,41 persen dan INDX (Tanah Laut Tbk) yang merosot 13,98 persen. Tak ketinggalan FAST (Fast Food Indonesia), pemilik waralaba KFC di Indonesia, juga ambruk 12,58 persen ke level Rp264. Tekanan ini terjadi seiring ekspektasi pasar atas pelemahan daya beli dan biaya operasional yang naik.
Saham lainnya seperti UNIC (Unggul Indah Cahaya), TCPI (Transcoal Pacific), hingga MAPB (Map Boga Adiperkasa) dan KOPI (Mitra Energi Persada) juga masuk jajaran saham yang alami koreksi tajam.
Fenomena kemarin cukup bikin kening berkerut. Di saat saham-saham berfundamental kuat justru tertekan mengikuti pelemahan IHSG, yang bersinar malah deretan saham yang jarang masuk radar. Sebut saja RMKO, BAJA, atau IRRA—semuanya bukan nama besar yang biasa dijagokan analis. Tapi entah justru saham-saham itulah yang melesat tajam hingga puluhan persen dalam sehari.
Kondisi ini menyiratkan aksi spekulatif masih mendominasi ruang gerak di bursa. Saham-saham berkapitalisasi kecil dan likuiditas tipis menjadi sasaran pergerakan tajam, entah karena dorongan rumor, euforia sesaat, atau skenario distribusi bertahap.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.