Logo
>

Sama-sama Minim Risiko: Apa Paling Cuan, SBN or Reksa Dana?

Ditulis oleh Yunila Wati
Sama-sama Minim Risiko: Apa Paling Cuan, SBN or Reksa Dana?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Membeli surat berharga negara (SBN) secara langsung atau melalui reksa dana, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Banyak pakar berpendapat bahwa imbal hasil yang diperoleh tidak akan jauh berbeda antara keduanya. Yang perlu menjadi catatan adalah surat utang negara merupakan instrumen pendapatan tetap, sedangkan reksa dana memeperoleh keuntungan dari pertumbuhan capital gain nilai aktiva bersih per unit penyertaannya.

    Jadi, mana yang lebih baik? Sebelum membahas hal tersebut, perlu kita pahami terlebih dulu mengenai apa itu reksa dana dan SBN.

    Reksa dana adalah instrumen investasi yang mengumpulkan dana dari berbagai investor untuk diinvestasikan dalam berbagai aset seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Pengelolaan dana dilakukan oleh manajer investasi yang profesional. Reksa dana memiliki beberapa jenis, yaitu:

    1. Reksa Dana Pasar Uang. Investasi pada instrumen pasar uang seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia, dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Risiko paling rendah, dengan return yang relatif stabil dan cocok untuk tujuan investasi jangka pendek.
    2. Reksa Dana Pendapatan Tetap. Investasi sebagian besar pada obligasi dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Return lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang, dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan reksa dana saham dan cocok untuk tujuan investasi jangka menengah.
    3. Reksa Dana Campuran. Investasi pada kombinasi saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Potensi return dan risiko menengah. Cocok untuk tujuan investasi jangka menengah hingga panjang.
    4. Reksa Dana Saham. Investasi sebagian besar pada saham. Potensi return tertinggi, tetapi dengan risiko paling tinggi. Cocok untuk tujuan investasi jangka panjang.

    Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) adalah instrumen investasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia untuk membiayai anggaran negara, termasuk pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek lainnya. SBN dianggap sebagai investasi yang relatif aman karena dijamin oleh pemerintah. Berikut adalah beberapa jenis SBN dan karakteristiknya:

    • Obligasi Negara:

      • Obligasi Negara Ritel (ORI): Dirancang untuk investor individu, biasanya memiliki kupon tetap yang dibayarkan setiap bulan, jangka waktu biasanya 3 tahun.
      • Obligasi Negara dengan Kupon Tetap (Fixed Rate Bonds). Kupon tetap yang dibayarkan secara berkala, umumnya memiliki jangka waktu lebih panjang, bisa mencapai 5-30 tahun.
      • Obligasi Negara dengan Kupon Mengambang (Floating Rate Bonds). Kupon yang bisa berubah sesuai dengan acuan suku bunga tertentu, biasanya memiliki jangka waktu menengah hingga panjang.

    • Sukuk Negara:

      • Instrumen investasi berbasis syariah.
      • Sukuk Ritel (SR). Dirancang untuk investor individu, memiliki imbal hasil tetap yang dibayarkan secara berkala, jangka waktu biasanya tiga sampai empat tahun.
      • Sukuk Tabungan (ST). Dirancang untuk investor individu, imbal hasil biasanya lebih fleksibel, jangka waktu biasanya 2 tahun.

    • Savings Bond Ritel (SBR):

      • Dirancang untuk investor individu.
      • Memiliki imbal hasil yang bisa berubah mengikuti acuan suku bunga tertentu.
      • Jangka waktu biasanya 2 tahun.
      • Bisa dicairkan sebagian sebelum jatuh tempo (early redemption).

    Lalu. mana yang lebih cuan?

    Pilihan antara reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN) tergantung pada beberapa faktor, termasuk tujuan investasi, profil risiko, dan jangka waktu investasi. Berikut ini adalah beberapa poin perbandingan yang mungkin bisa membantu:

    Reksa Dana

    1. Keuntungan:

      • Diversifikasi: Reksa dana terdiri dari berbagai aset seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang yang membantu mengurangi risiko.
      • Potensi Return: Potensi keuntungan bisa lebih tinggi, terutama jika memilih reksa dana saham atau campuran.
      • Likuiditas: Relatif likuid, bisa dicairkan kapan saja sesuai dengan ketentuan produk reksa dana tersebut.

    2. Risiko:

      • Fluktuasi Pasar: Reksa dana saham dan campuran lebih rentan terhadap fluktuasi pasar.
      • Biaya: Ada biaya manajemen dan biaya lainnya yang bisa mengurangi return.

    Surat Berharga Negara (SBN)

    1. Keuntungan:

      • Keamanan: SBN dijamin oleh pemerintah, sehingga risikonya sangat rendah.
      • Pendapatan Tetap: Bunga atau kupon yang diberikan biasanya tetap dan dibayarkan secara berkala.
      • Manfaat Pajak: Beberapa jenis SBN memiliki manfaat pajak yang lebih rendah dibandingkan instrumen lain.

    2. Risiko:

      • Likuiditas: Kurang likuid dibandingkan reksa dana, karena biasanya ada periode tertentu sebelum bisa dicairkan tanpa penalti.
      • Potensi Return: Potensi keuntungan biasanya lebih rendah dibandingkan reksa dana saham atau campuran.

    Jadi, jika kamu mencari investasi dengan risiko rendah dan pendapatan tetap, SBN bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Tetapi, jika kamu mengincar potensi keuntungan yang lebih tinggi dan siap menghadapi fluktuasi pasar, reksa dana, terutama yang berbasis saham atau campuran, mungkin lebih sesuai.

    Sebelum memutuskan, pertimbangkan juga tujuan keuangan, jangka waktu investasi, dan toleransi risiko kamu. Jika perlu, konsultasikan dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan saran yang lebih sesuai dengan situasi keuangan pribadi kamu.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79