KABARBURSA.COM - Penyelenggaraan World Water Forum (WWF) 2024 di Bali beberapa waktu lalu telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian lokal dan nasional, serta membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menyatakan bahwa forum ini tidak hanya menggerakkan perekonomian di Bali sebagai tuan rumah, tetapi juga berdampak pada aktivitas ekonomi secara nasional.
Sandiaga menjelaskan bahwa penyelenggaraan WWF ke-10 berhasil menaikkan perekonomian nasional dan membuka sekitar 10.479 lowongan pekerjaan.
“Aktivitas perekonomian nasional naik 0,374 persen selama World Water Forum 2024, dengan total penyerapan tenaga kerja mencapai 10.479 orang,” ujar Sandiaga dalam acara The Weekly Brief With Sandi Uno secara daring, Senin, 3 Juni 2024.
Selain itu, WWF 2024 juga memberikan dampak positif bagi pelaku UMKM di sekitar lokasi penyelenggaraan. Penjualan dan omzet pendapatan UMKM meningkat antara 21 hingga 50 persen.
“Forum ini tidak hanya meningkatkan ekonomi, tetapi juga mempromosikan kearifan dan budaya lokal pengelolaan air di kancah internasional,” papar Sandiaga.
Rata-rata lama tinggal para delegasi selama penyelenggaraan WWF adalah delapan hari, dengan delegasi asing rata-rata tinggal 8,7 hari dan delegasi domestik 7,1 hari.
Sedangkan, pengeluaran rata-rata per kunjungan delegasi mencapai Rp38,8 juta atau sekitar USD2.427, berdasarkan survei Kemenparekraf bersama Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa, dan Perdagangan (BRIN). Pengeluaran tertinggi berada di sektor akomodasi, biaya keikutsertaan, makan-minum, dan penerbangan domestik.
Survei terhadap 446 responden menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen responden berencana untuk kembali berkunjung ke Bali dan merekomendasikan Bali sebagai tujuan wisata dan bisnis.
Sandiaga menambahkan, bahwa WWF ke-10 yang berlangsung pada 18-25 Mei 2024 telah mendatangkan sekitar 50.000 wisatawan, dengan total pengeluaran per delegasi sekitar Rp34 juta. Hal ini menghasilkan lebih dari Rp500 miliar belanja langsung bagi ekonomi Bali dan Indonesia.
Sandiaga juga memperkirakan perputaran ekonomi keseluruhan mencapai Rp1,5 triliun, mengingat delegasi kemungkinan tidak datang sendirian dan terdapat perputaran ekonomi dari berbagai sektor.
Selain dampak ekonomi, Sandiaga menyoroti kepemimpinan Indonesia dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. “Kami menghitung bahwa proyek lanjutan dari WWF ini bisa memberikan dampak investasi sekitar Rp120 triliun selama lima hingga sepuluh tahun ke depan," jelasnya.
Survei dari 17-25 Mei 2024 terhadap stakeholder, pengunjung, dan delegasi menunjukkan bahwa penyelenggaraan WWF memberikan exposure destination yang efektif untuk Bali.
Pencarian tentang WWF meningkat signifikan, dengan lebih dari 1.800 pencarian harian, dan 45 persen di antaranya berasal dari luar negeri.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, menyatakan bahwa penyelenggaraan WWF berdampak positif pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, terutama di sektor akomodasi dengan tingkat okupansi hotel di kawasan Nusa Dua mencapai 100 persen. Dampak positif ini juga dirasakan oleh hotel-hotel di luar kawasan seperti Jimbaran, Kuta, Sanur, dan Ubud, serta pelaku usaha restoran.
Dengan adanya WWF ke-10, diharapkan Bali dan Indonesia secara keseluruhan dapat menikmati dampak positif jangka panjang, baik dari segi ekonomi, investasi, maupun promosi destinasi pariwisata.
Perputaran Uang WWF Bali Rp1,5 Triliun
Sebelumnya, Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan bahwa WWF ke-10 di Bali memberikan dampak besar terhadap pergerakan ekonomi di wilayah tersebut. Acara yang berlangsung pada 18-25 Mei 2024 ini diklaim telah mendatangkan sekitar 50.000 wisatawan.
“Dari jumlah pengeluaran per delegasi yang mengacu pada event sejenis, sekitar Rp34 juta. Oleh karena itu, kita bisa memprediksi lebih dari setengah triliun rupiah atau Rp500 miliar belanja langsung bagi ekonomi Bali dan Indonesia dengan adanya WWF ini,” kata Sandiaga dalam keterangan tertulis, Kamis, 23 Mei 2024.
Sandiaga juga menyebutkan bahwa tidak menutup kemungkinan perputaran ekonomi secara keseluruhan akan mencapai angka Rp1,5 triliun.
“Mengingat delegasi kemungkinan tidak datang sendirian, serta masih ada perputaran ekonomi yang dapat dilihat tidak hanya dari pengeluaran delegasi saja,” ujarnya.
Selain itu, dampak yang lebih besar menurut Sandiaga adalah bagaimana kepemimpinan Indonesia di dunia internasional dalam mendorong pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
“Nanti akan dilanjutkan dengan sekitar 100 sampai 120 proyek, dan kami menghitung bisa memberikan dampak ke investasi turunan dan lanjutan selama lima sampai sepuluh tahun ke depan sekitar Rp120 triliun,” jelasnya.
Sandiaga menjelaskan bahwa pihaknya sedang melakukan survei dari 17-25 Mei 2024 terhadap stakeholder, pengunjung, dan delegasi untuk menghitung dampak penyelenggaraan WWF ke-10 di Bali.
Dari sisi promosi, penyelenggaraan WWF disebut memberikan destination exposure yang efektif untuk Bali.
Dalam sebulan terakhir, pencarian tentang WWF meningkat signifikan dengan lebih dari 1.800 pencarian harian, di mana 45 persen berasal dari luar negeri (wilayah Pasifik, Asia Timur, Asia Selatan, Eropa Barat, Afrika, Amerika Utara, dan Amerika Selatan). Dalam sepekan terakhir, terdapat sekitar 190 berita global dan nasional mengenai WWF.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, mengatakan bahwa pelaksanaan WWF di Bali akan berdampak positif pada geliat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satunya terlihat di sektor akomodasi, di mana tingkat okupansi hotel di Bali, khususnya kawasan Nusa Dua, sangat tinggi.
“Pelaksanaan event-event MICE internasional akan memberikan dampak yang besar. Ini tentunya menjadi berkah bagi Bali,” ujar Rai.
Rai menyebut bahwa hotel-hotel di kawasan Nusa Dua yang menjadi tempat konferensi berlangsung, tingkat okupansinya menyentuh angka 100 persen. Tidak hanya di kawasan Nusa Dua, tetapi juga berdampak pada hotel-hotel di luar kawasan seperti Jimbaran, Kuta, Sanur, dan Ubud.
“Hal ini juga akan berdampak lebih luas ke pelaku usaha lainnya, seperti usaha restoran,” ujar Rai.
Dengan adanya WWF ke-10 ini, diharapkan Bali dan Indonesia secara keseluruhan dapat menikmati dampak positif jangka panjang, baik dari segi ekonomi, investasi, maupun promosi destinasi pariwisata. (yog/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.