KABARBURSA.COM - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) mampu mencatat kinerja gemilang pada kuartal I 2025 setelah membukukan penjualan per 31 Maret 2025 senilai Rp32,48 miliar atau tumbuh 12,43 persen dibandingkan performa di periode sama tahun lalu sebesar Rp28,89 miliar.
Catatan positif di kuartal I 2025 ini membuat SBMA meraup laba kotor Rp15,05 miliar, meningkat 11,24 persen dari Rp13,35 miliar. Sehingga laba neto tahun berjalan perseroan per 31 Maret 2025 adalah Rp1,97 miliar.
Dari sisi neraca, emiten gas ini sukses menurunkan liabilitas 3,72 persen jadi Rp59,76 miliar dari Rp62,07 miliar. Sedangkan ekuitas naik 0,87 persen jadi Rp229,87 miliar dari Rp227,89 miliar. Sehingga total aset secara keseluruhan jadi Rp289,64 miliar.
Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti mengatakan, performa awal tahun ini merupakan cerminan hasil dari ekspansi bisnis yang dilakukan oleh perseroan di tahun lalu,
"Untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengatasi keterbatasan ruang penyimpanan, perusahaan membangun stasiun pengisian Argon dan Karbon Dioksida yang terpisah," ujarnya dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu, 10 Mei 2025.
Sebelumnya, lanjut Rini, fasilitas pengisian argon dan karbon dioksida berada di lokasi yang sama dengan stasiun pengisian oksigen dan nitrogen, menyebabkan kepadatan dan hambatan operasional.
Dalam keterangan resmi Perseroan, selama kuartal I SBMA membukukan penjualan oxygen Rp8,71 miliar naik 32,84 persen dari Rp6,56 miliar.
Adapun acetylene menyumbang Rp8,15 miliar atau turun 6,21 persen dari Rp8,69 miliar, penjualan argon turun 29 persen jadi Rp4,12 miliar dari Rp5,81 miliar.
Penjualan Nitrogen SBMA mengalami koreksi 3,85 persen jadi Rp2,48 miliar dari Rp2,58 miliar. Namun penjualan karbon dioksida naik 44,34 persen jadi Rp1,90 miliar dari Rp1,31 miliar.
Pada tahun 2025, SBMA menatap peluang pertumbuhan yang signifikan dengan dukungan strategi ekspansi bisnis, inovasi produk, dan penguatan layanan yang terus dilakukan untuk meningkatkan daya saing di industri.
Adapun target utama yang ingin dicapai SBMA pada tahun 2025 meliputi peningkatan pangsa pasar, ekspansi layanan, serta optimalisasi kinerja keuangan dan operasional.
Dengan memperluas cakupan bisnis dan menghadirkan layanan yang lebih beragam, SBMA berusaha menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan pendapatan.
"Peningkatan efisiensi operasional, inovasi dalam layanan, serta pemanfaatan teknologi dalam sistem distribusi akan menjadi faktor kunci dalam memastikan daya saing Perseroan di tengah dinamika industri," ujar Rini.
SBMA Borong Lorry Tank usai Raup Laba Rp13,35 Miliar
Perlu diketahui emiten produsen gas industri ini telah menambah empat unit Lorry Tank yang akan digunakan dalam transportasi liquid gas dalam jumlah besar. Hal ini merupakan rangka memperkuat armada distribusi.
Selain itu, SBMA juga telah menambah sembilan unit truk baru guna memperlancar proses distribusi dan meningkatkan jangkauan pengiriman.
Adapun penguatan infrastruktur tersebut tidak hanya berkontribusi pada optimalisasi layanan, tetapi juga membuka peluang bisnis yang lebih luas.
Pembelian itu usai SBMA melaporkan kinerja keuangan tahun lalu dengan laba bersih senilai Rp13,35 miliar pada 2024. Angka ini naik signifikan sebesar 182,24 persen dibandingkan periode tahun 2023 yakni Rp4,73 miliar.
Rini Dwiyanti mengatakan, kinerja perseroan tumbuh pesat berkat penguatan Infrastruktur yang terealisasi selama 2024 dimana perseroan telah berhasil merealisasikan berbagai rencana strategis yang telah disusun pada tahun sebelumnya sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas operasional dan pelayanan kepada pelanggan.
Menurutnya, salah satu pencapaian utama adalah pembelian 3.500 cylinder baru kapasitas 6m3, selain itu ada pula 150 VGL baru kapasitas 175 liter dan 5 iso tank baru kapasitas 20m3.
"Semua komponen ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan pasokan gas yang lebih stabil dan memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang," ujar Rini dalam keterangannya, Kamis, 10 April 2025.
Sementara itu Direktur Operasional SBMA Julianto Setyoadji, menyatakan sikap optimistis di tahun 2025 karena secara market baru perseroan semakin tumbuh seiring target pemerintah melakukan hilirisasi industri wilayah Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) dan pengembangan energi Hijau terkait PLTA di Wilayah Kaltara.
Dia bilang, kepercayaan customer existing, pada sektor Mining (Batu Bara), Oil & Gas (Akan beroperasinya RDMP) dan Plantation yang berkembang di seluruh Wilayah Kalimantan.
"Teknologi aplikasi yang berkembang dengan pada penggunaan produk Plant Gas Industri dan Special Gas," ujar Julianto.
Valuasi Saham SBMA: Murah dengan Valuasi Menarik
Saham SBMA pada perdagangan Jumat, 9 Mei 2025 ditutup stagnan di harga Rp118 per saham. SBMA tidak mencatatkan perubahan harga alias flat 0,00 persen dibanding penutupan sebelumnya.
Volume perdagangan harian tercatat sebesar 243.600 lembar saham, masih di bawah rata-rata volume perdagangan 1,04 juta saham per hari. Aktivitas transaksi berlangsung dalam 59 kali frekuensi, dengan nilai transaksi mencapai Rp28,8 juta.
Harga saham SBMA sempat bergerak dalam rentang harian antara Rp117 hingga Rp119. Level Auto Rejection Atas (ARA) ditetapkan pada Rp159, sementara Auto Rejection Bawah (ARB) ada di Rp101.
Dengan nilai rata-rata perdagangan harian sebesar Rp118, saham SBMA saat ini ditransaksikan pada valuasi yang terbilang cukup atraktif.
Secara fundamental, SBMA mencatat rasio Price to Earnings (P/E) TTM sebesar 8,24 kali, lebih rendah dibandingkan median P/E IHSG yang berada di level 7,87 kali.
Sementara P/E tahunan SBMA tercatat di 13,88 kali. Hal ini memberikan indikasi bahwa secara trailing, saham SBMA diperdagangkan di kisaran wajar namun tetap lebih murah dibanding sejumlah emiten sejenis.
Earnings yield SBMA mencapai 12,14 persen, menjadi sinyal positif bagi investor yang mencari potensi imbal hasil tinggi dari laba bersih perusahaan.
Dari sisi valuasi lainnya, Price to Sales (P/S) ratio SBMA hanya 0,81 kali dan Price to Book Value (PBV) berada di level rendah yakni 0,48 kali.
Artinya, harga saham SBMA saat ini bahkan belum mencapai separuh dari nilai buku perusahaan per saham yang sebesar Rp247,20. Ini menjadikan SBMA sebagai salah satu saham undervalued yang patut dicermati.
Selain itu, indikator profitabilitas dan efisiensi perusahaan juga cukup baik. Rasio EV/EBITDA tercatat di level 4,78 kali, sedangkan EV/EBIT berada di 6,52 kali.
Di sisi lain, rasio PEG (Price/Earnings to Growth) TTM sebesar 0,05 dan PEG tiga tahunan di 0,38 menandakan bahwa pertumbuhan laba SBMA sangat menjanjikan relatif terhadap harga sahamnya saat ini.
Dari perspektif arus kas, SBMA memiliki Price to Cashflow sebesar 3,85 kali dan Price to Free Cashflow sebesar 5,40 kali, yang menunjukkan perusahaan memiliki kapasitas operasional dan pendanaan internal yang cukup solid.
Per saham, SBMA mencatatkan laba bersih (EPS TTM) sebesar Rp14,32 dan pendapatan Rp145,46. Sementara itu, arus kas bebas per saham sebesar Rp21,86 juga memperkuat daya tahan fundamentalnya.
Dengan valuasi murah dan profitabilitas yang cukup menjanjikan, saham SBMA berada dalam radar investor yang mengincar saham undervalued dengan potensi pertumbuhan laba berkelanjutan.
Meskipun aktivitas perdagangan hari ini belum menunjukkan lonjakan signifikan, kombinasi antara rasio keuangan yang sehat dan harga saham yang berada di bawah nilai buku membuat SBMA menjadi salah satu kandidat menarik di pasar saat ini. (*)