Logo
>

SBN Tak Diminati Asing, The Fed Masih jadi Sandungan

Ditulis oleh KabarBursa.com
SBN Tak Diminati Asing, The Fed Masih jadi Sandungan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM-Investor asing masih menunjukkan keengganannya untuk berinvestasi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) meskipun Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga, menurut Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana.

    Fikri mengamati bahwa faktor utama yang memengaruhi prospek aliran dana asing ke Indonesia adalah penurunan suku bunga The Fed. "Jika The Fed terus mempertahankan suku bunga tinggi, investor akan cenderung berhati-hati dalam masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," katanya Kamis 22 Februari 2024.

    "Meskipun Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen, kondisi ini masih belum cukup menarik bagi investor asing. Dana asing terus mengalir keluar dari pasar SBN Indonesia sebesar Rp 7,05 triliun hingga 20 Februari 2024," imbuh Fikri.

    Namun demikian, kekosongan tersebut berhasil ditutupi oleh investor domestik, dana pensiun, dan individu. Menurut Fikri, meskipun ada aliran dana asing yang keluar, namun masih terkendali. "Narasi yang akan disampaikan oleh pejabat The Fed dalam FOMC Minutes diharapkan akan menjadi kunci bagi prospek aliran dana asing ke pasar obligasi Indonesia. Kondisi politik internal, terutama hasil Pemilu, juga menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan investor," jelas Fikri.

    Senior Vice President Head and Bussines Development Division PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengamati bahwa tren aliran modal asing cenderung lebih kuat ke saham daripada surat utang pada awal tahun ini. Namun, setelah hasil Pemilu lebih jelas, potensi aliran dana asing ke pasar surat utang diperkirakan akan meningkat. "Surat utang korporasi menjadi alternatif menarik bagi investor asing karena menerbitkannya relatif lebih murah daripada meminjam dari bank. Beberapa sektor yang menarik bagi investor asing adalah sektor bank dan telekomunikasi," ungkap dia.

    Namun, spread antara suku bunga acuan BI dan The Fed semakin tipis, dan faktor peringkat kredit negara menjadi pertimbangan penting dalam memilih tujuan investasi. "Tantangan dari sisi eksternal, seperti isu resesi di negara maju, dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS, tetap menjadi perhatian. Oleh karena itu, BI mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah dinamika ekonomi global," tutup Reza.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi