KABARBURSA.COM - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengumumkan dalam public expose yang dilakukan secara virtual, menyatakan bahwa kemajuan terbaru dari proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan kapasitas 110 megawatt (MW) di Ijen, Jawa Timur sudah mencapai 93 persen. Direktur & Chief Operating Officer Medco Energi, Ronald Gunawan, menegaskan komitmen perusahaan dalam memasok energi bersih dan memperluas kapabilitas energi terbarukan melalui proyek ini.
Ronald menyebutkan, tahap pertama proyek ini melibatkan pengembangan fasilitas PLTP dengan kapasitas 34 MW, yang dikerjakan bersama mitra Ormat Technologies Inc. Sebagai informasi, Ormat Technologies Inc adalah perusahaan terkemuka dalam bidang panas bumi dan energi terbarukan, rencananya akan memiliki porsi kepemilikan 49 persen dalam proyek ini. Sementara, Medco Energi memegang porsi kepemilikan sebesar 51 persen. Adapun Total biaya proyek diperkirakan mencapai USD 145 juta.
"Kami telah menyelesaikan pemboran dan pengujian sumur, yang menunjukkan kapasitas sebesar 40 MW. Kemajuan proyek hingga Juni 2024 telah mencapai 93 persen dan kami optimis proyek ini akan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal I-2025, " ungkap Ronald dalam public expose MEDC, Senin, 26 Agustus 2024.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pengembangan tahap pertama PLTP Ijen, yang mencakup kapasitas 34 MW, juga berada di jalur yang tepat untuk memulai operasional komersial pada kuartal I-2025.
" Medco Energi berharap proyek ini akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam penyediaan energi terbarukan di Indonesia, " pungkasnya.
Dari sisi lainnya, Ronald mengatakan bahwa PT MEDC mencatatkan penurunan produksi minyak dan gas sebesar 5 persen pada semester pertama tahun ini.
"Penurunan ini disebabkan oleh penurunan hak partisipasi (participating interest/PI) di Blok Corridor, Sumatra Selatan," jelas dia.
Selain itu, produksi migas perusahaan mencapai 153.000 barrel of oil equivalent per day (boepd) pada paruh pertama tahun ini. Angka ini, meskipun melampaui target tahunan perusahaan, mengalami penurunan 5 persen dibandingkan dengan semester I-2023. Penurunan tersebut dikaitkan dengan pengurangan PI Medco dari 54 persen menjadi 46 persen setelah kontrak Blok Corridor diperpanjang hingga 2033, serta penurunan permintaan gas di Singapura dan divestasi aset di Blok 12 W, Vietnam.
Lebih jauh Ronald menjelaskan, penurunan produksi gas diimbangi oleh peningkatan produksi minyak dari aset di Blok 60, Oman, dan Blok Natuna. Perusahaan juga telah menginvestasikan sekitar USD152 juta untuk pengembangan lebih lanjut di Natuna, Corridor, dan sumur produksi di Blok 60 Oman.
Emiten migas ini juga terus membuka peluang akuisisi blok pertambangan baru di sejumlah wilayah potensial, mulai dari Indonesia, Asia Tenggara, hingga Timur Tengah. Adapun tiga wilayah tersebut merupakan lokasi favorit yang menjadi fokus perseroan, dengan alasan wilayah-wilayah ini memiliki kondisi yang cukup stabil dengan regulasi yang familier.
“Negara-negara di area tersebut adalah negara yang stabil, di mana regulasinya familier dan kami merasa sudah punya pengalaman beroperasi di sana,” ujar dia.
Ronald mengatakan bahwa selain akuisisi, perseroan juga melakukan pengembangan dengan pertumbuhan secara organik. Salah satu proyek yang tengah dikembangkan MEDC adalah West Belut di Natuna, yang akan beroperasi pada akhir 2024.
“Kemudian ada proyek Terubuk yang akan beroperasi pada kuartal I/2025 dan juga Forel (yang menghasilkan) 10.00 barel per hari, juga akan beroperasi di akhir tahun ini,” pungkasnya.
Ronald menambahkan, MEDC turut melakukan pengembangan koridor di Senoro bagian selatan, Bangkanai, Kalimantan Tengah, serta pengembangan di Oman. Seluruh langkah ini akan menambah cadangan minyak MEDC untuk jangka pendek hingga menengah.
MEDC Bagi Dividen
Medco juga berhasil meraih kinerja keuangan positif dengan rencana pembagian dividen dan peningkatan pendapatan.
Medco mengumumkan rencana pembagian dividen final untuk periode 2023 sebesar USD45 juta. Total dividen yang dibagikan untuk tahun ini mencapai USD70 juta, atau setara Rp45 per lembar saham. Harga tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, Medco mencatatkan pendapatan sebesar USD690 juta pada semester pertama tahun ini, melampaui angka USD634 juta yang diraih pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja keuangan yang baik ini didorong oleh harga minyak dan gas bumi yang lebih tinggi, dengan laba bersih perusahaan mencapai USD201 juta.
"Peningkatan dividen dan laba bersih ini mencerminkan stabilitas dan pertumbuhan yang solid dalam operasional Medco, memberikan sinyal positif bagi para investor dan pemegang saham, " tutupnya.(*)