KABARBURSA.COM - Pemerintah memprediksi sektor otomotif akan kembali bergairah usai pemangkasan BI-Rate pada September 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.
Sebelum pemangkasan BI-Rate, penjualan kendaraan belum tumbuh secara signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales (dari pabrikan ke dealer) sebesar 76.304 unit, atau naik 2,8 persen dibanding bulan sebelumnya.
Sedangkan untuk penjualan secara retail (dari dealer ke konsumen) pada bulan Agustus 2024 sebesar 76.806 unit atau naik 1,6 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara untuk penjualan motor, pada Agustus 2024 hanya sebesar 573.886 unit atau lebih rendah dibandingkan bulan Juli 2024.
Penjualan kendaraan yang masih stagnan tersebut berpengaruh kepada emiten di bidang spare part otomotif seperti PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) dan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM).
Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo, menilai sektor otomotif belum dapat tumbuh dengan pesat pada tahun ini karena berbagai faktor. Meski tidak tumbuh secara signifikan namun kedua emiten tersebut punya prospek yang cukup baik pada masa depan.
“Untuk saham DRMA, laba bersih yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk berhasil melesat 55,2 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp611,75 miliar pada tahun 2023,” kata Wahyu kepada Kabarbursa.com, Rabu, 9 Oktober 2024.
Menurutnya, kenaikan laba juga didorong dengan pendapatan yang meningkat sebesar 41,88 persen yoy menjadi Rp5,54 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp3,90 triliun.
Sementara untuk profitabilitas DRMA, kata Wahyu, paling lemah terjadi pada kuartal IV tahun 2023. Laba bersih DRMA turun hingga 50 persen dari Rp174 miliar menjadi Rp92 miliar dan pendapatan turun dari Rp1,5 triliun menjadi Rp1,29 triliun.
“Namun secara emiten ini lumayan ok. Profitabilitas DRMA saat ini sudah berhasil pulih dari pandemi dan melesat jauh dari level pra-pandemi,” kata Wahyu.
Kinerja Saham DRMA
Berdasarkan data dari Stockbit, saham DRMA terus memperlihatkan kinerja keuangan yang solid di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi sektor industri. Hingga kuartal kedua 2024, DRMA mencatatkan laba bersih sebesar Rp104 miliar, meski terjadi penurunan dari kuartal pertama yang mencatatkan Rp133 miliar.
Secara tahunan, DRMA diproyeksikan mampu membukukan laba bersih sebesar Rp474 miliar, lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp612 miliar. Namun, performa ini tetap memberikan sinyal positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dalam laporan keuangannya, pendapatan tahunan DRMA (annualised) tercatat sebesar Rp1,138 triliun, meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dari segi valuasi, rasio harga terhadap pendapatan (Price to Earnings Ratio/PE) saat ini berada di angka 10,43 berdasarkan trailing twelve months (TTM), dan 11,07 jika disetahunkan. Meskipun lebih tinggi dari median IHSG yang berada di angka 7,89, rasio ini tetap menunjukkan valuasi saham DRMA masih relatif murah.
Selain itu, DRMA memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp5,247 triliun dengan enterprise value sebesar Rp5,582 triliun. Hal ini mengindikasikan kekuatan finansial perusahaan dalam menghadapi tekanan pasar. Di sisi lain, earnings yield DRMA tercatat sebesar 9,59 persen, yang menunjukkan potensi imbal hasil menarik bagi investor.
Dari perspektif efisiensi operasional, DRMA menunjukkan performa yang kuat dengan rasio EV to EBITDA sebesar 6,00 dan EV to EBIT sebesar 8,25. Hal ini memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas operasionalnya. Dengan rasio Price to Book Value sebesar 2,66, saham DRMA dinilai undervalued, dan ini menjadi kesempatan bagi investor yang mencari peluang di sektor otomotif dan manufaktur.
Analisa dan Rekomendasi Saham DRMA
Dalam jangka menengah, saham DRMA memiliki potensi pertumbuhan yang stabil, didukung oleh kinerja operasional yang solid serta valuasi yang masih menarik. Dengan rasio PEG (Price to Earnings Growth) sebesar 0,19, saham DRMA dinilai memiliki prospek pertumbuhan laba yang cukup baik sejalan dengan pergerakan harga sahamnya.
Meski demikian, tekanan dari fluktuasi ekonomi global dan kondisi pasar domestik yang masih belum stabil bisa menjadi tantangan bagi perusahaan.
Untuk jangka panjang, saham DRMA dinilai layak dikoleksi oleh investor yang memiliki orientasi investasi yang lebih konservatif. Kekuatan fundamental perusahaan, seperti peningkatan laba bersih secara tahunan dan kemampuan dalam menjaga efisiensi operasional, menjadikan saham ini sebagai pilihan menarik.
Selain itu, dengan dividen yield sebesar 3,23 persen, DRMA juga memberikan imbal hasil yang kompetitif bagi pemegang saham, yang menambah daya tarik untuk investasi jangka panjang.
Secara keseluruhan, meskipun kinerja laba bersih DRMA pada tahun 2024 sedikit menurun dibandingkan 2023, prospek jangka panjangnya tetap menjanjikan. Saham ini dapat dipertimbangkan untuk dikoleksi, terutama bagi investor yang menginginkan stabilitas dan potensi pertumbuhan dalam portofolio investasi mereka.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.