Logo
>

Sektor Ritel Berperan Dorong Konsumsi dan Inovasi Ekonomi

Ditulis oleh Dian Finka
Sektor Ritel Berperan Dorong Konsumsi dan Inovasi Ekonomi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Peran sektor ritel dalam mendorong konsumsi masyarakat semakin signifikan dalam perekonomian Tanah Air. Ekonom senior Tauhid Ahmad mengungkapkan, peningkatan sektor ritel tidak hanya memperluas pilihan bagi konsumen, tetapi juga mendorong para produsen untuk berinovasi dan menghadirkan produk terbaik mereka di pasar digital.

    Salah satu dampak positif dari pertumbuhan sektor ritel adalah terciptanya lapangan kerja baru. Hal ini membuka peluang bagi pelaku sektor informal dan turut mendorong konsumsi melalui peningkatan pendapatan mereka.

    “Kalau mengenai peranan ritel apakah mendorong konsumsi saya kira itu cepat sekali, kedua akan membuat pilihan alternatif yang lebih baik, karena para produsen akan menampilkan yang  terbaik dan pilihan lebih banyak,” kata Ahmad di Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2024.

    Para pelaku sektor informal yang sebelumnya tidak terjangkau oleh pasar formal kini memiliki kesempatan untuk terlibat, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. “Ini kemudian tertantang bagi para industri akan membuat inovasi agar produknya laku secara digital,” tambahnya

    Meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami perlambatan pada kuartal kedua tahun ini, dengan pertumbuhan di bawah 5 persen, sektor perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian tetap memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. 

    Nilai ekonomi e-commerce yang mencapai USD82 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun menunjukkan peran besar konsumsi dalam perekonomian nasional. “Tapi perdagangan dan industri pengolahan dan pertanian itu menjadi sumbangan terbesar dalam perekonomian kita,” jelas Ahmad, menambahkan.

    Namun, untuk jangka panjang, penting untuk diingat bahwa konsumsi yang terlalu tinggi tanpa disertai investasi atau ekspor dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. 

    Oleh karena itu, para pemangku kepentingan diharapkan dapat menggeser fokus dari ekonomi berbasis konsumsi menuju investasi dan perdagangan internasional. Upaya ini penting agar perekonomian tidak terlalu bergantung pada konsumsi semata dan dapat tumbuh lebih cepat serta lebih berkelanjutan di masa depan.

    “Makanya harus bergeser dari ekonomi berbasis konsumsi beralih ke investasi maupun ke perdagangan internasional, mungkin ini jadi PR bersama ke depan agar kita enggak tergantung juga pada konsumsi,” tukasnya.

    Digitalisasi Pertumbuhan Ritel

    Sementara itu, digitalisasi dan kemajuan teknologi kini menjadi fokus utama bagi pelaku industri ritel di Indonesia. Transformasi ini mendorong pertumbuhan bisnis dan inovasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.

    Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai bahwa ekspansi pasar ritel melalui e-commerce memungkinkan jangkauan konsumen yang lebih luas serta sinergi antara saluran penjualan online dan offline.

    “Digitalisasi teknologi harus diperhatikan oleh para pelaku ritel, didorong oleh kemajuan teknologi yang ada,” kata Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas, Laksmi Kusumawati, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu, 14 Agustus 2024.

    Menurut Laksmi, teknologi berperan penting dalam transformasi industri ritel dengan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan teknologi, toko dapat memantau stok barang secara real-time, melakukan pemesanan ulang sebelum barang habis, dan mengurangi risiko kekurangan stok.

    Teknologi ini juga memungkinkan pengelolaan inventaris yang lebih efisien dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Dengan teknologi, toko dapat memberikan rekomendasi produk yang relevan, mengoptimalkan rantai pasokan, meningkatkan keamanan, serta mencegah kerugian.

    “Ekspansi pasar melalui e-commerce juga mencakup jangkauan konsumen di berbagai wilayah dan mampu mensinergikan penjualan baik online maupun offline yang telah dikembangkan,” jelasnya.

    Laksmi juga menambahkan bahwa penggunaan digitalisasi di sektor ritel diperkirakan akan terus meningkat. E-commerce diprediksi menjadi saluran ritel dengan pertumbuhan tercepat, dengan kontribusi mencapai sekitar 24 persen dari penjualan ritel pada tahun 2027, naik dari 21 persen pada 2023.

    Selain itu, penjualan e-commerce diperkirakan mencapai USD1,4 triliun, menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan di negara-negara pasar berkembang.

    “Dengan digitalisasi, banyak pelaku usaha berencana memasuki pasar e-commerce di negara-negara berkembang. Beberapa perusahaan ritel telah melakukan transformasi digital, memanfaatkan teknologi melalui berbagai platform untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka,” tambah Laksmi.

    Daya Beli Masyarakat Disorot

    Daya beli masyarakat yang stagnan dan menurun telah menjadi perhatian serius bagi pelaku usaha ritel di Indonesia. Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengungkapkan bahwa penurunan daya beli ini sudah terasa sejak akhir Mei 2024 dan diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun.

    Roy menyoroti bahwa kondisi ini diperparah oleh tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), yang masih berada di level 6,25 persen, sehingga menghambat permintaan dan konsumsi.

    Ia juga menekankan terjadinya deflasi selama tiga bulan berturut-turut, yang menurutnya merupakan tanda bahwa masyarakat mulai mengurangi pengeluaran. Hal ini diperkirakan akan membuat kinerja bisnis ritel pada semester II 2024 stagnan, dengan tingkat pertumbuhan yang sama seperti semester II 2023, yaitu sekitar 4,8 persen–4,9 persen.

    Untuk mengatasi situasi ini, Roy mengusulkan sejumlah stimulus dari pemerintah. Bagi masyarakat umum, ia menyarankan agar bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan sosial lainnya tetap dilanjutkan, terutama bagi kalangan masyarakat bawah yang paling terdampak oleh kenaikan harga kebutuhan pokok.

    Bagi kelas menengah, Roy mengusulkan subsidi tarif listrik untuk menjaga daya beli mereka, karena banyak di antara mereka yang sudah menguras tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, kalangan masyarakat atas membutuhkan kepastian ekonomi untuk mendukung stabilitas keuangan mereka. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.