Logo
>

Semen Hijau Berpotensi Buka Pasar Ekspor

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Semen Hijau Berpotensi Buka Pasar Ekspor

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ibu Kota Nusantara (IKN), proyek ambisius yang didesain sebagai kota berkelanjutan, mendapat dukungan dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melalui pasokan bahan bangunan berupa green cement atau semen hijau. Produk ini tidak hanya diarahkan untuk proyek IKN, tetapi juga mempertimbangkan ekspansi ke pasar ekspor sebagai langkah strategis dalam menjaga keberlanjutan bisnisnya.

    Anggota Komisi VI DPR RI Eko Hendro Purnomo, menyoroti pentingnya langkah SIG untuk tidak hanya mengandalkan pasar domestik namun juga mempersiapkan semen hijau ini untuk bersaing secara global.

    "Produk semen hijau ini harus memiliki daya saing yang unik di pasar internasional, bukan hanya sebagai tren sesaat. Ini penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan meningkatkan nilai tambah ekonomi di sektor konstruksi," ungkapnya saat kunjungan kerja di Balikpapan, Kalimantan Timur, dikutip dari laman DPR, Jumat, 5 Juli 2024.

    Pasar semen saat ini menghadapi tantangan kelebihan pasokan. Produksi industri itu mencapai 120 juta ton per tahun dan hanya 67 juta ton yang terserap. Dalam konteks ini, SIG diharapkan dapat memenuhi standar internasional sehingga semen hijau ini bisa diekspor, bukan hanya memenuhi SNI.

    "Kami tidak mau ini nanti hanya sekadar gaya-gayaan doang tapi tidak terserap di pasar," kata Eko.

    Sebagai bagian dari BUMN, kata Eko, SIG penting memikirkan aspek komersial semen hijau. Keberhasilan produk semen hijau menurut dia sangat terkait dengan nilai jualnya.

    "Kalau tidak terserap kan nanti merugi, tidak ada pemasukan, apalagi kalau nanti tiba-tiba harus PMN lagi," ujar Eko.

    Apa Itu Semen Hijau?

    Semen hijau (green cement) atau yang juga dikenal sebagai semen ramah lingkungan, bermula dari upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri konstruksi. Ini termasuk penggunaan bahan-bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam produksi semen, seperti limbah industri atau material daur ulang, serta teknologi produksi yang lebih efisien dalam mengurangi emisi karbon. Semen hijau secara umum dikembangkan untuk memenuhi tuntutan pasar akan bahan bangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

    Konsep dan pengembangan semen hijau tidak berasal dari satu negara tertentu, tetapi merupakan hasil dari upaya global untuk menciptakan teknologi konstruksi yang lebih ramah lingkungan. Berbagai negara di seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara di Asia, telah aktif dalam penelitian dan pengembangan teknologi semen hijau, bahkan mewajibkan penggunaan semen ini untuk material bangunan.

    Irlandia, misalnya, pada 28 Mei 2024 lalu menerapkan persyaratan baru untuk penggunaan semen rendah karbon. Keputusan ini menunjukkan komitmen serius mereka untuk mencapai negara nol karbon pada 2050. Sektor semen sendiri bertanggung jawab atas hampir 5 persen emisi nasional di Irlandia dan hampir 8 persen secara global.

    Potensi Pasar Semen Hijau

    Pasar global semen hijau cukup menjanjikan. Mengutip Fortune, nilai transaksi komoditas ini bernilai sekitar USD35,65 miliar pada 2023 atau setara Rp583,37 triliun. Angka ini diproyeksikan meningkat sekitar USD39,32 miliar atau sekitar Rp641,71 pada 2024. Pada 2032, angkanya diprediksi menjulang menjadi USD83,28 miliar atau Rp1.360,44 triliun.

    Nilai ini menunjukkan laju pertumbuhan tahunan sebesar 9,9 persen selama periode tersebut. Amerika Utara mendominasi pasar dengan pangsa sekitar 37,17 persen pada tahun lalu.

    Proses produksi semen hijau sangat efisien berkat teknologi canggih yang digunakan oleh produsen besar. JK Lakshmi Cement Ltd. mencatat bahwa penggunaan semen ramah lingkungan dalam konstruksi dapat mengurangi jejak karbon hingga 40 persen.

    Selain itu, pertumbuhan pembangunan infrastruktur global dan peningkatan populasi mendukung permintaan akan bangunan tempat tinggal yang mendorong pertumbuhan pasar semen hijau.

    Pandemi COVID-19 yang meluas di beberapa negara seperti Tiongkok, India, Jerman, Italia, Brasil, dan Kanada telah mengakibatkan pembatasan pergerakan material karena diberlakukannya lockdown. Hal ini berdampak signifikan pada rantai pasokan manufaktur dan secara langsung mempengaruhi pendapatan produsen semen.

    Dekarbonisasi Semen di Indonesia

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan dekarbonisasi industri semen di Indonesia dapat memperkuat daya saing global. Beberapa negara saat ini sedang memperketat regulasi karbon untuk produk impor, termasuk Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon (CBAM) yang direncanakan Uni Eropa akan diterapkan mulai 2026.

    Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti, menegaskan dukungan pihaknya terhadap upaya industri dalam menghasilkan semen hijau sebagai langkah strategis dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

    "Kami mendukung upaya ini dengan mengembangkan regulasi untuk mempercepat pencapaian Net Zero Emission (NZE) dari sektor industri," kata Putu Nadi Astuti di Jakarta, Senin, 4 Juni lalu.

    Meskipun Indonesia menghadapi tantangan dalam kondisi usaha yang berat, kata Putu, pertumbuhan ekonomi positif terus didorong oleh sektor industri non-migas dan manufaktur.

    Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo menyoroti langkah signifikan yang telah diambil Indonesia dalam dekarbonisasi industri semen. ASI menjadi pelopor dalam mempromosikan praktik berkelanjutan di sektor ini.

    "Kami mendorong inovasi dalam proses produksi, menerapkan prinsip ekonomi sirkular, dan bertransisi ke teknologi produksi yang lebih bersih," kata Lilik.

    Dia juga menjelaskan industri semen di Indonesia telah aktif menerapkan inisiatif dekarbonisasi dengan menggunakan bahan bakar alternatif seperti biomassa, limbah industri, dan RDF (refuse-derived fuel), serta mempromosikan penggunaan energi terbarukan.(pin/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).