Logo
>

Sentimen Negatif Mendominasi, HSBC Turunkan Peringkat Saham

Ditulis oleh Dian Finka
Sentimen Negatif Mendominasi, HSBC Turunkan Peringkat Saham

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - HSBC Holdings Plc dan Morgan Stanley, dua lembaga keuangan global terkemuka, telah menurunkan peringkat saham Indonesia secara bersamaan. 

    HSBC mengubah statusnya dari overweight menjadi netral pada Rabu 26 Juni 2024. Sementara Morgan Stanley sebelumnya menurunkan rekomendasi menjadi "underweight" untuk portofolio investasi Asia dan pasar emerging.

    “Indeks IHSG telah turun lebih dari 7 persen dari level tertingginya baru-baru ini, seiring dengan berkurangnya dana asing,” tulis HSBC, Jakarta, 26 Juni 2024.

    Diketahui kedua lembaga ini menilai penurunan peringkat tersebut dipicu oleh beberapa faktor utama, termasuk tingginya suku bunga, pelemahan nilai tukar rupiah, dan ketidakpastian kebijakan pemerintah di tengah spekulasi perombakan kabinet. 

    Sentimen negatif ini diperkuat oleh data yang menunjukkan IHSG mengalami penurunan sebesar 4,85 persen year to date (YTD) dan 4,47 persen dalam tiga bulan terakhir.

    Morgan Stanley juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal masa depan Indonesia, khususnya terkait dengan program-program seperti pemberian makan siang dan susu gratis bagi siswa yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Program-program ini dianggap berpotensi memberikan beban tambahan pada keuangan negara.

    Selain itu, prospek pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia juga sedang melemah, yang semakin menambah tekanan pada pasar saham.

    Keputusan HSBC dan Morgan Stanley untuk menurunkan peringkat saham Indonesia mencerminkan kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap prospek ekonomi dan pasar saham negara ini. Dampaknya diprediksi dapat mengurangi aliran dana investasi, terutama dari dana luar negeri dan institusi keuangan, karena meningkatnya faktor risiko.

    Para investor disarankan untuk selalu berhati-hati dalam melakukan investasi dan memanfaatkan analisis mendalam. Untuk pemahaman nilai wajar secara instan dan fitur-fitur bermanfaat lainnya, dapatkan InvestingPro dengan diskon 30 persen melalui langganan sekarang.

    Sebelumnya, ahli strategi di Morgan Stanley menulis dalam sebuah catatan, kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan risiko terhadap investasi saham.

    “Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa kelemahan di pasar Valas di tengah masih tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat,” kata ahli strategi Morgan Stanley Daniel Blake, Senin 10 Juni 2024.

    Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi ketika dolar AS mulai menunjukkan tren yang lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada hari ini dan keputusan Bank Indonesia (BI) pada pekan depan.

    Selain itu, transisi pemerintahan juga membawa ketidakpastian kebijakan fiskal yang dapat membebani pengeluaran pemerintah di tahun-tahun mendatang.

    Broker ini juga masih mempertahankan peringkat overweight pada saham-saham China, yang mungkin akan mendapat dorongan jika Beijing dapat meningkatkan kepercayaan pada sektor real estat yang sedang lesu.

    Dikepung Sentimen Negatif

    Adapun saat ini kinerja emiten ritel diprediksi akan terpengaruh oleh sejumlah sentimen negatif pada tahun 2024. Sejumlah sentimen tersebut adalah pelemahan rupiah, penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di bulan Mei 2024, dan aksi boikot terhadap sejumlah produk.

    Perlu diketahui pada Selasa 25 Juni 2024 kurs rupiah di pasar spot berhasil menguat 0,12 persen ke level Rp 16.375 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, Rupiah telah mengalami pelemahan selama beberapa waktu terakhir.

    Terbukti, Rupiah yang pagi tadi dibuka melemah di Rp16.441/USD dan sempat menyentuh level terlemah di Rp16.448/USD, saat ini masih tertekan di kisaran Rp16.433/USD pada pukul 14:33 WIB.

    Level itu bahkan lebih lemah dibandingkan nilai rupiah di pasar Nondeliverable Forward (NDF) yang ada di kisaran Rp16.426-Rp16.431/USD. Inversi ini kemungkinan karena adanya kontrak NDF jatuh tempo yang tidak bisa diperpanjang sehingga para pemburu valuta asing (valas) beralih menyerbu pasar spot untuk mencari dolar AS.

    Tekanan yang dihadapi rupiah berlangsung ketika pasar saham masih bergerak di zona hijau dan yield Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi, dengan tenor 10 tahun naik sedikit ke 7,108 persen dan tenor dua tahun di 6,839 persen.

    Rupiah terseret pelemahan yang dialami oleh yuan yang tergerus nilainya 0,05 persen terhadap dolar AS, ketika level imbal hasil obligasi pemerintah Tiongkok terjatuh ke level terendah dalam 22 tahun terakhir di 2,22 persen karena kekhawatiran terkait prospek pertumbuhan ke depan.

    Pada saat yang sama, indeks dolar AS bangkit lagi mendekati 106 akibat pernyataan bernada hawkish dari pejabat The Fed dini hari tadi. Gubernur The Fed, Michelle Bowman, menyatakan bahwa ia melihat masih ada risiko kenaikan inflasi sehingga menurunkan bunga acuan terlalu cepat justru akan memicu potensi kenaikan bunga lagi di masa mendatang.

    “Mengurangi policy rate terlalu cepat bisa memicu lonjakan inflasi lagi, yang membutuhkan kenaikan bunga acuan lebih lanjut di masa depan untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen dalam jangka panjang,” kata Bowman.

    Akibatnya, pasar pun diselimuti sentimen negatif. Valuta Asia mayoritas tergerus turun sampai siang ini. MSCI Emerging Market Currency Index turun 0,2 persen sementara MSCI Emerging Market Stock Index masih naik 0,1 persen.(ian/*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.