KABARBURSA.COM - Pasar saham Tanah Air sudah memasuki September 2024. Banyak analis yang membuat prediksi, apakah pergerakan pasar saham akan ceria atau justru abu-abu? Namun, yang penting dari itu semua adalah investor mampu mengantisipasi berbagai hal agar bisa menghasilkan cuan yang maksimal.
Jika melihat kinerja pasar saham Indonesia dalam lima tahun terakhir, September tampaknya selalu menjadi bulan yang menantang. Data dari Tim Analis Bareksa mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan: dalam kurun waktu tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja rata-rata minus 1,99 persen di setiap September. Lebih mengejutkan lagi, dari lima tahun terakhir, IHSG mengalami penurunan sebanyak empat kali dan hanya sekali berhasil mencatatkan pertumbuhan positif.
Hal yang sama juga terjadi pada kinerja indeks reksadana saham di Bareksa. Selama periode yang sama, indeks ini justru mengalami penurunan yang lebih dalam, dengan rata-rata minus 5,24 persen setiap September. Sejalan dengan IHSG, indeks reksadana saham juga tercatat memerah empat kali dan hanya sekali berhasil menghijau dalam lima tahun terakhir.
Mengapa September seakan menjadi 'bulan merah' bagi pasar saham Indonesia? Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran bagi para investor. Apakah ini hanya kebetulan atau ada faktor tertentu yang menyebabkan penurunan ini? Satu hal yang pasti, data ini mengingatkan bahwa September patut diwaspadai, terutama bagi mereka yang aktif berinvestasi di pasar saham.
Meskipun September sering kali membawa tantangan bagi pasar saham Indonesia, ada kabar baik yang patut diperhatikan oleh para investor. Menurut Tim Analis Bareksa, meski IHSG cenderung memerah pada September, namun dalam lima tahun terakhir (2018-2022), kuartal IV justru memberikan harapan yang lebih cerah. Data menunjukkan bahwa dalam periode tersebut, IHSG berhasil mencatatkan kenaikan pada kuartal IV sebanyak empat kali, dengan satu pengecualian pada 2022, di mana IHSG mengalami penurunan.
Hal ini memberikan peluang menarik bagi para investor. Penurunan yang biasanya terjadi pada September bisa dianggap sebagai momen yang tepat untuk masuk ke pasar. Investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di instrumen berbasis saham seperti reksadana saham dan reksadana indeks. Dengan memanfaatkan harga yang mungkin lebih rendah di September, investor berpotensi meraih keuntungan saat IHSG kembali menguat di kuartal IV.
Strategi ini tidak hanya memaksimalkan peluang di tengah fluktuasi pasar, tetapi juga memanfaatkan momentum jangka panjang yang telah terbukti memberikan hasil positif dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, alih-alih menghindari pasar saat September tiba, para investor cerdas bisa menjadikan momen ini sebagai kesempatan emas untuk memperkuat portofolio mereka menjelang kuartal penutup tahun.
Rekomendasi Investasi
Bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum di pasar saham menjelang kuartal IV, Bareksa Barometer telah memberikan penilaian yang komprehensif terhadap berbagai produk reksadana. Penilaian ini tidak hanya berdasarkan return (imbal hasil) tetapi juga mempertimbangkan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dari manajer investasi serta kualitas produk reksadana itu sendiri.
Sejak awal tahun ini, investor asing telah menunjukkan minat yang besar terhadap pasar saham Indonesia, dengan mencatatkan beli bersih (net buy) di IHSG sebesar Rp13,7 triliun. Mayoritas dari pembelian ini terfokus pada saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) dan saham sektor konsumer, yang dikenal dengan kinerja keuangan yang stabil dan daya tahan terhadap volatilitas pasar.
Saham-saham big caps dan konsumer ini tidak hanya menarik bagi investor asing, tetapi juga menjadi fondasi alokasi investasi bagi sejumlah reksadana yang direkomendasikan. Menjelang perhelatan Pemilu 2024, potensi peningkatan kinerja saham-saham tersebut semakin besar, yang pada gilirannya akan memperkuat prospek reksadana yang memiliki alokasi di sektor ini.
Berikut beberapa reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan:
Reksadana Saham
- TRIM Kapital Plus:
- Fokus pada saham-saham big caps dengan potensi pertumbuhan yang tinggi. Produk ini dikenal dengan pengelolaan portofolio yang cermat dan alokasi strategis di sektor-sektor yang prospektif.
- TRIM Kapital:
- Dengan alokasi yang terdiversifikasi, reksadana ini memanfaatkan momentum dari saham-saham berkapitalisasi besar dan sektor konsumer, cocok untuk investor yang mencari pertumbuhan modal.
- BNP Paribas Pesona:
- Dikelola oleh manajer investasi berpengalaman, produk ini menawarkan eksposur yang kuat terhadap saham-saham unggulan di pasar Indonesia, dengan fokus pada stabilitas dan pertumbuhan.
Reksadana Indeks
- BNP Paribas Sri Kehati:
- Reksadana ini meniru kinerja indeks Sri Kehati yang berfokus pada saham-saham yang berwawasan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), sekaligus menawarkan potensi return yang kompetitif.
- Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A:
- Produk ini mengikuti indeks MSCI Indonesia, memberikan akses pada saham-saham dengan valuasi yang menarik dan potensi pertumbuhan yang solid.
- Trimegah FTSE Indonesia Low Volatility Factor Index:
- Bagi investor yang mencari stabilitas, reksadana ini menawarkan eksposur ke saham-saham dengan volatilitas rendah, menjaga keseimbangan antara risiko dan potensi return.
Dengan mempertimbangkan rekomendasi ini, investor dapat memanfaatkan momentum pasar menjelang Pemilu 2024, di mana saham-saham big caps dan konsumer diprediksi akan semakin bersinar. Memilih reksadana dengan alokasi investasi di sektor-sektor ini bisa menjadi strategi yang bijak untuk meraih keuntungan di tengah dinamika pasar yang ada.(*)