KABARBURSA.COM - PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) kembali memperkuat posisinya di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan menambah kepemilikan saham.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Jumat, 28 Februari 2025, Wakil Presiden Direktur ADRO Christian Ariano Rachmat, mengungkapkan bahwa perusahaan telah membeli 109 juta saham ADMR pada 21 Februari 2025 dengan harga Rp965 per saham. Dengan nilai transaksi mencapai Rp105,18 miliar, kepemilikan ADRO di ADMR kini meningkat menjadi 34,38 miliar saham atau setara dengan 84,105 persen, dari sebelumnya 34,27 miliar saham atau 83,83 perseb.
Langkah ini sejalan dengan strategi ADRO yang kini lebih fokus pada pertambangan batu bara metalurgi, pengolahan mineral, jasa pertambangan, serta bisnis energi terbarukan. Sejak melepas mayoritas bisnis batu bara termalnya, perusahaan berupaya memperkuat investasi di sektor yang lebih berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang.
Dari sisi pasar, saham ADMR mengalami kenaikan 3,14 persen pada perdagangan 27 Februari 2025, ditutup di level Rp820 per saham. Namun, secara year to date (ytd), kinerjanya masih tertekan dengan koreksi 31,67 persen. Meski begitu, aksi korporasi ADRO ini menunjukkan optimisme terhadap prospek jangka panjang ADMR di tengah volatilitas harga saham.
Salah satu faktor yang mendukung strategi investasi ADRO adalah kekuatan kas yang dimilikinya pasca spin off PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Dengan dana tunai mencapai USD2 miliar, ADRO berada dalam posisi yang kuat untuk melakukan ekspansi maupun memberikan dividen yang lebih besar kepada pemegang saham.
DBS Research Group mencatat bahwa kinerja ADRO hingga September 2024 melampaui ekspektasi pasar. Namun, dampak spin off AADI akan sangat signifikan terhadap laporan keuangan, dengan potensi penurunan laba bersih hingga 70 persen.
Meski demikian, dengan cadangan kas yang besar dan strategi investasi yang agresif, ADRO tetap menjadi salah satu perusahaan yang menarik bagi investor yang mengincar pertumbuhan di sektor pertambangan dan energi terbarukan.
Tren Bearish ADRO
Dalam paparan analisis teknikal Kabarbursa.com, dari data yang diberikan, tren saham ADRO saat ini cenderung Bearish. Hal ini didukung oleh beberapa indikator, seperti RSI yang berada di level 36 yang menunjukkan bahwa saham mendekati kondisi oversold, namun belum ada tanda pembalikan arah. Selain itu, MACD berada di bawah garis sinyal yang mengindikasikan momentum penurunan yang masih kuat.
Harga saat ini juga berada di bawah MA10, MA50, dan MA200, menunjukkan tren jangka pendek, menengah, dan panjang yang lemah. Sementara, Bollinger Bands menunjukkan harga mendekati batas bawah, yang bisa menjadi indikasi potensi pembalikan jika ada volume yang mendukung, namun saat ini volume perdagangan tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Tidak ada breakout atau breakdown yang jelas dari level support atau resistance saat ini. Target support selanjutnya bisa berada di sekitar 2048, sesuai dengan batas bawah Bollinger Bands. Sementara, resistance terdekat berada di sekitar 2171, sesuai dengan MA10.
Di sini, investor disarankan untuk berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum mengambil keputusan investasi.
Buffett: ADRO Masih Penuh Tantangan
Jika melihat performa ADRO melalui kacamata Waren Buffett, kinerja PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dalam beberapa aspek finansial menunjukkan tantangan yang perlu diatasi untuk mencapai standar ideal.
Berdasarkan data terbaru, Return on Capital Employed (ROCE) ADRO tercatat 0,00 persen, jauh di bawah ambang batas ideal sebesar 15 persen. Ini mengindikasikan bahwa efisiensi penggunaan modal perusahaan masih perlu ditingkatkan untuk menghasilkan laba yang optimal dari investasi yang dilakukan.
Selain itu, margin operasional ADRO juga berada di angka 0,00 persen, yang berarti perusahaan belum mencatatkan keuntungan dari operasionalnya. Padahal, idealnya operating margin berada di atas 10 persen sebagai indikator bahwa bisnis dapat menghasilkan keuntungan dari aktivitas utamanya.
Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk dampak dari restrukturisasi bisnis pasca spin off PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang mengubah struktur pendapatan dan laba perusahaan.
Di sisi lain, Economic Moat Score ADRO tercatat pada angka 6, sedikit di bawah angka ideal yaitu 7.
Economic Moat merupakan indikator keunggulan kompetitif jangka panjang suatu perusahaan dibandingkan pesaingnya.
Dengan skor yang belum mencapai tingkat ideal, ADRO masih perlu memperkuat posisinya di pasar, baik melalui ekspansi bisnis, inovasi, maupun strategi diferensiasi produk dan layanan.
Yang paling menjadi perhatian adalah Earnings Stability Score yang hanya berada di angka 1, jauh dari standar ideal yang berada di atas 7. Ini menunjukkan bahwa pendapatan ADRO masih sangat fluktuatif dan belum memiliki pola kestabilan yang diharapkan oleh investor.
Perubahan besar dalam struktur bisnis setelah spin off kemungkinan menjadi penyebab utama volatilitas ini, sehingga perlu strategi lebih lanjut untuk menstabilkan pertumbuhan laba ke depan.
Meskipun terdapat beberapa tantangan dalam kinerja finansial, ADRO masih memiliki potensi besar untuk memperbaiki metrik-metrik ini, terutama dengan cadangan kas yang kuat serta fokus pada pertumbuhan sektor pertambangan batu bara metalurgi dan energi terbarukan.
Jika perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat keunggulan kompetitifnya, maka kinerja keuangan yang lebih solid di masa depan masih sangat mungkin untuk dicapai.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.