Logo
>

Sesi I Perdagangan: IHSG Naik, Harga Komoditas Fluktuatif

Indeks LQ45 sebagai barometer saham-saham unggulan juga ikut menguat sebesar 0,60 persen ke level 761,70.

Ditulis oleh Yunila Wati
Sesi I Perdagangan: IHSG Naik, Harga Komoditas Fluktuatif
IHSG menguat di sesi pertama perdagangan. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama Rabu, 30 April 2025, dengan penguatan solid seiring sentimen positif atas awal musim laporan keuangan kuartal I 2025 serta harapan investor terhadap 100 hari pertama masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Sentimen ini turut mendorong bursa regional dan menciptakan optimisme di pasar modal domestik.

    IHSG tercatat naik sebesar 29,53 poin atau 0,44 persen dan ditutup di level 6.778,60, memperlihatkan kinerja yang stabil menjelang libur panjang. Sementara itu, Indeks LQ45 sebagai barometer saham-saham unggulan juga ikut menguat sebesar 0,60 persen ke level 761,70. Volume transaksi mencapai 29,528 miliar saham dengan total nilai perdagangan sebesar Rp6,96 triliun, menunjukkan likuiditas yang masih aktif di tengah fluktuasi global.

    Dari sisi breadth pasar, sebanyak 294 saham ditutup menguat, 277 saham melemah, dan 227 saham stagnan. Ini mencerminkan dominasi sentimen positif di kalangan investor, terutama di sektor-sektor yang berkaitan erat dengan komoditas, perbankan, dan konsumsi domestik.

    Rupiah Bergerak Fluktuatif, BI dan Pasar Spot Berbeda Arah

    Di pasar valuta asing, rupiah menunjukkan pergerakan yang menarik. Kurs referensi JISDOR yang dirilis Bank Indonesia melemah 75 poin ke level 16.787 per dolar AS, menandakan tekanan lanjutan dari sisi domestik. Namun, di pasar spot, rupiah justru menguat sebesar 90 poin ke 16.665, menunjukkan adanya arus masuk jangka pendek dan intervensi pasar yang berhasil menjaga kestabilan nilai tukar di tengah penguatan dolar AS secara global.

    Fitch Ratings mengeluarkan peringatan bahwa depresiasi lebih lanjut terhadap rupiah bisa meningkatkan tekanan pembiayaan, terutama bagi perusahaan yang memiliki jatuh tempo obligasi dolar AS dalam waktu dekat dan yang tergantung pada impor bahan baku.

    Pasar Global Cenderung Campuran, Fokus ke Inflasi dan Bank Sentral

    Bursa saham di kawasan Asia-Pasifik bergerak variatif. Nikkei Jepang naik tipis 0,17 persen, sedangkan Hang Seng Index (HSI) dan Straits Times Index (STI) masing-masing menguat 0,22 persen dan 0,39 persen. Di sisi lain, KOSPI Korea Selatan dan Shanghai Composite Index (SHCOMP) masing-masing melemah 0,61 persen dan 0,08 persen, menyusul kekhawatiran pasar terhadap data manufaktur China yang melemah secara tak terduga.

    Investor global juga mencermati hasil pertemuan kebijakan Bank of Japan (BoJ) yang diprediksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 0,5 persen, mencerminkan sikap hati-hati di tengah tekanan inflasi global.

    Data ekonomi Australia menunjukkan inflasi kuartal I 2025 naik 2,4 persen YoY, sedikit di atas ekspektasi pasar. Hal ini mendorong spekulasi pasar terhadap kemungkinan pengetatan kebijakan moneter tambahan oleh Reserve Bank of Australia (RBA) dalam pertemuan mendatang.

    Komoditas Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Trump

    Harga minyak global melemah, dipicu oleh ketidakpastian seputar arah kebijakan perdagangan AS yang dianggap inkonsisten. Kekhawatiran ini memunculkan prospek permintaan bahan bakar yang lebih rendah, seiring potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

    Di sisi lain, harga emas juga mengalami tekanan karena penguatan dolar AS dan meredanya ketegangan dagang internasional. Investor cenderung menahan posisi sambil menanti rilis data ekonomi utama dari AS yang akan memberikan petunjuk arah kebijakan Federal Reserve.

    Harga Perak Stabil

    Di tengah dinamika pasar logam mulia global, harga perak di Indonesia per 30 April 2025 tercatat relatif stabil dengan kecenderungan fluktuatif ringan yang dipengaruhi oleh nilai tukar dolar dan permintaan pasar domestik. 

    Harga rata-rata per gram perak pada hari ini berada di kisaran Rp17.833,05, menempatkan perak sebagai alternatif investasi logam mulia yang lebih terjangkau dibandingkan emas.

    Namun, harga tersebut bukan angka tunggal karena bervariasi tergantung jenis perak dan bentuknya. Untuk perak murni dengan kadar 999.5, seperti yang ditawarkan oleh platform iBank, harga per gram menyentuh angka sekitar Rp54.493. Nilai ini mencerminkan premium yang dikenakan atas kemurnian logam serta biaya produksi dan distribusi yang melekat pada logam mulia batangan.

    Sementara itu, perak dalam bentuk perhiasan memiliki rentang harga yang lebih luas. Harga perhiasan perak per gram bisa dimulai dari Rp15.300 hingga Rp19.000, tergantung pada desain, kadar perak yang digunakan, serta lokasi dan merek penyedia. Dalam dunia perhiasan, faktor estetika dan biaya pengerjaan turut membentuk struktur harga, sehingga nilai pasar tidak hanya ditentukan oleh berat dan kadar saja.

    Untuk perak batangan dalam jumlah besar, misalnya batangan 100 gram, harga di pasar e-commerce seperti Tokopedia tercatat di kisaran Rp4.200.000. Harga ini bisa berubah tergantung stok dan fluktuasi harga global yang dipengaruhi oleh indeks dolar AS, ketegangan geopolitik, serta kebijakan suku bunga dari bank sentral dunia.

    Adapun perhiasan kombinasi seperti gelang emas perak seberat 1 gram dijual dengan harga rata-rata sekitar Rp225.000, sementara kalung perak yang dipadukan dengan elemen emas dibanderol di kisaran Rp243.800 per gram. Produk ini biasanya ditujukan untuk konsumen fesyen yang menginginkan tampilan elegan dengan biaya lebih rendah dibandingkan emas murni.

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga memainkan peran penting dalam menentukan harga logam mulia, termasuk perak. Dengan kurs dolar hari ini sekitar Rp16.755, harga perak dalam rupiah mengalami tekanan dari sisi impor, mengingat logam mulia umumnya dikonversikan dari harga internasional berbasis dolar AS. Setiap pergerakan kurs akan berdampak langsung terhadap harga jual perak di pasar domestik.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun harga perak masih berada dalam zona wajar, potensi volatilitas tetap ada, terutama jika pasar global bereaksi terhadap rilis data ekonomi Amerika Serikat, kebijakan The Fed, atau ketegangan geopolitik yang memicu permintaan terhadap aset lindung nilai seperti logam mulia.

    Futures Amerika Bergerak Negatif, Sentimen Global Masih Terbagi

    Di pasar futures AS, mayoritas indeks bergerak melemah menjelang pembukaan perdagangan reguler. Dow Futures terkoreksi 0,22 persen, S&P Futures turun 0,46 persen, dan Nasdaq Futures merosot 0,65 persen, menunjukkan bahwa pelaku pasar masih berhati-hati terhadap dinamika makroekonomi dan potensi arah suku bunga The Fed.

    IHSG hari ini naik 0,44 persen didukung oleh sentimen musim laporan keuangan dan arah kebijakan Presiden AS Donald Trump. Di tengah fluktuasi nilai tukar dan tekanan pada harga komoditas, pasar saham Indonesia tetap menunjukkan daya tahan dengan transaksi aktif dan breadth yang sehat. Fokus investor ke depan akan tertuju pada stabilitas rupiah, pergerakan pasar global, serta laporan keuangan emiten kuartal pertama yang mulai bergulir.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79