KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat tajam pada perdagangan terakhir, Senin, 14 April 2025, ditutup naik 1,70 persen ke level 6.368. Kenaikan ini ditopang oleh dominasi aksi beli yang mendorong volume perdagangan ke atas rata-rata harian.
Merujuk data perdagangan RTI Business, IHSG kemarin bergerak fluktuatif dengan level terendah 6.225 dan tertinggi 6.404. Menghijaunya indeks membuat 492 saham menguat, 137 saham melemah, dan 176 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 23,255 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp13,920 triliun.
Di sisi lain, seluruh sektoral terpantau mengalami penguatan. Sektor yang naik siginifikan ialah basic ind (6,2 persen), properti (3,72 persen), infrastruktur (3,52 persen), dan cylical (3,6 persen).
Penguatan ini memberikan napas segar bagi pelaku pasar yang sempat diliputi kekhawatiran akan tekanan eksternal. Dari sisi teknikal, tren jangka pendek IHSG kini mengarah ke zona bullish dalam 1–2 hari ke depan.
“Selama masih bertahan di atas support terdekat, IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya menuju area 6.510 hingga 6.678,” ujar Herditya Wicaksana, Research Analyst MNC Sekuritas, dalam riset hariannya yang dikutip Senin, 15 April 2025.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan analisis gelombang (wave count), saat ini IHSG diduga sedang berada di fase awal wave B.
Namun Herditya juga mengingatkan bahwa skenario korektif tetap harus diwaspadai. Dalam worst-case scenario, IHSG bisa jadi sedang berada dalam bagian dari wave (iii) dari wave [v], yang berisiko mendorong indeks melemah menuju kisaran 5.633 hingga 5.770.
Dalam konteks teknikal, level-level kunci yang patut dicermati investor antara lain:
Support: 6.148 dan 5.825
Resistance: 6.405 dan 6.510
Meskipun reli hari ini mencerminkan perbaikan sentimen pasar, Herditya menekankan pentingnya kehati-hatian. “Kami tetap menyarankan investor untuk memperhatikan pergerakan level support-resistance dan tetap selektif dalam memilih saham, terutama di tengah potensi volatilitas global,” jelasnya.
Dengan katalis domestik dan eksternal yang masih beragam, pelaku pasar kini menanti arah selanjutnya, apakah penguatan ini akan berlanjut sebagai bagian dari recovery, atau justru menjadi jeda sebelum koreksi berikutnya.
Maret 2025: IHSG Kehilangan Rp29,92 Triliun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 27 Maret 2025 mengalami penguatan setelah sempat tertekan oleh sentimen negatif terhadap kondisi perekonomian global.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan IHSG mencatatkan penguatan sebesar 3,83 persen secara month-to-date (mtd) ke level 6.510,62. Kendati, IHSG secara year-to-date (ytd) indeks masih melemah sebesar 8,04 persen.
“Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar 11.126 triliun atau naik 2,27 persen mtd, namun secara ytd turun sebesar 9,80 persen,” ujar Inarno dalam RDK OJK untuk Maret 2025.
Untuk non-residen mencatatkan net sales sebesar Rp8,02 triliun sepanjang Maret dan Rp29,92 triliun secara ytd.
Inarno menjelaskan, tekanan di pasar modal semakin terasa usai pembukaan kembali bursa setelah libur Lebaran pada 8 April 2025, di mana IHSG anjlok 7,9 persen dari point 6.510 ke level 5.996. Karenanya, perdagangan sempat diberhentikan sementara (trading halt) selama 30 menit.
“Sebagai tambahan informasi sejak pembukaan pasar saham pasca libur lebaran pada tanggal 8 April 2025, IHSG gabungan dtd mengalami penurunan sebesar 7,9 persen dari 6.510 ke level 5.996, dan sempat mengalami halting selama 30 menit pada pukul 9. Dibuka kembali 30 menit, di 9.30,” jelas Inarno.
Kendati demikian, menurut Inarno, tekanan tersebut mulai mereda pada 9 April 2025, dengan IHSG yang mencatatkan penguatan sebesar 0,47 persen ke level 5.967. Tren positif berlanjut pada 10 April 2025, ketika IHSG ditutup menguat sebesar 4,79 persen ke level 6.254, meskipun secara ytd indeks masih mencatat penurunan sebesar 11,67 persen.
Di pasar obligasi, indeks ICBI selama Maret 2025 tercatat melemah 0,17 persen mtd, tetapi menguat 1,75 persen ytd. Sementara itu, sektor pengelolaan investasi juga menunjukkan pertumbuhan dengan nilai aset kelolaan (AUM) mencapai Rp811,97 triliun, naik 0,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya, walau turun 3,71 persen sejak awal tahun.
OJK juga mencatat kinerja positif dalam penghimpunan dana di pasar modal. Sampai 27 Maret 2025, nilai penawaran umum mencapai Rp57,68 triliun, termasuk Rp3,24 triliun dari lima emiten baru. Di sisi securities crowdfunding (SCF), sejak diberlakukannya aturan SCF hingga akhir Maret 2025, tercatat 18 penyelenggara berizin dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp1,49 triliun.
Selain itu, di pasar derivatif keuangan, volume transaksi tercatat mencapai 571.610 juta lot dengan nilai akumulasi sebesar Rp710,63 triliun dari awal tahun hingga akhir Maret 2025.
Bursa Karbon juga terus bertumbuh, dengan total volume perdagangan mencapai 1,59 juta ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp77,91 miliar. “Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 27 Maret 2025 tercatat 111 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar Rp1.598.693 ton,” jelasnya. (*)