KABARBURSA.COM - Saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah beberapa waktu tertekan.
Pada perdagangan Selasa, 24 Juni 2025, PNLF dibuka menguat 4,65 persen ke level Rp270. Kenaikan ini tak hanya signifikan dari sisi harga, tetapi juga diiringi lonjakan volume transaksi, memberikan harapan baru bagi para pelaku pasar yang menantikan potensi pembalikan arah dalam waktu dekat.
Selama beberapa bulan terakhir, tren saham PNLF bergerak dalam tekanan. Harga terus terkoreksi dan belum mampu menembus rata-rata pergerakan jangka menengah hingga panjang. Namun, dalam beberapa sesi terakhir, harga terlihat mulai stabil dan membentuk pola teknikal yang menarik di area support Rp250–260. Area ini terbukti cukup tangguh menahan tekanan jual.
Sejumlah indikator teknikal mulai menunjukkan sinyal awal perbaikan. Indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence), meski masih berada di area negatif, mulai mendekati garis sinyal. Ini mengindikasikan momentum negatif mulai melemah.
Sementara itu, indikator Parabolic SAR (Stop and Reverse) juga mulai berpindah posisi, mengindikasikan potensi perubahan arah tren.
Buy on Breakout atau Buy on Weakness?
Melihat kondisi ini, ada dua pendekatan yang lazim digunakan investor atau trader. Pertama, strategi buy on breakout yang bisa dipertimbangkan jika harga mampu ditutup di atas Rp280, sebuah level psikologis yang bisa menjadi penanda kuat bahwa minat beli kembali mendominasi.
Kedua, pendekatan buy on weakness atau membeli saat harga melemah terbatas di kisaran Rp258 hingga Rp268, dengan asumsi koreksi tersebut hanya bersifat teknikal dan bukan perubahan arah tren baru.
Target jangka pendek saham ini diperkirakan bisa menyentuh kisaran Rp296 hingga Rp310, jika momentum positif terus berlanjut. Namun, perlu dicermati bahwa risiko tetap ada. Penempatan stop loss di level Rp252 atau Rp246 penting untuk membatasi potensi kerugian apabila tren positif ini gagal berlanjut.
Meski PNLF belum keluar sepenuhnya dari fase downtrend jangka panjang, sinyal perbaikan jangka pendek mulai tampak. Untuk investor dengan profil risiko moderat hingga agresif, ini bisa menjadi peluang menarik.
Namun tetap, kehati-hatian dan disiplin dalam menerapkan strategi manajemen risiko tetap menjadi kunci.
Tak Bergairah, Tetapi Murah, Cair, dan Masih Bernapas Panjang
Sejauh ini, saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) tampak tidak bergairah. Tapi jika ditelisik lebih dalam, PNLF justru menyimpan potensi yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Valuasi perusahaan saat ini bisa dibilang sangat rendah. Rasio Price to Earnings (PE) berada di kisaran 5 kali laba bersih, jauh di bawah rata-rata indeks IHSG yang kini berada di level 7,8 kali.
Dengan kata lain, pasar saat ini hanya menghargai laba PNLF setara lima tahun ke depan. Sebuah sinyal bahwa saham ini berada dalam kategori undervalued.
Tingkat imbal hasil dari laba bersih terhadap harga saham (Earnings Yield) pun menyentuh angka 19 persen, angka yang tidak bisa dianggap remeh di tengah suku bunga acuan tinggi.
Dari sisi rasio buku, PNLF saat ini diperdagangkan dengan Price to Book Value (PBV) hanya 0,29 kali. Artinya, saham ini dijual pasar dengan harga diskon lebih dari 70 persen dibandingkan nilai aset bersihnya.
Dengan valuasi semurah ini, ada peluang bahwa pasar belum sepenuhnya mencerminkan potensi riil perusahaan.
Namun, murah bukan berarti tanpa alasan. Jika melihat lebih dalam ke sisi profitabilitas, PNLF memang belum menunjukkan efisiensi tinggi. Return on Equity (ROE) masih berada di kisaran 5 persen, sedangkan Return on Assets (ROA) hanya 0,7 persen.
Ini memberi gambaran bahwa kemampuan perusahaan dalam mengonversi aset dan ekuitas menjadi keuntungan belum terlalu optimal.
Meski demikian, arus kas menjadi salah satu kekuatan utama PNLF. Perusahaan membukukan free cash flow tahunan sebesar Rp4 triliun, sebuah angka yang menunjukkan likuiditas sehat.
Bahkan dari neraca, PNLF menyimpan kas tunai sebesar Rp18 triliun, jauh melebihi total utangnya yang tergolong ringan. Dengan rasio utang terhadap aset hanya 4 persen dan Debt to Equity di angka 0,35, perusahaan berada dalam posisi yang cukup solid secara struktur modal.
Pendapatan tahunan PNLF berdasarkan data trailing twelve months (TTM) mencapai Rp13 triliun, dengan laba bersih sekitar Rp1,68 triliun. Margin keuntungan bersih pun cukup solid di kisaran 14 persen. Sayangnya, sisi operasional belum cukup agresif.
Rasio asset turnover yang hanya 0,05 memperlihatkan bahwa aset perusahaan belum dimanfaatkan maksimal untuk menghasilkan penjualan.
Kondisi ini tercermin pula dari skor Altman Z-Score yang berada di angka 0,55, angka yang menandakan potensi risiko finansial dalam jangka panjang. Tapi di saat yang sama, kas yang besar bisa menjadi bantalan kuat, setidaknya untuk jangka pendek dan menengah.
Dari sisi pergerakan harga, saham PNLF sempat terperosok dalam beberapa bulan terakhir. Sejak awal tahun, harga saham terkoreksi lebih dari 36 persen. Dalam setahun, penurunan mencapai hampir 13 persen.
Meski demikian, dalam jangka lima tahun, saham ini masih mencatat kenaikan lebih dari 40 persen, menunjukkan bahwa performanya cukup siklikal.
Bagi investor jangka panjang yang mengincar saham dengan valuasi rendah, kas besar, dan utang minimal, PNLF bisa masuk dalam radar. Apalagi jika manajemen mulai menunjukkan langkah strategis seperti efisiensi operasional atau ekspansi portofolio bisnis, harga saham ini bisa saja kembali menarik perhatian pasar.
Kesimpulannya, Panin Financial adalah contoh klasik dari saham yang seolah dilupakan pasar, namun menyimpan kekuatan fundamental yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Dengan kombinasi valuasi murah, kas berlimpah, dan tekanan utang yang rendah, PNLF masih punya napas panjang—tinggal menunggu momen untuk kembali bangkit.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.