KABARBURSA.COM - Dalam kunjungannya ke Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Juli 2024, Presiden Joko Widodo menyampaikan keinginannya menguasai pasar kendaraan listrik sebanyak 80 hingga 85 persen. Ia membeberkan, saat ini masih mengejar kerja sama dengan negara lain, salah satunya Uni Emirat Arab, dan dua negara lainnya. Lalu, bagaimana kesiapan emiten kendaraan listrik menyambut mimpi ini?
Saat kunjungan ke UEA beberapa hari lalu, Presiden mengakui telah melakukan kerja sama pengembangan industri nikel, mulai dari pertambangan, HPAL, katoda, prekursor, baterai kendaraan listrik, hingga kendaraan listrik.
Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi tumbuh seiring dengan peningkatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Misalnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang terlibat dalam pengembangan infrastruktur kendaraan listrik seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga berinvestasi dalam kendaraan listrik.
Lalu ada PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) memproduksi dan mendistribusikan sepeda motor listrik dengan merek Selis. Astra International Tbk (ASII), sebagai konglomerat besar di sektor otomotif, telah mengumumkan inisiatif untuk mengembangkan kendaraan listrik. United Tractors Tbk (UNTR), yang dimiliki oleh Astra Group, terlibat dalam pengembangan dan distribusi kendaraan listrik khususnya untuk sektor industri.
Selain itu, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menunjukkan minat dalam pengembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terlibat dalam pembiayaan kendaraan listrik melalui program-program pinjaman khusus.
Pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia didorong oleh berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah yang memberikan dukungan melalui regulasi dan insentif fiskal, pengembangan infrastruktur pengisian daya yang semakin meluas, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi emisi karbon.
Investor dapat mempertimbangkan saham emiten yang terlibat dalam rantai pasok kendaraan listrik, dari produsen hingga penyedia infrastruktur pendukung, mengingat potensi pertumbuhan industri ini di masa mendatang. Dengan target pemerintah untuk memproduksi 2 juta unit motor listrik pada 2025, terdapat peluang besar untuk peningkatan permintaan dan pertumbuhan pasar.
Saham Kendaraan Listrik di BEI
- PT NFC Indonesia Tbk (NFCX). Emiten ini bekerja sama dengan PT SiCepat Express Indonesia untuk membuat perusahaan patungan bernama PT Volta Indonesia, yang merupakan produsen motor listrik dengan merek Volta. Volta juga bekerja sama dengan PT Prima Layanan Nasional Enjiniring untuk melakukan perencanaan, studi, dan pengembangan ekosistem motor listrik. Pada perdagangan hari ini, saham NFCX ditutup pada level Rp6.700 per saham, sehingga investor memerlukan modal Rp670.000 untuk membeli satu lot NFCX.
- PT Tbs Energi Utama Tbk (TOBA) & PT Goto Gojek Indonesia (GOTO). Kedua emiten ini mendirikan joint venture di bidang motor listrik. TOBA mengalokasikan lebih dari sepertiga capital expenditure tahun 2023 untuk mendanai proyek motor listrik bermerek Electrum. Saat ini, Electrum memasok lebih dari 500 motor listrik untuk mitra driver Gojek, dengan target memasok 2 juta unit motor listrik di masa mendatang. Hari ini, saham TOBA dan GOTO ditutup masing-masing pada level Rp390 per saham dan Rp115 per saham. Investor hanya membutuhkan Rp39.000 dan Rp11.500 untuk membeli satu lot saham.
- PT Indika Energy Tbk (INDY). Emiten ini bergerak di bidang perdagangan, konstruksi, pertambangan, transportasi, dan jasa. Salah satu lini bisnisnya adalah produksi motor listrik bermerek Alva One, yang diluncurkan dalam GIIAS 2022. INDY memiliki pabrik motor listrik di Cikarang dengan kapasitas 100.000 unit per tahun. Emiten ini menargetkan pendapatan dari bisnis motor listrik menjadi kontributor terbesar setelah bisnis batu bara. Pada perdagangan hari ini, INDY ditutup pada level Rp1.925 per saham, sehingga modal Rp192.500 dibutuhkan untuk membeli satu lot saham.
- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). WIKA adalah BUMN yang dikenal di sektor konstruksi dan real estate. Bisnis WIKA juga merambah ke industri motor listrik melalui anak usahanya, PT Wika Industri Manufaktur, yang memproduksi motor listrik dengan merek Gesits. Pabrik Gesits berlokasi di Bogor, Jawa Barat, dengan komponen dalam negeri sebesar 85 persen dan nilai TKDN sebesar 46,73 persen. Harga saham WIKA hari ini ditutup pada level Rp406 per saham, sehingga hanya dibutuhkan modal Rp40.600 untuk membeli satu lot saham.
- PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) Emiten ini merupakan produsen motor listrik dengan merek Selis, yang memproduksi SPV, sepeda listrik (e-moped), dan motor listrik. Dengan tren kendaraan listrik yang meningkat, SLIS optimis penjualan unit akan terus bertumbuh. Pada perdagangan hari ini, saham SLIS ditutup pada level Rp153 per saham, sehingga hanya dibutuhkan Rp15.300 untuk membeli satu lot saham.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.