KABARBURSA.COM - Wall Street mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024, dengan indeks utama mencapai level tertinggi dalam hampir dua minggu terakhir. Penguatan ini didorong oleh data harga produsen yang lebih rendah dari perkiraan, yang memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan segera melakukan pemotongan suku bunga pada bulan September.
Pada penutupan perdagangan Selasa, indeks S&P 500 naik 90,04 poin atau 1,68 persen, berakhir di level 5.434,43. Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 407,00 poin atau 2,43 persen, menutup perdagangan pada 17.187,61. Dow Jones Industrial Average juga mencatatkan kenaikan, menambah 408,63 poin atau 1,04 persen menjadi 39.765,64.
Data terbaru menunjukkan bahwa harga produsen di Amerika Serikat mengalami kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli. Sektor jasa yang lebih murah berhasil menekan kenaikan biaya barang, mengindikasikan bahwa tekanan inflasi terus mereda. Dalam periode 12 bulan hingga Juli, indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) meningkat sebesar 2,2 persen, lebih rendah dibandingkan kenaikan 2,7 persen yang tercatat pada bulan Juni.
Para investor kini mengalihkan perhatian mereka ke data harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang akan dirilis pada hari Rabu, 14 Agustus 2024 malam dan data penjualan ritel yang dijadwalkan keluar pada hari Kamis malam. Kedua data ini diharapkan dapat memberikan konfirmasi lebih lanjut mengenai kemungkinan pemotongan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS.
Michael James, Direktur Pelaksana Perdagangan Ekuitas di Wedbush Securities, menyatakan bahwa angka inti PPI mendukung narasi bahwa Federal Reserve telah berhasil menjaga inflasi tetap terkendali. "Kemungkinan besar, langkah yang akan diambil adalah pemotongan suku bunga lebih cepat daripada nanti," ujar James kepada Reuters.
Ia juga menambahkan bahwa setiap data ekonomi yang dirilis saat ini akan memiliki dampak yang besar pada pasar, mengingat kondisi pasar yang sangat sensitif dan gelisah.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan ada peluang sebesar 55 persen bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Sebelum data PPI dirilis, probabilitas ini masih berada di bawah 50 persen, menurut CME FedWatch Tool.
Pada perdagangan hari Senin sebelumnya, Wall Street berfluktuasi dengan S&P 500 yang hampir datar dan Nasdaq yang memperoleh sedikit keuntungan, setelah mengalami pekan yang penuh gejolak. Laporan ekonomi yang beragam dan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Jepang juga memberikan tekanan pada pasar pada pekan lalu.
Dalam perdagangan semalam, sektor teknologi informasi dan barang konsumsi diskresioner menunjukkan kinerja terbaik, sementara sektor energi mengalami penurunan akibat turunnya harga minyak. Penurunan ini dipicu oleh langkah OPEC yang memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan pada tahun 2024, mengurangi kekhawatiran terkait risiko pasokan yang disebabkan oleh ketegangan yang berkepanjangan di Timur Tengah.
Indeks Russell 2000, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan kecil, juga mengalami kenaikan sebesar 1,6 persen. Di antara saham-saham yang mencatatkan kinerja terbaik adalah Starbucks, yang mengalami lonjakan harga saham sebesar 24,5 persen, mencatatkan persentase kenaikan satu hari terbesar dalam sejarah perusahaan tersebut. Lonjakan ini terjadi setelah Starbucks menunjuk Brian Niccol, mantan CEO Chipotle Mexican Grill, sebagai Chairman dan CEO baru. Sementara itu, saham Chipotle turun 7,5 persen menyusul pengumuman tersebut.
Saham Home Depot berhasil membalikkan tren penurunan dan berakhir naik 1,2 persen. Perusahaan ini sebelumnya telah memperkirakan penurunan laba tahunan serta penurunan yang lebih besar dalam penjualan tahunan yang sebanding, namun berhasil menarik perhatian investor dengan prospek yang lebih baik dari perkiraan.
Saham BuzzFeed melonjak 25,9 persen setelah perusahaan media digital tersebut melaporkan bahwa kerugian bersih pada kuartal kedua menyusut menjadi USD6,6 juta dari USD22,5 juta pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini menjadi sinyal positif bagi investor yang mulai melihat potensi pemulihan dalam bisnis BuzzFeed.
Pembukaan Wall Street
Wall Street dibuka menguat pada Selasa, 13 Agustus 2024, didorong oleh data ekonomi yang menunjukkan tekanan inflasi mulai mereda. Data terbaru mengenai harga produsen mengindikasikan bahwa inflasi tidak sekuat yang dikhawatirkan sebelumnya, memberikan sinyal positif bagi investor bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan mempertahankan rencana untuk memangkas suku bunga pada bulan September. Kondisi ini memberikan dorongan positif bagi pasar, yang tercermin dalam pergerakan saham yang mayoritas menguat.
Pada sesi perdagangan tersebut, indeks Dow Jones Industrial Average meningkat sebesar 183,81 poin atau 0,47 persen, berakhir di 39.540,82. Sementara itu, indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan sebesar 45,19 poin atau 0,85 persen, menutup hari di level 5.389,58. Indeks Nasdaq Composite juga menguat signifikan, naik 208,14 poin atau 1,24 persen ke posisi 16.991,01.
Kinerja positif di Wall Street ini didukung oleh penguatan di sepuluh dari sebelas sektor utama pada indeks S&P 500. Sektor teknologi informasi dan layanan komunikasi memimpin kenaikan, mencerminkan kepercayaan investor terhadap sektor-sektor ini di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti. Saham-saham di sektor ini mencatatkan kinerja yang sangat baik, memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan indeks secara keseluruhan.
Di sisi lain, saham di sektor energi mengalami penurunan, seiring dengan melemahnya harga minyak. Penurunan ini terjadi setelah OPEC mengumumkan pemangkasan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada tahun 2024. Langkah ini bertujuan untuk meredakan kekhawatiran terkait risiko pasokan yang timbul akibat konflik yang meluas di Timur Tengah, tetapi juga memberikan tekanan pada harga minyak global.
Salah satu sorotan utama dalam perdagangan hari itu adalah lonjakan saham Starbucks, yang melonjak tajam setelah perusahaan tersebut menunjuk Brian Niccol, mantan CEO Chipotle, sebagai CEO baru mereka. Penunjukan ini dilihat sebagai langkah strategis yang dapat membawa arah baru bagi perusahaan, mengingat rekam jejak Niccol dalam membawa perubahan positif di perusahaannya sebelumnya. Investor merespons dengan optimisme, mendorong harga saham Starbucks naik signifikan.
Penguatan pasar saham Amerika Serikat (AS) secara keseluruhan juga didukung oleh data harga produsen (Producer Price Index/PPI) yang dirilis pada hari itu. Data tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga produsen di bulan Juli lebih rendah dari yang diperkirakan, dengan kenaikan biaya barang yang diredam oleh harga layanan yang lebih murah. Hal ini memberikan indikasi bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya dan mulai menurun, mengurangi tekanan pada Federal Reserve untuk terus memperketat kebijakan moneternya.
Dalam konteks ini, investor semakin yakin bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter, yang mencakup kemungkinan pemotongan suku bunga pada pertemuan mereka di bulan September. Sentimen positif ini tercermin dalam pergerakan pasar, di mana para pelaku pasar lebih percaya diri memasuki perdagangan, berharap bahwa langkah-langkah kebijakan yang akan diambil oleh bank sentral akan mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa memicu inflasi yang berlebihan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.