KABARBURSA.COM - Setelah laporan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) dirilis pada 25 April 2024, sebagian besar ekonom mengatakan bahwa kokoh dan stabilnya perekonomian AS akan menjadi tantangan bagi Presiden Joe Biden.
"Ini merupakan tantangan bagi presiden. Meskipun ada pertumbuhan ekonomi yang pesat, inflasi dan suku bunga yang tinggi menghadang. Stabilitas ekonomi saat ini merupakan masalah bagi Biden," kata Stuart Paul, ekonom di Bloomberg Economics, dikutip Senin, 29 April 2024.
Laporan ini menjadi krusial dalam kampanye presiden. Kondisi ekonomi yang kurang memuaskan telah membuat ketegangan di masyarakat AS.
Penelitian itu juga menunjukkan bahwa pemilih mulai membentuk pandangan mereka tentang arah ekonomi AS sekitar enam bulan sebelum pemilihan umum.
Jajak pendapat Bloomberg News/Morning Consult terhadap pemilih di tujuh negara bagian yang menjadi fokus pada April menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya memperkirakan penurunan ekonomi AS pada tahun 2024.
Setidaknya setengah dari responden juga memperkirakan bahwa tingkat inflasi dan biaya pinjaman akan meningkat lebih tinggi daripada saat ini.
Sebagai respons terhadap ketidakpastian ini, tim kampanye Biden telah mengurangi penekanan pada strategi "Bidenomics" yang digunakan untuk menjelaskan alasan ekonomi bagi pemilih untuk mendukungnya.
"Mereka sekarang lebih fokus pada isu-isu seperti hak aborsi dan perlindungan demokrasi," jelas Paul.
Meskipun jajak pendapat menunjukkan ketidakpastian tentang masa depan Biden, ada satu model ekonomi yang memberikan harapan.
Ekonom Ray Fair dari Universitas Yale menyatakan bahwa modelnya menunjukkan bahwa, meskipun ada perlambatan pertumbuhan dan inflasi yang tinggi, Biden masih memiliki peluang untuk memenangkan suara mayoritas dalam pemilihan umum.
Model tersebut, yang telah berhasil memprediksi hasil pemilihan presiden sejak tahun 1980, menunjukkan bahwa Biden berpotensi meraih 51,7 persen suara dibandingkan dengan Trump.