Logo
>

Stetoskop AI, Apa Bisa Bikin Pengobatan Jantung Jadi Murah?

Ditulis oleh Yunila Wati
Stetoskop AI, Apa Bisa Bikin Pengobatan Jantung Jadi Murah?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Para dokter di Indonesia akan kedatangan teknologi canggih, yaitu stetoskop berteknologi kecerdasan buatan (AI). Stetoskop canggih ini nantinya dapat mendeteksi berbagai penyakit jantung dengan lebih cepat dan akurat. Kalau begitu, stetoskop AI diperkirakan dapat membuat pengobatan jantung lebih murah dan simpel.

    Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. dr. Anwar Santoso, mengatakan, bahwa stetoskop konvensional berperan dalam mendiagnosis berbagai penyakit, seperti penyakit katup jantung (katup mitral, katup aorta, katup trikuspid, dan katup pulmonal), penyakit jantung kongenital seperti ASD (Atrial Septal Defect), VSD (Ventricular Septal Defect), TF (Tetralogy of Fallot), pulmonal stenosis, tricuspid atresia, serta penyakit jantung paru (Cor Pulmonale).

    Namun, Dr. Anwar mencatat bahwa untuk penyakit jantung koroner dan gagal jantung, stetoskop konvensional kurang efektif. Maka, stetoskop berbasis AI bisa membantu dengan mentransmisikan energi suara dari jantung dan paru langsung menjadi data digital.

    "Untuk penyakit jantung koroner dan gagal jantung, peran stetoskop tak begitu besar. Kecuali stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI (Artificial Intelligence)," jelas Dr. Anwar, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Senin, 17 Juni 2024.

    Teknologi ini dikenal sebagai phonocardiography, yang memungkinkan visualisasi suara jantung dalam bentuk grafik atau gambar yang dapat dipindai melalui layar laptop atau ponsel.

    Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam diagnosis penyakit jantung juga semakin menjanjikan. Menurut Dr. Anwar Santoso, stetoskop berbasis AI ini nantinya akan diterapkan oleh semua dokter, termasuk di Indonesia.

    "Stetoskop pintar berbasis AI akan menjadi keniscayaan dalam praktik kedokteran di masa depan. Karena akan meningkatkan keandalan dan akurasi diagnosis dibandingkan dengan stetoskop konvensional yang hanya mengandalkan auskultasi, atau mendengarkan suara jantung," katanya.

    Sebagaimana diketahui, prinsip dari AI adalah mengumpulkan banyak data (big data) dari suara jantung dan bunyi murmur, yang kemudian dianalisis menggunakan berbagai algoritma dan metode analisis seperti bootstrapping. Ini akan meningkatkan akurasi diagnosis yang dilakukan secara auskultasi.

    "Dampak dari teknologi AI ini amat bermanfaat untuk skrining oleh dokter layanan primer di Puskesmas dan klinik-klinik sebelum dirujuk ke rumah sakit," jelasnya.

    Meskipun teknologi stetoskop AI belum diterapkan di Indonesia, stetoskop konvensional masih digunakan sebagai langkah diagnostik awal di rumah sakit sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan.

    "Stetoskop konvensional masih dipakai karena teknologi AI belum masuk dan diterapkan di Indonesia. Tentunya, stetoskop konvensional digunakan sebagai langkah diagnostik awal sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut," terang Dr. Anwar.

    Untuk informasi, Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan deteksi dini penyakit jantung terutama bagi orang di atas 40 tahun dan mereka yang berisiko tinggi, seperti penderita hipertensi atau diabetes. Untuk diagnosis yang akurat, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiografi, treadmill test, dan ekokardiografi.

    Biaya Pengobatan Jantung

    Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) termasuk dalam kelompok penyakit kronik yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya dan merupakan penyakit dengan biaya tinggi (katastropik). Prevalensi penyakit ini menyerap sekitar 30 persen dari seluruh biaya pengobatan oleh rumah sakit.

    Sepuluh tahun lalu saja, kasus katastropik rawat inap tertinggi adalah penyakit jantung, dengan 232.010 kasus yang memerlukan biaya sebesar 1,8 triliun Rupiah.

    Karena jumlah kasus dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung cukup tinggi, penanganan terhadap kasus ini hendaknya dilaksanakan sesuai dengan ilmu kedokteran terkini, serta diselenggarakan secara aman, berkualitas, dan mengutamakan keselamatan pasien. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

    Salah satu contoh pengobatan jantung yang cukup mahal adalah operasi bypass jantung. Jika Anda perlu menjalani tindakan tersebut, maka harus mengeluarkan uang sekitar Rp63 juta hingga Rp130 juta, menurut Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

    Besarnya biaya tersebut sesuai dengan fasilitas yang digunakan, seberapa banyak penggantian pembuluh arteri yang diperlukan, biaya tenaga medis, serta penggunaan teknologi canggih.

    Biaya tersebut hanya mencakup tindakan operasinya saja dan belum termasuk perawatan lainnya. Pasien juga harus menjalani rawat inap, baik sebelum maupun setelah operasi, dengan durasi opname setidaknya selama lima hari.

    Mahalnya biaya bypass jantung disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kebutuhan akan teknologi canggih dan tenaga medis profesional. Selain itu, ada beberapa tahapan atau pemeriksaan lanjutan yang diperlukan. Setidaknya, pasien harus bolak-balik ke rumah sakit sekitar satu sampai dua kali dalam satu bulan. Selain itu, penting bagi Anda untuk menjalani pola hidup sehat setelah operasi bypass jantung.

    Jadi, teknologi dalam bidang kedokteran, salah satunya untuk penyakit jantung, sangat ditunggu. Tujuannya, untuk memangkas biaya pengobatan penyakit jantung yang sangat mahal.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79