Logo
>

Strategi ADRO Hadapi La Lina, Ogah Turunkan Target

Ditulis oleh KabarBursa.com
Strategi ADRO Hadapi La Lina, Ogah Turunkan Target

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) teguh pada keputusannya untuk tetap mempertahankan target penjualan batu bara tahun 2024, meski La Niña mengintai di akhir tahun ini.

    Febrianti Nadira, Head of Corporate Communication ADRO, menegaskan bahwa perseroan telah menetapkan target volume penjualan batu bara antara 65 juta hingga 67 juta ton pada tahun 2024.

    “Ini mencakup 61 juta ton hingga 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton hingga 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR),” ungkap Febrianti, dikutip Kamis 15 Agustus 2024.

    Dalam menghadapi tantangan cuaca buruk, Febrianti menjelaskan bahwa ADRO akan menerapkan sejumlah strategi mitigasi, termasuk memperkokoh rantai pasokan perusahaan.

    ADRO juga berkomitmen untuk terus mengendalikan operasional demi mencapai target yang telah ditetapkan dan menjaga efisiensi biaya. Menurut Febrianti, dua hal ini—keunggulan operasional dan efisiensi—adalah kunci bagi perseroan.

    Hingga saat ini, operasional ADRO tetap berjalan lancar. Kegiatan pertambangan di seluruh lokasi perusahaan juga beroperasi sesuai rencana.

    “Fokus utama kami adalah menjaga margin yang sehat dan menjaga kontinuitas pasokan bagi para pelanggan, terutama yang telah menandatangani kontrak jangka panjang,” tambahnya.

    Produksi Meningkat

    Selama semester I-2024, volume produksi Grup Adaro mencapai 35,74 juta ton, meningkat 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume penjualan pada periode ini tercatat mencapai 34,94 juta ton, naik 7 persen dari periode yang sama tahun lalu.

    “Kontribusi terbesar berasal dari produksi batu bara termal PT Adaro Indonesia,” ungkap Febrianti.

    Sementara itu, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli memprediksi bahwa fenomena La Niña bisa mengurangi produksi tambang nasional sekitar 10 persen hingga 15 persen secara tahunan.

    Rizal memperingatkan bahwa La Niña membawa potensi curah hujan yang sangat tinggi, yang dapat memicu banjir di area logistik dan menghambat pengiriman produk tambang menuju pelabuhan.

    Bukan hanya itu, intensitas hujan yang tinggi juga bisa menghentikan pengangkutan dari tambang, bahkan berisiko memicu longsor.

    “Gangguan dari La Niña diperkirakan akan berlangsung dari November 2024 hingga Februari 2025," kata dia

    Kinerja Adaro 2024

    Kinerja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) diproyeksikan tetap stabil di tahun 2024. Meski harga batu bara mengalami koreksi hingga USD 364 juta, yang mana menurun 18,3 persen secara tahunan (yoy), laba bersih ADRO masih terjaga cukup solid. Penurunan ini tak mampu mengikis sepenuhnya performa keuangan perusahaan yang tetap mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 5 persen secara year on year.

    Arinda Izzaty Hafiya, Junior Research Analyst di Pilarmas Investindo Sekuritas, menegaskan bahwa kinerja ADRO sesungguhnya tetap tangguh meski tertekan oleh tren penurunan harga batu bara global.

    "Ini membuktikan bahwa Adaro Energy mampu bertahan dengan baik, meskipun tantangan dari sisi harga cukup berat," ujar Izzaty.

    Meski ADRO dihadapkan pada beragam tantangan, seperti meningkatnya adopsi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di pasar global, termasuk oleh negara-negara konsumen terbesar batu bara seperti Tiongkok dan India, Izzaty tetap optimistis. Tiongkok, menurut data Badan Energi Internasional (IEA), telah memasang kapasitas EBT sebesar 350 Giga Watt (GW) pada tahun 2023. Sementara itu, India menargetkan penambahan kapasitas sebesar 500 GW hingga 2030.

    Meski demikian, dengan struktur biaya operasi yang rendah dan cadangan batu bara yang melimpah, ADRO dinilai mampu mempertahankan arus kas bebas (FCF) yang kuat. Hal ini juga memungkinkan perseroan untuk terus membagikan dividen kepada para investor jangka panjang, meskipun harga batu bara tengah berada dalam fase penurunan.

    Izzaty juga menyoroti bahwa peningkatan produksi batu bara menjadi 67 juta ton di tahun 2024 akan menjadi faktor penting dalam mendukung pendapatan ADRO. "Peningkatan ini diharapkan mampu menyeimbangkan dampak dari penurunan harga jual batu bara," tambahnya.

    ADRO menargetkan volume produksi batu bara di tahun 2024 berada di kisaran 65-67 juta ton, yang terdiri dari 61-62 juta ton batu bara termal dan 4,9-5,4 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals. Dengan kapasitas produksi yang besar serta proyek pembangkit listrik yang dikelola sendiri, ADRO dipandang memiliki potensi besar untuk mencapai target ini. Namun, yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan pasar untuk menyerap produksi tersebut.

    Izzaty menyimpulkan bahwa prospek jangka panjang ADRO tetap menarik, dengan rekomendasi "Buy long term" atau beli untuk jangka panjang, serta target harga Rp 3.080 per saham. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi