Logo
>

Strategi Telkom (TLKM) Mendorong Digitalisasi Non-Telco

Telkom perluas layanan digital non-telco lewat Xooply milik Metranet, menyasar koperasi dan pelaku usaha sebagai bagian strategi digital B2B nasional.

Ditulis oleh Syahrianto
Strategi Telkom (TLKM) Mendorong Digitalisasi Non-Telco
Gedung Telkom Indonesia di Jakarta. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk terus memperkuat portofolio bisnis digital di luar layanan telekomunikasi. 

Lewat anak usahanya, PT Metra-Net (Metranet), Telkom mengembangkan Xooply, sebuah platform e-commerce B2B yang kini mulai menyasar koperasi dan pelaku ekonomi lokal.

Xooply awalnya dirancang untuk mendukung pengadaan barang dan jasa oleh instansi pemerintah. Namun sejak awal 2025, platform ini diperluas penggunaannya untuk koperasi modern, salah satunya lewat kemitraan dengan Koperasi Astra. 

Kerja sama ini menjadi bagian dari langkah strategis Telkom dalam mendorong adopsi teknologi digital oleh pelaku ekonomi rakyat.

“Xooply hadir sebagai solusi digital untuk koperasi dan pelaku usaha yang ingin transparan, efisien, dan terdigitalisasi. Koperasi perlu bergerak ke arah digital agar lebih kompetitif,” ujar Faisal Yusuf, Direktur Bisnis Metranet, dalam keterangan tertulis.

Emiten berkode saham TLKM ini menempatkan Metranet sebagai salah satu mesin pertumbuhan dalam divisi Digital Business. Fokusnya adalah membangun ekosistem digital di luar jaringan konektivitas. 

Selain Xooply, Metranet juga mengelola layanan lain seperti Pijar Mahir (edtech), DigiAds (iklan digital), hingga solusi payment dan e-wallet.

Pertumbuhan Bisnis Digital Telkom

Pertumbuhan pendapatan digital Telkom menjadi bukti konkret arah baru perusahaan. Pada kuartal I 2025, Telkom mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun, meningkat 2,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Dari jumlah itu, 90,3 persen berasal dari bisnis digital segmen konsumer, seperti layanan data broadband, fixed internet, dan platform digital non-telco seperti e-commerce B2B.

Direktur Keuangan Telkom, Heri Supriadi, dalam keterangan resmi menyatakan bahwa fokus Telkom saat ini adalah memperbesar porsi pendapatan dari layanan berbasis digital. 

"Transformasi digital bukan hanya strategi, tetapi realitas operasional yang sudah menghasilkan revenue baru. Kontribusi bisnis digital kini jadi mesin utama pertumbuhan,” ujarnya dalam rilis resmi yang dikutip.

Capaian kuartalan tersebut melanjutkan tren positif sepanjang tahun 2024, di mana Telkom membukukan pendapatan tahunan sebesar Rp150 triliun dan laba bersih Rp23,6 triliun, seperti tercatat dalam laporan tahunan.

Korelasi pertumbuhan digital dengan kinerja keuangan Telkom tampak jelas dalam pergeseran komposisi pendapatan. Pada 2019, mayoritas pendapatan masih berasal dari layanan legacy voice dan SMS. Kini, porsi bisnis digital melampaui 70 persen dari total revenue konsolidasi Telkom Group.

Transformasi tersebut juga terlihat dari meningkatnya investasi di unit bisnis digital seperti Telkomsel Digital Ecosystem, Leap Digital, dan Metranet (pengelola Xooply). Xooply sendiri disiapkan sebagai platform digital B2B untuk e-procurement lintas sektor, termasuk koperasi dan instansi pemerintah.

“Peluang digital bukan lagi sekadar pendukung, tapi core bisnis. Telkom kini memosisikan dirinya sebagai digital powerhouse nasional, dan kami menargetkan 90 persen pendapatan akan datang dari digital dalam dua tahun ke depan,” kata Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkom, saat RUPST Telkom 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), dikutip Rabu, 25 Juni 2025.

Perbandingan dengan Platform BUMN Lain: PaDi UMKM

Kehadiran Xooply turut menempatkan Telkom dalam peta kompetisi platform BUMN digital procurement. 

Sebelumnya, Kementerian BUMN telah menggagas PaDi UMKM (Pasar Digital UMKM), yang mewajibkan perusahaan BUMN melakukan pengadaan barang dari pelaku UMKM melalui platform tersebut. 

PaDi UMKM berhasil mencatat transaksi senilai Rp4,6 triliun sepanjang 2023.

Namun, secara karakter dan target pasar, Xooply dan PaDi UMKM berbeda. Jika PaDi UMKM berfokus pada skema B2G (business-to-government) dan UMKM lokal, maka Xooply mulai menggarap segmen koperasi dan pelaku ekonomi yang telah mengadopsi teknologi digitalisasi rantai pasok.

“Platform seperti Xooply penting sebagai jembatan digitalisasi pelaku usaha non-UMKM. Koperasi dan sektor swasta perlu alternatif yang sesuai dengan kompleksitas kebutuhan mereka,” kata Ririek dalam pernyataannya saat RUPST Telkom 2025.

Arah Strategis dan Investasi Digital Telkom

Investasi Telkom dalam layanan digital terus diperluas. Selain penguatan Xooply, Telkom juga memperbesar portofolio data center melalui NeutraDC, serta mendorong monetisasi layanan fixed broadband lewat IndiHome bundling dengan OTT, gaming, dan cloud storage.

Data internal menunjukkan trafik data naik 14 persen secara tahunan pada kuartal I 2025. Sementara pendapatan dari layanan voice dan SMS mengalami penurunan 9 persen yoy. 

IndiHome mencatat kenaikan ARPU dari Rp283 ribu ke Rp296 ribu berkat integrasi layanan digital tambahan.

Dengan arah yang semakin jelas, Telkom menargetkan bahwa dalam dua hingga tiga tahun ke depan, lebih dari 90 persen pendapatan perusahaan akan berasal dari layanan digital. 

Fokusnya adalah memperluas solusi digital ke sektor publik, koperasi, dan pelaku usaha skala menengah melalui produk-produk seperti Xooply.

Mengapa ini Penting: Peta Jalan Digitalisasi Nasional

Transformasi Telkom bukan hanya penting bagi portofolio bisnis perusahaan, tetapi juga bagi agenda ekonomi digital nasional. 

Menurut laporan Google-Temasek e-Conomy SEA 2023, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD146 miliar pada 2025. 

Telkom, sebagai BUMN digital terbesar, memegang peran sentral dalam memastikan ekosistem ini tumbuh inklusif.

“Kami melihat keberhasilan transformasi digital tidak hanya dari sisi keuangan, tetapi dari dampaknya ke masyarakat. Digitalisasi koperasi adalah langkah besar untuk memperluas inklusi digital,” ujar Heri Supriadi.

Dengan penguatan platform seperti Xooply dan dukungan terhadap pelaku usaha non-telekomunikasi, Telkom sedang mengukuhkan dirinya sebagai tulang punggung digitalisasi sektor produktif Indonesia. 

Ini menjadikan strategi bisnis Telkom tidak lagi bergantung pada jaringan, tetapi pada ekosistem. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.