Logo
>

Subholding ID FOOD PT Garam Bidik IPO, begini Rencananya

Ditulis oleh Syahrianto
Subholding ID FOOD PT Garam Bidik IPO, begini Rencananya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Garam, subholding PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD, merancang skenario penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) untuk 3 tahun mendatang.

    Rencana tersebut sejalan dengan langkah perusahaan, yang berencana membangun sejumlah pabrik baru guna meningkatkan kapasitas produksi. Langkah ekspansi pabrik ini diperkirakan menelan biaya investasi sebesar Rp600 miliar hingga Rp700 miliar.

    PT Garam bakal membangun Pabrik Segoromadu II di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi di kisaran Rp110 miliar – Rp120 miliar. Pabrik yang rencananya dibangun pada Mei 2025 ini diperkirakan memiliki kapasitas produksi 80.000 metric ton per year (MTPY).

    Setelahnya, perusahaan akan membangun pabrik berteknologi mechanical vapour recompression (MVR) di Sumenep. Nilai investasi pembangunan pabrik ditaksir mencapai Rp400 miliar – Rp500 miliar, di luar dari revitalisasi pegaraman senilai Rp200 miliar.

    Di tengah kebutuhan dana yang cukup besar, Direktur Utama PT Garam Arif Haendra mengatakan perusahaan sejatinya mampu membiayai investasi tersebut secara mandiri. Untuk Pabrik Segoromadu II, misalnya, PT Garam telah menyiapkan dana sekitar 30 persen dari total investasi. Hasil dari produksi Segoromadu II nantinya membuat perusahaan mampu membiayai pembangunan pabrik MVR lewat sumber dana sendiri atau SDS.

    Arif juga mengeklaim bahwa perbankan sudah siap mendukung langkah ekspansi PT Garam. Namun, pemegang saham meyakini dengan fundamental yang kuat, perusahaan dapat mencari sumber pendanaan lain seperti lewat penerbitan obligasi dan IPO.

    “Pemegang saham yakni ID FOOD menyampaikan bahwa PT Garam memiliki potensi yang cukup untuk bisa melakukan IPO,” ujarnya baru-baru ini.

    Peluang IPO, kata Arif, kini sedang dikaji oleh manajemen supaya PT Garam dapat menjadi perusahaan terpercaya dan memiliki reputasi yang baik. Dia meyakini dalam kurun tiga tahun ke depan, perusahaan sudah siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    “Kami memprediksi jika kerja PT Garam semakin baik dan dua investasi besar ini sudah kami laksanakan yakni Pabrik Segoromadu II dan Pabrik MVR di Sumenep, tidak lebih dari 3 tahun ke depan PT Garam sudah siap,” pungkas Arif.

    Pabrik Segoromadu II bakal difungsikan untuk menambah pasokan garam konsumsi dalam negeri. Selain meningkatkan kapasitas produksi PT Garam, kehadiran pabrik baru itu akan mendorong pertumbuhan pangsa pasar perusahaan di segmen garam konsumsi.

    Arif menuturkan bahwa saat ini produksi PT Garam memiliki pangsa pasar 8 persen terhadap pasokan garam konsumsi. Jumlah tersebut diharapkan meningkat ke level 15 persen pada akhir 2024, dan menembus lebih dari 20 persen setelah Pabrik Segoromadu II beroperasi.

    Produksi PT Garam pada awal musim tahun 2024 ini sudah mencapai 2.000 ton. Corporate Secretary PT Garam (Persero), Indra Kurniawan mengatakan, jika panen PT Garam sudah dimulai sejak ahir bulan mei lalu. Namun demikian sempat terkendala karena hujan turun. “Sempat ada hujan turun, sehingga sedikit mengalami kendala,” katanya, dikutip Senin, 5 Agustus 2024.

    Pihaknya berharap pada tahun 2024 produksi garam dari semua lahan yang dimiliki PT garam bisa terus meningkat. Sehingga kebutuhan garam dalam negeri bisa terpenuhi.

    Pada tahun 2023 lalu produksi PT Garam bisa menghasil 316 ribu ton. Melampaui target awal yang Cuma 225 ribu ton.

    Holding BUMN IPO

    Kementerian BUMN di bawah komando Erick Thohir memberikan kisi-kisi adanya peluang penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dari perusahaan pelat merah mulai dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo hingga MIND ID.

    Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa dalam kurun 5 tahun ke depan, diharapkan muncul perusahaan-perusahaan pelat merah baru yang dapat masuk ke dalam daftar top perusahaan baik menurut Forbes maupun Fortune.  Beberapa perusahaan yang berpotensi memiliki nilai besar dalam jangka panjang, lanjut dia, adalah Pelindo, Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata InJourney, serta MIND ID.

    “Contohnya Pelindo Grup yang sudah kami merger menjadi Pelindo. InJourney yang sekarang menyatukan seluruh airport, wisata, dan juga Garuda. Nanti Grup MIND ID, jadi nanti akan ada size-size menengah yang akan menjadi besar, yang harapannya suatu hari mungkin akan kami bawa IPO,” ujarnya.

    Dengan langkah tersebut, pria yang akrab disapa Tiko ini berharap tidak ada lagi perusahaan pelat merah dengan valuasi kecil di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti PT Indofarma Tbk. (INAF) atau PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI).

    “Kami akan fokus kepada BUMN-BUMN yang punya signifikan size dan memang punya kompetensi serta masa depan yang baik untuk bisa dibawa ke pasar modal,” ucapnya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.