KABARBURSA.COM - Akhirnya, rencana merger atau penggabungan XL Axiata dengan Smartfren akan terjadi. Tanggal sudah ditentukan dan merger tersebut dikatakan akan menghasilkan sebuah entitas baru.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dikutip Rabu, 11 Desember 2024, industri telekomunikasi Indonesia sedang menyaksikan langkah strategis besar melalui penggabungan usaha antara PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Smart Telecom. Ketiga entitas ini akan melebur menjadi satu perusahaan baru bernama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. Penggabungan ini menjanjikan sinergi kekuatan teknologi, jaringan, dan sumber daya untuk menghadirkan layanan telekomunikasi yang lebih baik di Tanah Air.
Sebagai bagian dari proses merger ini, XL Axiata akan menjadi perusahaan penerima penggabungan. Dengan demikian, dua entitas milik taipan Franky Oesman Widjaja, yakni Smartfren Telecom dan Smart Telecom, akan dibubarkan berdasarkan hukum, setelah merger rampung.
Struktur Kepemilikan Setelah Merger
Sebelum penggabungan, EXCL berada di bawah kendali Anchor melalui kepemilikan tidak langsung sebesar 100 persen di Axiata Investments, pemegang saham mayoritas EXCL. Sementara itu, Smartfren Telecom dikendalikan oleh Stellar, dengan Franky Oesman Widjaja sebagai pemilik manfaat utama. Smart Telecom juga berada di bawah kendali Smartfren dengan pemilik manfaat yang sama.
Setelah penggabungan tuntas, XLSmart Telecom Sejahtera akan memiliki dua pengendali utama, yakni Anchor dan Stellar. Axiata Investments akan memegang sekitar 34,8 persen kepemilikan di entitas baru ini, sementara Stellar akan menguasai 34,82 persen sahamnya. Hal ini mencerminkan pembagian kepemilikan yang setara antara kedua grup besar tersebut.
Tanggal Efektif Penggabungan
Menurut dokumen resmi yang diterbitkan pada Rabu, 11 Desember 2024, jika tidak ada kendala yang muncul, penggabungan usaha ini dijadwalkan akan efektif mulai 15 April 2025.
Dengan penggabungan ini, diharapkan XLSmart Telecom Sejahtera dapat memberikan layanan telekomunikasi yang lebih terintegrasi dan efisien, sekaligus memperkuat daya saing di pasar.
Penggabungan ini menjadi langkah strategis untuk menyatukan kekuatan XL Axiata sebagai salah satu pemain besar telekomunikasi dengan jangkauan luas di Indonesia dan Smartfren sebagai penyedia layanan berbasis data yang inovatif. Kombinasi sumber daya ini diharapkan dapat menciptakan efisiensi operasional, mempercepat pengembangan infrastruktur digital, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Merger ini tidak hanya menjadi langkah bisnis yang signifikan tetapi juga mencerminkan tren konsolidasi yang semakin berkembang di industri telekomunikasi global. Dengan entitas baru yang lebih kuat secara finansial dan operasional, XLSmart Telecom Sejahtera diproyeksikan mampu bersaing di era digital yang semakin kompleks dan menuntut.
Langkah besar ini menunjukkan komitmen XL Axiata dan Smartfren untuk terus memberikan kontribusi bagi transformasi digital Indonesia, sekaligus memperkuat posisi mereka di pasar telekomunikasi domestik maupun regional.
Akankah Merger Berbuah Baik?
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah merger tersebut akan berbuah baik? Karena, dalam laporan keuangannya, PT Smartfren Telecom TBK menyebutkan telah terjadi kerugian yang membengkak
Dalam laporan kinerja keuangan selama sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M24), emiten di sektor telekomunikasi ini melaporkan hasil kinerja keuangan yang kurang memuaskan. Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan pada 14 November 2024, perusahaan mencatat rugi bersih sebesar Rp1,01 triliun, membengkak 68 persen dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun 2023, sebesar Rp599,66 miliar.
Pendapatan FREN selama periode Januari hingga September 2024 tercatat sebesar Rp8,54 triliun, sedikit menurun 1,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp8,63 triliun.
Penurunan pendapatan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi FREN dalam mempertahankan pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan di tengah persaingan yang ketat di industri telekomunikasi.
Di sisi lain, jumlah beban usaha perusahaan meningkat 4,8 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp8,71 triliun. Peningkatan ini memperburuk posisi keuangan perusahaan, sehingga mencatatkan rugi usaha sebesar Rp164,1 miliar.
Ini berbanding terbalik dengan kinerja pada sembilan bulan pertama tahun 2023, di mana FREN masih mampu mencatatkan laba usaha sebesar Rp319,18 miliar.
Kenaikan beban usaha ini kemungkinan besar dipicu oleh peningkatan biaya operasional, biaya pemasaran, serta pengeluaran terkait teknologi dan infrastruktur jaringan yang terus berkembang.
Sampai dengan akhir September 2024, FREN mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,01 triliun.
Rugi ini semakin memperdalam defisit saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, yang membengkak 4,03 persen year-to-date (ytd) menjadi Rp26,05 triliun per 30 September 2024.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu menutup kerugian kumulatifnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun.(*)