KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada tingkat 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar hari ini. Keputusan ini menandai kelanjutan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang telah diterapkan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada RDG bulan lalu, Bank Sentral telah menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps), menjadikannya 6 persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengumumkan hasil RDG 22 dan 23 November 2023, yang memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75 persen.
Keputusan ini ditegaskan oleh Perry sebagai langkah konsisten dalam kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, dihadapi oleh tingginya ketidakpastian global. Langkah ini juga diambil sebagai upaya pre-emptive dan forward-looking untuk mengurangi dampak inflasi dari barang impor dan menjaga inflasi agar tetap dalam sasaran 3,0±1 persen pada 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024.
Sebelum RDG ini, ekspektasi dari sejumlah ekonom adalah BI akan mempertahankan suku bunga acuan. Dari 31 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, 25 di antaranya memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di 6 persen. Sementara itu, sisanya meramalkan kenaikan 25 basis poin menjadi 6,25 persen, mencapai level tertinggi sejak tahun 2016.
Spekulasi mengenai akhir siklus pengetatan moneter oleh Federal Reserve AS (The Fed) menjadi faktor penting dalam proyeksi ini. Hal ini memberikan kelonggaran bagi bank sentral Indonesia dalam menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Meskipun rupiah mengalami penguatan sekitar 2 persen sejak awal November 2023, pelemahan sebesar 0,87 persen pada perdagangan Rabu (21/11/2023) membuatnya ditutup di level Rp15.575 per dolar AS. David E Sumual, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), menilai kebijakan BI untuk mempertahankan suku bunga pada 6 persen sebagai langkah yang tepat. Namun, dia juga menyatakan bahwa masih ada peluang bagi BI untuk menaikkan suku bunga, terutama mengingat situasi global yang masih penuh ketidakpastian, terutama terkait kebijakan inflasi The Fed.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.