Logo
>

Suku Bunga Bank Sentral Inggris Menunggu Efek Tailor Swift

Ditulis oleh Yunila Wati
Suku Bunga Bank Sentral Inggris Menunggu Efek Tailor Swift

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penurunan suku bunga Bank Sentral Inggris hingga saat ini masih menunggu efek dari konser Tailor Swift. Rupanya, konser Taylor Swift bertajuk Eras Tour di Inggris terus meningkatkan belanja konsumen, menunjukkan bahwa Bank of England mungkin masih menghadapi kesulitan dalam menanggapi inflasi yang tinggi.

    Ratusan ribu penggemar Taylor Swift, yang dikenal sebagai Swifties, akan memenuhi London pada Agustus 2024. Para penggemar ini diyakini mampu memberikan dorongan ekonomi yang cukup untuk menunda kemungkinan penurunan suku bunga pada September 2024, menurut analis dari TD Securities.

    "Kami masih mengharapkan pemotongan suku bunga oleh BoE pada bulan Agustus, namun data inflasi pada bulan tersebut mungkin akan mempengaruhi keputusan MPC untuk menunda tindakan hingga bulan September," kata Lucas Krishan, ahli strategi makro, dan James Rossiter, kepala strategi makro global di TD Securities.

    Bank of England diperkirakan akan segera menurunkan suku bunga acuannya dari level tertinggi dalam 16 tahun sebesar 5,25 persen. Reuters melaporkan bahwa hanya dua dari 65 ekonom yang disurvei mengantisipasi penurunan suku bunga pada Agustus 2024. Sementara itu, pasar keuangan memperkirakan penurunan suku bunga pada September 2024.

    Namun, kemungkinan adanya jadwal tur konser Taylor Swift yang bertepatan dengan hari penting pengumuman indeks inflasi pada Agustus 2024 dapat mempengaruhi data dan mempertimbangkan ulang kebijakan Bank of England, menurut para analis.

    “Lonjakan harga hotel bisa menjadi hal yang signifikan, dan sementara ini telah menambah inflasi jasa sebanyak 30 basis poin,” tulis Krishan dan Rossiter.

    Bank of England (BoE) tidak memberikan tanggapan khusus terhadap komentar tersebut, tetapi mengatakan Komite Kebijakan Moneter (MPC) mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi dalam membuat keputusan mengenai suku bunga.

    Dampak ekonomi dari konser Taylor Swift yang tiketnya laris terjual telah terdokumentasi dengan baik, terciptanya istilah-istilah seperti “Swiftflation” dan “Swiftonomics.” Kedua istilah ini merujuk pada lonjakan pengeluaran untuk jasa seperti hotel, penerbangan, dan restoran di sekitar lokasi konser.

    Edinburgh, di mana Taylor Swift memulai tur konsernya di Inggris pada awal bulan ini, melaporkan bahwa konser dan pengeluaran terkait telah menambah sekitar £77 juta atau sekitar $98 juta AS terhadap perekonomian lokal. Ini setara dengan sekitar Rp 1,615 triliun (kurs Rp 16.486 per dollar AS).

    Dalam sebuah catatan terpisah, Barclays mengatakan tur penuh ke Inggris dapat menambah sekitar £1 miliar pada perekonomian Inggris. TD Securities melaporkan data terbaru menunjukkan lonjakan harga hotel yang lebih besar dari biasanya di ibu kota Skotlandia selama kunjungan Taylor Swift akhir pekan lalu. Sementara itu, dampak lonjakan harga tidak begitu terasa di Liverpool.

    Swift juga dijadwalkan tampil di Cardiff, Wales, dan London pada akhir bulan ini. Meskipun tanggal konser Taylor Swift di Cardiff mungkin bertepatan dengan hari publikasi indeks inflasi Juni 2024, para analis mengatakan dampaknya kemungkinan kecil mengingat ukuran kota yang relatif kecil.

    Bank of England akan mengadakan pertemuan pada Kamis (20/6/2024) mendatang untuk mengumumkan keputusan suku bunga acuan dan memberikan pandangan mengenai arah inflasi ke depan.

    Bukan Konser Biasa

    Konser Taylor Swift bukan hanya acara hiburan biasa, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian negara yang menjadi tuan rumahnya. Fenomena ini terlihat jelas saat penyanyi populer asal Amerika Serikat ini menggelar tur konsernya yang laris di beberapa kota di seluruh dunia.

    Pada Agustus 2024, Taylor Swift memulai tur konsernya di Edinburgh, Skotlandia. Menurut laporan resmi, konser ini tidak hanya menarik ratusan ribu penggemar dari berbagai penjuru, tetapi juga memberikan dorongan ekonomi yang signifikan bagi kota tersebut. Edinburgh melaporkan peningkatan pengeluaran sebesar £77 juta atau sekitar $98 juta AS yang dihasilkan dari kehadiran penggemar Swift, yang mencakup belanja untuk hotel, restoran, dan transportasi lokal. Angka ini mencerminkan kontribusi ekonomi yang kuat dari industri pariwisata dan layanan kota selama periode konser.

    Dampak ekonomi ini tidak terbatas hanya pada Edinburgh. Analisis dari Barclays menunjukkan bahwa tur konser penuh Taylor Swift di seluruh Inggris dapat meningkatkan perekonomian nasional hingga sekitar £1 miliar. Ini mencakup efek dari peningkatan permintaan untuk akomodasi, makanan, transportasi, serta dampak lanjutan terhadap sektor-sektor terkait lainnya.

    Selain itu, konser Taylor Swift juga memberikan dorongan terhadap inflasi jasa di kota-kota yang menjadi tuan rumahnya. Fenomena yang disebut sebagai "Swiftflation" dan "Swiftonomics" muncul sebagai istilah yang merujuk pada kenaikan harga-harga jasa seperti hotel dan restoran selama periode konser. Meskipun ada beberapa tantangan terkait dengan pengeluaran yang lebih tinggi untuk konsumen lokal, dampak positif terhadap perekonomian umumnya dianggap signifikan.

    Namun demikian, ada juga beberapa catatan penting terkait dampak ini. Misalnya, jadwal konser Taylor Swift di beberapa kota mungkin bertepatan dengan hari-hari penting seperti pengumuman indeks inflasi. Hal ini dapat mempengaruhi cara Bank Sentral setempat, seperti Bank of England, merespons kebijakan suku bunga acuan mereka.

    Secara keseluruhan, tur konser Taylor Swift tidak hanya menjadi acara hiburan yang sangat dinantikan oleh penggemar, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian kota dan negara tempat konser tersebut diadakan. Dengan pengaruh globalnya yang luas, konser Taylor Swift tetap menjadi fenomena ekonomi yang patut diperhitungkan di kancah internasional.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79