KABARBURSA.COM - Selama April, pasar surat utang Indonesia mengalami penurunan harga besar-besaran karena sentimen global yang negatif terkait kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), memicu aksi jual besar-besaran.
Ini mengakibatkan lonjakan tingkat imbal hasil yang signifikan di semua tenor surat berharga negara (SBN), dengan yield tertinggi mencapai di atas 7 persen.
Tekanan jual ini tak lepas dari tekanan global terhadap pasar Treasury AS, yang mencapai imbal hasil di atas 5 persen untuk tenor pendek dan hampir 4,7 persen untuk tenor acuan 10 tahun.
Pelemahan rupiah yang tak terkendali juga membuat investor asing menjual instrumen fixed income, dengan kepemilikan asing di SBN turun menjadi level terendah sejak Januari 2023.
Faktor-faktor seperti kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal pemerintah baru dan tren penurunan kinerja ekspor juga memberi tekanan lebih lanjut pada pasar.
Proyeksi Bank Indonesia menunjukkan bahwa rupiah masih akan tertekan dalam beberapa kuartal ke depan, meskipun ada harapan untuk penguatan pada akhir tahun 2024.
Saksikan berita ini dalam bentuk video:
[embed]https://youtu.be/LGuT4YwH9BM?si=Sd-Sc-EnvudRt8Gi[/embed]