KABARBURSA.COM - Negara-negara Asia, mulai dari China hingga Pakistan, memperketat pengawasan terhadap cacar monyet yang bermutasi, sebuah virus yang merambat di luar Afrika Tengah. Kekhawatiran global meningkat setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan darurat kesehatan dunia pada bulan ini.
Insiden pekan lalu di Swedia memunculkan ancaman serius dari strain cacar monyet 1B, jenis baru yang lebih mematikan. Laporan menyebutkan strain ini telah merenggut lebih dari 500 nyawa di Republik Demokratik Kongo, mayoritas korbannya adalah anak-anak.
Di seluruh Asia, para pelancong dari negara-negara terdampak diminta untuk melaporkan gejala apapun yang mencurigakan. Sementara itu, rumah sakit memperkuat pemantauan untuk mendeteksi penyakit yang berpotensi mematikan ini.
Berbeda dengan wabah global pada tahun 2022, strain baru ini jauh lebih berbahaya. Dengan tingkat kematian lebih dari 3 persen, virus ini menunjukkan pola penularan yang sulit dikendalikan, karena mampu menyebar beberapa hari sebelum gejala muncul. Kondisi ini menyulitkan upaya pengidentifikasian dan isolasi pasien.
China, misalnya, telah menginstruksikan pelancong dari daerah terdampak serta mereka yang pernah berkontak dengan penderita cacar monyet untuk melaporkan diri kepada otoritas saat tiba di perbatasan. Mereka kemungkinan besar akan diminta menjalani tes medis, demikian pernyataan resmi pemerintah.
Di India, otoritas kesehatan meningkatkan kewaspadaan di bandara dan pelabuhan internasional. Pemeriksaan ketat diberlakukan bagi penumpang yang menunjukkan gejala cacar monyet. Beberapa rumah sakit telah ditunjuk sebagai pusat rujukan untuk menangani kasus yang mungkin muncul.
Indonesia dan Malaysia pun tidak tinggal diam. Langkah-langkah serupa telah diterapkan untuk mengantisipasi penyebaran virus ini. Di tengah perhatian global terhadap cacar monyet, para ahli melaporkan kasus baru yang diduga berasal dari strain 2B, yang cenderung lebih ringan.
Pakistan mengonfirmasi adanya infeksi strain 2B pada 13 Agustus. Filipina juga melaporkan kasus cacar monyet pertama sejak Desember, ditemukan pada pria 33 tahun yang baru saja kembali dari luar negeri.
Pada masa awal pandemi Covid-19, pemerintah di berbagai negara memperkenalkan skrining demam dan pengawasan ketat bagi penumpang yang masuk untuk mencegah penyebaran virus. Namun, penelitian menunjukkan bahwa prosedur ini kurang efektif karena sebagian besar pembawa virus tidak menunjukkan gejala yang jelas.
Studi di Inggris pada 2022 mengungkap bahwa lebih dari separuh kasus cacar monyet disebarkan oleh individu yang belum menampakkan gejala apapun. Bukti terbaru bahkan menyebutkan bahwa orang yang terinfeksi bisa menularkan virus hingga empat hari sebelum gejala pertama muncul.
Kasus Cacar Monyet RI
Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 14 kasus mpox terkonfirmasi di Indonesia sepanjang Januari hingga April 2024.
Kasus terakhir ditemukan pada Juni lalu. Saat ini pasien tersebut masih dalam isolasi mandiri, dalam tahap penyembuhan.
“Kami yakini kasus terakhir ini berasal dari Clade 2b, bukan Clade 1b,” ungkap Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Yudhi Pramono dalam konferensi pers, Minggu 18 Agustus 2024 lalu.
Yudhi menambahkan bahwa pada pasien-pasien sebelumnya, tak ada yang menunjukkan varian Clade 1, yang oleh WHO disebut lebih berbahaya dibandingkan dengan varian lainnya.
Sebaran kasus mpox di Indonesia sejak 2022 cukup mengkhawatirkan. Pada tahun 2023 saja, ada 73 kasus dilaporkan, sementara pada tahun 2022 hanya 1 kasus. Dalam rentang waktu 2022-2024, tercatat total 88 kasus yang terkonfirmasi.
Dari jumlah itu, Kemenkes mengklaim 87 orang telah sembuh, sementara satu orang lainnya masih dalam masa penyembuhan.
Puncak kasus terjadi pada Oktober 2023, dengan jumlah kasus yang cukup signifikan. Setelah itu, program vaksinasi diluncurkan di beberapa lokasi dan mampu menurunkan jumlah kasus, tambah Yudhi.
Kasus mpox tersebar di berbagai wilayah, dengan Jakarta mencatatkan kasus terbanyak (59), disusul Jawa Barat (13), Banten (9), Jawa Timur (3), Yogyakarta (3), dan Kepulauan Riau (1).
Pemerintah akan memperketat pengawasan terhadap pelaku perjalanan, terutama yang berasal dari negara-negara terjangkit, kata Yudhi. "Kami telah menyiapkan thermal scanner di bandara serta melakukan pengamatan visual bagi pelaku perjalanan dari negara terjangkit."
Tak hanya itu, Kemenkes juga mengerahkan 12 laboratorium untuk pemeriksaan mpox. Sebanyak 2.200 alat tes telah tersebar di delapan wilayah Indonesia, dari Sumatra hingga Papua.
Surveilans dan penyelidikan epidemiologi pun diperkuat, melibatkan komunitas serta mitra HIV/AIDS. Vaksinasi mendapat dukungan dari ASEAN, dengan sekitar 2.850 dosis vaksin mpox didapatkan, dan 1.600 dosis lainnya dibeli dari Denmark, jelas Yudhi.
Kasus mpox ini juga menjadi perhatian internasional. WHO menetapkan wabah mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional. Kejadian ini telah menyebar di luar Afrika, dengan Swedia mencatat kasus pertama dari varian Clade 1b.
WHO bekerja sama dengan otoritas kesehatan Swedia untuk menangani kasus ini, dan mendesak negara-negara lain untuk bersiap menghadapi potensi penyebaran lebih luas di Eropa.
WHO mengingatkan bahwa penyebaran varian Clade 1 lebih berbahaya dibandingkan dengan varian lainnya, dengan tingkat kematian yang lebih tinggi. Di Afrika, wabah ini telah menewaskan sekitar 450 orang, sebagian besar di Republik Demokratik Kongo.
Kekhawatiran WHO terkait penyebaran mpox di Afrika tengah dan timur semakin besar seiring dengan munculnya varian baru virus ini yang dianggap lebih mematikan.
Gejala awal mpox meliputi demam, sakit kepala, bengkak, serta nyeri punggung dan otot. Setelah demam mereda, ruam muncul, sering dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, terutama telapak tangan dan kaki.
Mpox dapat menyebar melalui kontak dekat dengan orang terinfeksi, termasuk hubungan seksual dan kontak fisik lainnya. Virus ini juga dapat menular lewat benda-benda yang telah terkontaminasi, seperti seprai, pakaian, dan handuk.
Kasus paling banyak ditemukan pada pria yang berhubungan seksual dengan sesama jenis, namun siapa saja yang melakukan kontak dekat dengan penderita bisa tertular.
Pengobatan terbaik untuk mpox adalah pencegahan melalui vaksinasi. Meski vaksin sudah tersedia, WHO baru-baru ini mendesak agar lebih banyak produsen obat mengajukan vaksin mereka untuk penggunaan darurat.
Kini setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menetapkan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat di seluruh benua, diharapkan pemerintah dunia mampu mengoordinasikan respons mereka, mempercepat aliran pasokan medis, dan meredam penyebaran virus ini. (*)