Logo
>

Tantangan Realisasi Target Aset USD1 Triliun Danantara

Keterbatasan ruang fiskal menjadi hambatan utama dalam mendukung investasi jangka panjang secara berkelanjutan.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Tantangan Realisasi Target Aset USD1 Triliun Danantara
Kantor BP Danantara di Gedung Sentra Mandiri Jalan Cikini Raya, Menteng, Kamis, 28 November 2024. Foto: Abbas Sandji/KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - Target Presiden Prabowo Subianto agar aset Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia bisa menembus USD1 triliun dinilai ambisius dan harus dibaca dalam konteks tantangan ekonomi makro yang sedang dihadapi Indonesia.

Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi menilai keterbatasan ruang fiskal menjadi hambatan utama dalam mendukung investasi jangka panjang secara berkelanjutan.

“Indonesia masih menghadapi defisit fiskal yang membatasi ruang fiskal untuk mendukung investasi jangka panjang secara berkelanjutan,” ujar Syafruddin kepada KabarBursa.com, Rabu 30 April 2025.

Ia menjelaskan bahwa struktur ekonomi Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas mentah, yang sangat rentan terhadap gejolak harga global. 

Kondisi ini, menurutnya, mempersempit kapasitas fiskal negara untuk secara konsisten menopang pembiayaan proyek-proyek strategis, termasuk yang dikelola oleh Danantara.

“Iklim investasi belum cukup kondusif untuk menarik modal dalam jumlah besar secara konsisten. Infrastruktur regulasi juga masih belum cukup transparan, dan kepercayaan pasar belum sepenuhnya pulih,” katanya menambahkan.

Syafruddin menegaskan bahwa target aset sebesar USD1 triliun seharusnya diposisikan sebagai visi jangka panjang, bukan sebagai proyeksi jangka pendek. Menurut dia, Danantara harus membuktikan performanya secara bertahap dan berbasis tata kelola yang solid.

“Target USD1 triliun lebih tepat dibaca sebagai ambisi jangka panjang, bukan proyeksi jangka pendek,” ucapnya.

Optimisme Prabowo Dinilai Masih Simbolik

Lebih lanjut, Syafruddin juga menyoroti dasar optimisme Presiden Prabowo Subianto dalam menetapkan target aset USD1 triliun bagi Danantara. 

Menurutnya, pernyataan tersebut merefleksikan semangat besar terhadap peran sovereign wealth fund sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi baru. Namun, ia mengingatkan bahwa harapan besar tersebut harus disertai dengan landasan ekonomi yang kuat dan strategi yang terukur.

“Meski pernyataan itu mengandung semangat tinggi, publik dan investor menunggu dasar kalkulasi ekonomi yang kuat untuk mendukungnya,” kata Syafruddin.

Hingga saat ini, ia menilai belum ada kerangka proyeksi yang jelas atau strategi investasi realistis dari pihak Danantara yang dapat menjelaskan bagaimana target ambisius itu bisa dicapai. 

Tanpa peta jalan (roadmap) yang konkret, menurut Syafruddin, pernyataan tersebut lebih tampak sebagai simbol politik ketimbang perencanaan ekonomi yang matang.

“Tanpa roadmap yang konkret, pernyataan tersebut lebih terkesan simbolik, sebagai bentuk kepercayaan diri pemerintahan baru dalam menampilkan arah baru kebijakan ekonomi nasional,” ujarnya.

Agar tidak berhenti pada retorika politik semata, Syafruddin mendorong pemerintah untuk segera menyusun rencana strategis berbasis data yang kredibel, memperkuat tata kelola Danantara, serta membangun komunikasi yang terbuka dan konsisten dengan pelaku pasar maupun masyarakat luas.

“Kepercayaan publik terbentuk bukan dari angka besar, melainkan dari progres nyata yang bisa diverifikasi,” pungkasnya.

Dampak Negatif Terhadap Investor Saham

1. Ketidakpastian Eksekusi Target

Target USD1 triliun bagi Danantara, meskipun ambisius, dinilai belum memiliki landasan kalkulasi ekonomi dan roadmap yang jelas. Hal ini dapat menimbulkan skeptisisme pasar, terutama dari investor institusi yang mengedepankan kepastian arah kebijakan.

2. Ruang Fiskal Terbatas

Penekanan bahwa Indonesia masih menghadapi defisit fiskal dan ketergantungan pada komoditas menjadi sinyal bahwa dukungan fiskal jangka panjang terhadap proyek-proyek strategis Danantara akan terbatas. Ini dapat menghambat realisasi proyek investasi, dan memperburuk persepsi risiko di mata investor asing.

3. Minimnya Tata Kelola dan Transparansi

Sorotan terhadap iklim investasi yang belum kondusif serta regulasi yang belum cukup transparan menunjukkan bahwa risiko tata kelola dan governance masih tinggi. Investor akan cenderung berhati-hati terhadap emiten yang berkaitan erat dengan proyek-proyek sovereign wealth fund, tanpa jaminan akuntabilitas.

Dampak Positif Terhadap Investor Saham

1. Visi Ekonomi Jangka Panjang

Pernyataan Presiden Prabowo membuka wacana baru mengenai penguatan sovereign wealth fund sebagai salah satu alat pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Jika diikuti dengan kebijakan konkret, ini dapat mendorong sektor-sektor strategis, seperti infrastruktur, energi, dan industri manufaktur — yang secara langsung berdampak pada saham-saham sektor terkait.

2. Sinyal Fokus Pemerintah pada Investasi

Meski dinilai simbolik, target besar tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan baru memiliki semangat tinggi terhadap pembangunan berbasis investasi. Ini dapat memberikan sentimen positif sementara bagi sektor konstruksi, properti, dan logistik, terutama jika roadmap dan anggaran mulai dijabarkan.

Kesimpulan dan Rekomendasi Investor

Berdasarkan dinamika terbaru seputar target ambisius Presiden Prabowo Subianto agar aset Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mencapai USD1 triliun, pendekatan investasi perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor.

Bagi investor konservatif, disarankan untuk menunda eksposur terhadap sektor-sektor yang memiliki keterkaitan langsung dengan proyek Danantara, seperti infrastruktur, energi, atau sektor yang mengandalkan belanja pemerintah. Ketidakpastian perihal roadmap dan keterbatasan ruang fiskal menjadi pertimbangan utama dalam menahan diri dari risiko yang belum terukur.

Sementara itu, investor dengan profil moderat dapat tetap terlibat di pasar dengan pendekatan selektif. Mereka disarankan untuk terus memantau perkembangan roadmap investasi Danantara, serta fokus pada saham-saham di sektor infrastruktur dan logistik yang berpotensi diuntungkan jika proyek tersebut mulai berjalan secara konkret. Pendekatan ini memungkinkan manuver lebih fleksibel namun tetap mempertahankan prinsip kehati-hatian.

Adapun bagi investor agresif atau spekulatif, situasi ini bisa menjadi peluang untuk memanfaatkan momentum. Sentimen positif jangka pendek terhadap proyek Danantara dapat dimanfaatkan melalui strategi trading, khususnya pada saham-saham BUMN konstruksi, energi, atau properti yang sering kali bergerak cepat seiring munculnya narasi proyek strategis pemerintah.

Dengan demikian, strategi investasi dalam merespons isu Danantara perlu disesuaikan dengan toleransi risiko dan horizon waktu masing-masing investor, sembari menanti kejelasan lebih lanjut dari pemerintah.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Ayyubi Kholid

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.