Logo
>

Target Ambisius BNI Finance, NIM Stabil di 4 Persen

Ditulis oleh KabarBursa.com
Target Ambisius BNI Finance, NIM Stabil di  4 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT BNI Multifinance atau BNI Finance menetapkan target ambisius untuk mempertahankan margin bunga bersih (NIM) pada kisaran 4 persen hingga akhir tahun.

    Chief Financial Officer BNI Multifinance, Legendariah Rasuanto, mengungkapkan bahwa pada awal tahun 2024, NIM BNI Finance sempat melonjak hingga 4,5 persen. Lonjakan ini didorong oleh diversifikasi sumber dana yang melibatkan kreditur besar serta tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang masih tinggi.

    "Secara umum, pergerakan NIM perusahaan pembiayaan dipengaruhi oleh tren suku bunga acuan BI yang stabil di level 6,25 persen sejak April 2024," jelas Legendariah, dikutip Selasa 20 Agustus 2024.

    Namun, pada Juni 2024, NIM BNI Finance mengalami penurunan menjadi 3,9 persen. Legendariah menambahkan, meski terjadi penurunan, dukungan dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebagai induk perusahaan membantu mengurangi biaya dana (cost of fund/COF) dan menawarkan tingkat suku bunga yang kompetitif kepada calon debitur.

    Fokus utama BNI Multifinance adalah pada pembiayaan mobil baru, memerlukan strategi penetapan harga yang kompetitif untuk meningkatkan pangsa pasar. Dengan demikian, BNI Finance akan tetap memusatkan perhatian pada pembiayaan mobil baru hingga akhir tahun 2024.

    Legendariah juga memproyeksikan bahwa NIM BNI Multifinance akan tetap stabil di kisaran saat ini hingga akhir tahun, berkat cost of fund yang rendah dari kreditur utama. Dia optimis NIM akan berada di sekitar 4 persen pada akhir tahun.

    Untuk mengelola rasio NIM, Legendariah menekankan pentingnya diversifikasi sumber pendanaan dari bank-bank besar. "Langkah ini bertujuan untuk menjaga cost of fund tetap efisien," imbuhnya.

    Pembiayaan BNI Finance melesat tajam mencapai Rp2,89 triliun, sebuah lonjakan spektakuler sebesar 216 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp915 miliar.

    Pertumbuhan mengesankan ini juga tercermin dari lonjakan total aset BNI Finance yang meroket hingga 240 persen, dari Rp1,60 triliun di semester I-2023 menjadi Rp5,45 triliun pada semester I-2024. Dengan pencapaian ini, BNI Finance kini melangkah ke level baru sebagai perusahaan multifinance dengan aset di kisaran Rp5-10 triliun.

    Direktur Utama BNI Finance, Yenanto Siem, Juni 2024 lalu mengungkapkan bahwa pencapaian ini didorong oleh ekspansi jaringan yang dilakukan sepanjang 2024. Ekspansi ini menghasilkan pertumbuhan pembiayaan baru yang signifikan, meskipun pasar ritel mobil baru mengalami penurunan 15 persen secara Year on Year (YoY) pada semester pertama 2024.

    Selain dari penambahan cabang, keberhasilan BNI Finance juga didukung oleh strategi yang cermat, mengedepankan prinsip kehati-hatian dan menjaga kualitas pembiayaan. Hal ini terlihat dari angka Non-Performing Financing (NPF) Nett yang terjaga di level aman sebesar 0,41 persen, lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,98 persen.

    Pencapaian luar biasa BNI Finance tidak terlepas dari dukungan kuat dari BNI sebagai induk usaha, serta kerja sama dengan dealer-dealer dan mitra lainnya, ujar Yenanto.

    Prestasi gemilang BNI Finance di Semester I-2024 menunjukkan komitmen dan kapasitas perusahaan dalam menjalankan bisnis pembiayaan dengan berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kemampuan BNI Finance untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang menantang dan terus meningkatkan kualitas layanan menegaskan bahwa BNI Finance adalah mitra terpercaya bagi nasabahnya.

    Dengan pencapaian ini, BNI Finance optimis untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan industri pembiayaan di Indonesia. Perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan solusi pembiayaan yang inovatif dan berkualitas, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    Multifinance Tumbuh 

    Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, juga mencatat bahwa kenaikan suku bunga dapat mengakibatkan peningkatan cost of fund perusahaan. Jika cost of fund naik tanpa penyesuaian harga jual, maka NIM akan berkurang. Namun, keputusan ini sangat bergantung pada kondisi spesifik masing-masing perusahaan dan peluang yang ada.

    "Tetapi yang terpenting adalah perusahaan pembiayaan harus efisien dan efektif dalam mengelola BOPO atau rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional," katanya.

    Investor asing tetap menunjukkan minat yang kuat terhadap sektor perusahaan pembiayaan atau multifinance di tanah air. Ini tampak jelas dari aktivitas akuisisi yang terus berlanjut.

    Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Mei 2024, satu perusahaan pembiayaan telah berhasil diakuisisi oleh investor dari Tiongkok, sementara beberapa perusahaan lainnya masih dalam proses finalisasi akuisisi.

    Kepala Eksekutif Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, Agusman, menyatakan bahwa kedua perusahaan pembiayaan yang terlibat beroperasi dalam bidang pembiayaan multiguna.

    Menariknya, minat investor asing tampaknya tetap kuat meskipun ada penurunan dalam pertumbuhan penyaluran kredit multifinance. Data menunjukkan bahwa piutang pembiayaan tumbuh sebesar 10,82 persen tahun ke tahun pada April 2024, mencapai Rp 486,35 triliun. Ini melambat dibandingkan pertumbuhan 12,17 persen pada Maret 2024.

    Pada akhir tahun lalu, piutang pembiayaan tercatat tumbuh 13,23 persen, sedangkan pertumbuhan tahun lalu pada April 2023 mencapai 15,13 persen.

    Sementara itu, pembiayaan macet juga mengalami kenaikan. Data April 2024 menunjukkan nilai Non-Performing Finance (NPF) bruto di sektor multifinance sebesar 2,82 persen, meningkat 0,38 persen dibandingkan tahun lalu. Sedangkan NPF netto berada di angka 0,89 persen, naik 0,20 persen dari tahun sebelumnya.

    Di sisi lain, perusahaan pembiayaan mencatatkan laba sebesar Rp7,41 triliun pada April 2024, meningkat 8,32 persen dibandingkan tahun lalu. Pada kuartal II tahun 2024, diperkirakan perusahaan pembiayaan akan mencatatkan pertumbuhan laba antara 7 persen hingga 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Perusahaan pembiayaan, yang sering disebut sebagai multifinance atau leasing, mencatatkan pertumbuhan piutang sebesar 10,72 persen secara tahunan pada semester pertama tahun 2024. Pembiayaan modal kerja menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ini.

    Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, "Piutang pembiayaan perusahaan multifinance tumbuh signifikan, mencapai 10,72 persen pada Juni 2024. Pembiayaan modal kerja memberikan dorongan utama dengan pertumbuhan 11,46 persen."

    Di samping pertumbuhan piutang, profil risiko multifinance tetap stabil. Rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) net tercatat sebesar 0,87 persen, sedangkan NPF bruto mencapai 2,80 persen. Gearing ratio perusahaan juga berada dalam kisaran yang sehat, tercatat sebesar 2,44 kali. (*)

     

     

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi