KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan sejumlah emiten yang hendak melakukan penawaran umum perdana (IPO). PT Hero Global Investment Tbk (HGII) dan PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC) dijadwalkan mencatatkan saham perusahaannya di BEI pada Kamis, 9 Januari 2025.
PT Hero Global Investment Tbk (HGII) menetapkan harga saham pada IPO-nya sebesar Rp200 per saham dengan total 13.000.000 lot yang ditawarkan kepada publik. Masa penawaran berlangsung dari tanggal 3 hingga 7 Januari 2025, sedangkan proses penjatahan dilakukan pada 7 Januari 2025, diikuti dengan distribusi saham pada tanggal 8 Januari 2025.
Saham perusahaan ini dijadwalkan mulai dicatatkan di bursa pada 9 Januari 2025. Dengan volume saham yang besar, langkah ini menunjukkan ambisi HGII untuk memperkuat posisi mereka di pasar modal dan menarik minat investor.
Di sisi lain, PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC), sebagai perusahaan dengan latar belakang bisnis yang unik, menawarkan sahamnya pada harga Rp210 per saham dengan total 2.915.000 lot yang tersedia. Jadwal IPO perusahaan ini mirip dengan HGII, dimulai pada 3 hingga 7 Januari 2025 untuk masa penawaran, diikuti dengan proses penjatahan pada 7 Januari 2025, distribusi pada 8 Januari 2025, dan pencatatan di bursa saham pada 9 Januari 2025. Harga IPO yang sedikit lebih tinggi mencerminkan potensi bisnis dari BRRC, terutama di sektor konsumen.
Tawaran Menarik HGII dan BRRC
Langkah besar HGII yang dilakukan jelang IPO menjadi penawaran menarik bagi investor. Perusahaan yang fokus pada energi terbarukan ini semakin memantapkan diri dengan menggandeng Shikoku Electric Power Company Inc, atau yang lebih dikenal dengan Yonden (TYO:9507).
Shikoku adalah sebuah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Saham Tokyo. Yonden bergerak di sektor pembangkit serta distribusi listrik di wilayah Shikoku, Jepang. Dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat 20 Desember 2024.
Robin Sunyoto, Presiden Direktur HGII, dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan di Jakarta pada Jumat, menyatakan bahwa kerjasama ini diharapkan menjadi titik balik yang signifikan dalam upaya mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Keahlian Yonden dalam sektor ini, yang tercermin dari portofolio pembangkit EBT mereka yang mencakup lebih dari 1.000 megawatt (MW), akan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan industri energi hijau di Tanah Air.
Pada 8 November 2024, Yonden, melalui anak perusahaannya, SEP International Netherlands B.V. (SEPI), menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat dengan Pemegang Saham Pengendali HGII. Melalui perjanjian ini, SEPI akan memperoleh sebagian saham dari pemegang saham pengendali HGII dan bergabung sebagai pemegang saham perseroan, paling lambat satu bulan setelah HGII resmi tercatat di BEI.
Robin menambahkan bahwa meski SEPI akan memegang 25 persen saham HGII setelah transaksi ini, pengendali utama perusahaan, yang masih memegang 55 persen saham, akan tetap mempertahankan kendali mayoritas. Struktur kepemilikan ini, menurutnya, mencerminkan komitmen kedua belah pihak untuk memperkuat posisi HGII dalam sektor energi terbarukan di Indonesia.
“Kerjasama ini membuka peluang besar bagi HGII untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia, seiring dengan pencapaian target nasional untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2060. Kami berkomitmen untuk memperluas portofolio energi terbarukan kami,” ujar Robin.
Dalam pernyataan tersebut, Robin juga mengungkapkan bahwa HGII berencana mengembangkan berbagai jenis pembangkit energi terbarukan dalam beberapa tahun mendatang. Beberapa jenis pembangkit yang akan dijajaki termasuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga mini-hidro (PLTM), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg), serta pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm). Targetnya, kapasitas pembangkit ini akan mencapai 100 MW pada tahun 2031.
BRRC Tawarkan 145,75 Juta Waran Seri I
Berbeda dengan HGII, BRRC yang merupakan produsen roti, menawarkan 145,75 juta Waran Seri 1 sebagai insentif bagi investor yang membeli sahamnya.
Di sini, setiap dua saham baru yang dibeli akan disertai dengan satu waran, yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham baru di harga Rp210 per lembar.
Apabila seluruh waran dieksekusi, BRRC dapat memperoleh tambahan modal hingga Rp30,6 miliar. Namun, penting dicatat bahwa waran ini tidak memberikan hak atas dividen atau suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebelum dieksekusi menjadi saham.
Adapun dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I akan dialokasikan untuk modal kerja dengan tujuan serupa.
Untuk perdagangan Waran Seri I di pasar reguler dan negosiasi akan berlangsung dari 9 Januari 2025 hingga 7 Januari 2026, sementara di pasar tunai hingga 8 Januari 2026. Masa pelaksanaan Waran Seri I dimulai pada 9 Juli 2025 dan berakhir pada 9 Januari 2026.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.