KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin kembali melemah pada perdagangan Sabtu pagi, 11 Oktober 2025, setelah sempat menunjukkan volatilitas tinggi di kisaran Rp1,94 miliar per koin.
Berdasarkan data terbaru pukul 03.19 GMT, Bitcoin diperdagangkan di level Rp1.868.680.737, turun sekitar 1,16 persen dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini memperpanjang fase konsolidasi yang sudah berlangsung sejak awal Oktober, ketika tekanan jual meningkat seiring dengan ketidakpastian pasar global dan aksi ambil untung dari investor jangka pendek.
Secara teknikal, pergerakan Bitcoin hari ini memperlihatkan kondisi yang beragam. Indeks Relative Strength Index (RSI) berada di level 49,4, yang menunjukkan bahwa pasar masih berada di zona netral, tidak dalam posisi jenuh beli maupun jenuh jual.
Sementara itu, indikator Stochastic berada pada posisi tinggi, menandakan adanya potensi jenuh beli dalam jangka pendek, namun StochRSI justru menunjukkan kondisi jenuh jual. Ketidaksinkronan kedua indikator ini mencerminkan volatilitas tinggi dan tarik-menarik antara tekanan beli dan jual yang terjadi secara cepat di pasar.
Sinyal teknikal lain seperti MACD masih berada di wilayah negatif, menandakan bahwa momentum jual masih dominan. Namun, indikator ADX di level 39,1 mengindikasikan tren yang cukup kuat, sementara Ultimate Oscillator dan Rate of Change (ROC) justru memperlihatkan sedikit kekuatan beli.
Gambaran campuran ini membuat pasar tampak bimbang: tekanan jual memang masih terasa, namun ada indikasi bahwa sebagian pelaku pasar mulai memanfaatkan penurunan harga untuk kembali melakukan akumulasi.
Dari sisi moving average, pergerakan jangka pendek masih lemah. MA5, MA10, dan MA20 semuanya memberikan sinyal jual, mencerminkan tekanan turun dalam hitungan hari. Meski demikian, arah jangka menengah dan panjang masih menunjukkan optimisme.
MA50, MA100, dan MA200 seluruhnya memberikan sinyal beli, yang berarti struktur tren besar Bitcoin belum benar-benar rusak. Selama harga masih mampu bertahan di atas area Rp1,75 triliun, posisi uptrend jangka panjang tetap terjaga.
Tingkat volatilitas pasar juga terpantau tinggi, dengan Average True Range (ATR) menunjukkan kisaran pergerakan harian sekitar Rp57 juta. Kondisi ini membuat pasar lebih sensitif terhadap berita dan aktivitas perdagangan besar. Berdasarkan pivot point klasik, level penting yang menjadi batas keseimbangan harga berada di Rp1,95 triliun.
Saat ini, Bitcoin masih diperdagangkan di bawah level tersebut, menunjukkan bahwa tekanan jual jangka pendek masih belum sepenuhnya mereda. Area Rp1,84–1,82 triliun menjadi zona support penting yang perlu diperhatikan, karena jika level ini ditembus, peluang koreksi lanjutan bisa terbuka lebih lebar.
Meski tekanan jual masih terasa, tren jangka panjang tetap memberikan alasan untuk bersikap sabar. Investor jangka pendek sebaiknya menunggu konfirmasi pembalikan arah sebelum membuka posisi beli baru.
Sebaliknya, bagi investor jangka menengah dan panjang, penurunan ini bisa menjadi peluang untuk melakukan akumulasi bertahap, terutama jika harga berhasil bertahan di atas area support kunci.
Secara keseluruhan, pasar Bitcoin tengah berada di persimpangan. Di satu sisi, tekanan teknikal jangka pendek menahan laju kenaikan, namun di sisi lain, struktur jangka panjang yang masih positif memberikan harapan bahwa fase konsolidasi ini hanyalah bagian dari jeda sebelum tren baru terbentuk.
Dengan volatilitas yang tinggi dan arah pasar yang belum jelas, strategi paling bijak saat ini adalah bersikap disiplin, sabar, dan mengelola risiko dengan hati-hati.(*)