KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM membeberkan dua tantangan utama yang kemungkinan bakal dihadapi pada tahun 2025.
VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko, menyampaikan salah satu tantangan Telkom pada 2025 ialah persaingan industri telekomunikasi di Indonesia yang semakin ketat.
"Persaingan industri telekomunikasi di Indonesia yang semakin kompetitif, menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis," ujar dia kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Selasa, 28 Januari 2025.
Tak hanya itu, Andri mengatakan tren industri telekomunikasi global yang tengah menghadapi berbagai dinamika juga bisa menjadi rintangan bagi Telkom di tahun ini.
Meski ada tantangan yang menghadang, Andri optimistis Telkom bisa melewati itu semua. Pasalnya, lanjut dia, Telkom bakal menerapkan sejumlah langkah guna bisa menghadapi rintangan tersebut.
"Dengan fokus pada akselerasi implementasi strategi utama 5 Bold Moves dan 4 Pilar Bisnis Perusahaan menjadi upaya Telkom dalam menghadapi tantangan," ujar dia.
Selain itu, Andri menegaskan Telkom juga akan memperkuat market share, optimalisasi bisnis, serta meningkatkan kapasitas dan kapabilitas perusahaan.
Peluang Bagi TLKM
Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) diproyeksikan akan terus bergerak gemilang efek dari potensi pertumbuhan positif telekomunikasi di tanah air. Saham TLKM menjadi sorotan utama para investor yang optimis terhadap masa depan sektor ini.
Senior Market Analyst Mirae Asset Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa potensi pertumbuhan industri telekomunikasi yang positif menjadi peluang tersendiri bagi TLKM untuk terus meningkatkan performanya.
“Katalis positif saham TLKM adalah masih adanya potensi peningkatan pertumbuhan dari industri telekomunikasi ke depan. Karena ini terkait dengan broadband internet yang memang tingkat permintaannya juga relatif terus meningkat,” jelas Nafan saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025.
Akan tetapi, Nafan melihat saham TLKM harus berhati-hati karena kompetitor mereka di industri telekomunikasi juga semakin menunjukkan kinerja apik.
Persaingan ketat terjadi karena perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia terus memperkuat market sharing, yang dapat memengaruhi dominasi TLKM di pasar.
Di sisi lain, Nafan menyoroti bahwa kinerja saham TLKM juga sangat dipengaruhi oleh regulasi yang ada. Menurutnya, regulasi memiliki peran krusial dalam menentukan sejauh mana TLKM mampu menjalankan ekspansi bisnisnya ke depan.
“Selama pemerintah menerapkan deregulasi yang mendukung, ini akan menjadi angin segar bagi saham TLKM. Namun, jika regulasi yang ada tumpang tindih, itu justru akan menjadi tantangan besar,” pungkas Nafan.
Siap Sambut Digitalisasi
Beberapa waktu lalu diberitakan, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas, mengatakan inisiatif pemerintah mendorong pemerataan digital berpotensi mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan.
Adapun beberapa perusahaan yang bergerak dalam bisnis telekomunikasi di antaranya PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Sukarno menyampaikan, para emiten tersebut dapat diuntungkan setelah ada pengembangan jaringan dan peningkatan jumlah pelanggan.
“Isu pemerataan digital yang diusung pemerintah jelas akan berdampak positif, karena dapat meningkatkan jumlah pelanggan bagi emiten telekomunikasi, terutama TLKM yang merupakan BUMN. TLKM tentu akan mendapatkan prioritas dalam pelaksanaan program ini,” ujarnya saat dihubungi Kabarbursa.com, Senin, 4 November 2024.
Sukarno juga menilai bahwa emiten-emiten seperti TLKM, ISAT, dan EXCL layak untuk dikoleksi.
“Secara fundamental, ketiga emiten ini cukup kuat meskipun harga saham mereka saat ini sedang mengalami tren penurunan. Bagi investor, ini tinggal menunggu momentum teknikal yang tepat untuk melakukan aksi beli,” tambahnya.
Menurutnya, dengan dukungan infrastruktur yang semakin merata dan penetrasi digital yang semakin dalam, prospek jangka panjang sektor telekomunikasi tetap cerah.
“Peluang pertumbuhan masih besar, seiring dengan meningkatnya kebutuhan layanan digital di berbagai daerah,” tutup Sukarno.
Adapun dengan potensi besar ini, para investor disarankan untuk mencermati pergerakan saham-saham telekomunikasi, terutama dalam menghadapi peluang dari inisiatif pemerataan digital pemerintah.
Paling Banyak Dikoleksi Asing
Pada perdagangan sepekan kemarin, 20-24 Januari 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan volume perdagangan mencapai 26 miliar lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp12,94 triliun. Ada 354 saham yang turun, 213 yang naik, dan 243 saham lainnya stagnan.
Investor asing juga mencatatkan net sell sebesar Rp568,04 miliar di seluruh pasar pada Jumat, 24 Januari 2025. Walau begitu, investor asing juga banyak mengoleksi saham ini, dengan nilai transaksi mencapai Rp108 miliar.
TLKM menjadi saham nomor dua terbesar yang dikoleksi asing, yaitu mencapai Rp353,25 miliar. Di urutan teratas ada saham milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI, yang nilai transaksinya mencapai Rp763,77 miliar.
Di urutan ketiga adalah saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang nilai transaksinya sebesar Rp103,14 miliar. Lalau ada saham PT Barito Renewables Energy Tbk atau BREN senilai Rp101,07 miliar. Dan kelima, ada PT Bank Syariah Indonesia Tbk yang dikoleksi asing senilai Rp65,37 miliar.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.