KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tengah memasuki fase baru dalam peta bisnisnya. Perusahaan pelat merah ini menegaskan fokus lima tahun ke depan dengan mengarahkan perhatian besar pada segmen business-to-business (B2B).
Arah ini sekaligus menandai pergeseran strategi Telkom yang sebelumnya lebih kental dengan layanan ritel, menuju model bisnis yang lebih dalam dan bernilai tinggi.
Direktur IT Digital Telkom Faizal Rochmad Djoemadi, menyebut portofolio perseroan kini dipangkas menjadi empat fokus utama: B2C, B2B Infrastructure, B2B ICT, dan bisnis internasional. Dari empat bidang itu, B2B ICT menjadi prioritas dengan target 12 sektor vertikal yang mencakup pertambangan, perbankan, asuransi, konstruksi, hingga kesehatan.
Untuk menopang strategi ini, Telkom menyiapkan empat pilar utama: artificial intelligence (AI), keamanan siber, internet of things (IoT), dan layanan cloud. AI bahkan diposisikan sebagai “killer solution” yang akan dilekatkan pada hampir seluruh produk digital Telkom, sejalan dengan tren global yang menempatkan kecerdasan buatan sebagai penggerak inovasi.
Dalam waktu dekat, Telkom akan meluncurkan AI Center of Excellence di Bali dengan label “AI Bigbox”, sekaligus menyediakan fasilitas AI Playground yang memungkinkan mitra maupun pelanggan menguji coba solusi berbasis komputasi dan GPU.
Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Terpangkas
Dari kacamata fundamental, Telkom masih memegang predikat salah satu emiten paling solid di Bursa Efek Indonesia. Laba bersih setahun terakhir mencapai Rp22,8 triliun, dengan margin laba bersih 14,2 persen dan return on equity di atas 17 persen.
Price to Earnings Ratio (PE) di kisaran 14 kali membuat saham ini relatif atraktif jika dibandingkan dengan emiten telekomunikasi regional yang rata-rata lebih tinggi. Rasio utang juga terkendali dengan Debt-to-Equity 0,46, memperlihatkan ruang pendanaan masih leluasa.
Namun, ada catatan bahwa pertumbuhan pendapatan kuartal II turun 3,96 persen YoY dan laba bersih terpangkas 9,5 persen YoY. Tekanan ini memperlihatkan bahwa transformasi B2B belum serta-merta memberi dorongan kinerja dalam jangka pendek, tetapi potensi jangka panjangnya masih besar.
Bagi investor dividen, Telkom juga tetap konsisten menjaga bagi hasil. Dengan yield dividen sekitar 6,4 persen, saham TLKM menjadi salah satu pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari kombinasi pertumbuhan dan pendapatan pasif. Kendati payout ratio mendekati 96 persen, arus kas Telkom masih cukup kuat berkat free cash flow Rp36,9 triliun, sehingga ruang ekspansi tetap terjaga.
TLKM Ada di Posisi Bullish: BUY?
Dari sisi teknikal, saham TLKM sedang berada dalam momentum bullish yang cukup meyakinkan. Dalam enam bulan terakhir harga naik lebih dari 23 persen, dengan mayoritas indikator teknikal memberi sinyal “sangat beli”.
RSI berada di level 69, mendekati area jenuh beli, namun MACD, ADX, dan berbagai moving average masih menunjukkan tren penguatan.
Secara teknis, level resistance terdekat berada di sekitar Rp3.490, sementara support kuat terbentuk di area Rp3.210–Rp3.240. Selama mampu bertahan di atas level support tersebut, prospek kenaikan harga tetap terbuka.
Melihat kombinasi strategi bisnis, fundamental, dan teknikal, Telkom saat ini pantas dipandang sebagai saham defensif sekaligus prospektif. Transformasi B2B dengan pilar teknologi masa depan memberi alasan bagi investor untuk memegang jangka menengah hingga panjang.
Di sisi lain, tren teknikal yang masih positif mendukung peluang trader untuk memanfaatkan momentum penguatan harga.
Dengan dividen stabil, valuasi relatif wajar, dan strategi yang selaras dengan kebutuhan digitalisasi nasional, TLKM layak dipertahankan dalam portofolio dengan rekomendasi BUY.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.