Logo
>

Telkom (TLKM) Turun Sinyal: Jaringan Aman, Harga Tertekan

Harga saham Telkom (TLKM) melemah 2,37 persen ke Rp2.880 dengan tekanan jual tinggi meski asing masih net buy. Orderbook menunjukkan distribusi halus di tengah pasar defensif.

Ditulis oleh Yunila Wati
Telkom (TLKM) Turun Sinyal: Jaringan Aman, Harga Tertekan
PT Telkom Indonesia Tbk. Foto: Dok Perusahaan.

KABARBURSA.COM - Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) kembali menjadi sorotan setelah pergerakan harga pada sesi perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025menunjukkan tekanan jual yang cukup kuat di tengah pasar yang bergejolak. 

Meski fundamental perusahaan tetap solid, sebagai emiten telekomunikasi terbesar di Indonesia, dinamika perdagangan hari itu mencerminkan pergeseran sentimen jangka pendek yang patut dicermati oleh investor. 

TLKM ditutup melemah -2,37 persen ke level Rp2.880, setelah sempat dibuka di Rp2.950 dan menembus level tertinggi intraday di Rp2.960, sebelum tergelincir ke titik terendah di Rp2.850. Penurunan ini bukan hanya mencerminkan aksi ambil untung biasa, tetapi juga adanya distribusi halus di tengah dominasi volume jual yang menekan harga mendekati area support psikologis.

Dari sisi orderbook, struktur pasar TLKM tampak tidak seimbang. Di harga Rp2.880, jumlah bid tercatat sebanyak 151.255 lot, sementara offer di harga Rp2.890 menumpuk lebih besar, mencapai 295.369 lot. 

Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa tekanan jual masih mendominasi. Banyak pelaku pasar menunggu peluang keluar di harga sedikit lebih tinggi, sementara minat beli masih belum cukup kuat untuk mengimbangi arus jual yang datang bertubi-tubi. 

Kondisi seperti ini menandakan pasar sedang dalam fase defensif, di mana pembeli berhati-hati dan lebih memilih menunggu harga turun lebih jauh ketimbang mengambil posisi agresif.

Menariknya, di tengah tekanan tersebut, volume transaksi TLKM mencapai 824,82 ribu lot dengan nilai Rp238,7 miliar. Artinya, aktivitas perdagangan tetap tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa saham ini masih menjadi salah satu magnet likuiditas di bursa, meskipun tekanan jual membuat arah harga sulit berbalik positif. 

Asing Masih Menaruh Minat Beli

Data foreign flow pun memperlihatkan kontras menarik. Investor asing tercatat membeli Rp169,4 miliar dan menjual Rp151,9 miliar, sehingga masih terjadi net buy sekitar Rp17,5 miliar. 

Dengan kata lain, meski tekanan jual terlihat dominan di permukaan, investor institusional luar negeri tampak masih menambah posisi di TLKM. Hal ini kemungkinan karena mereka menilai harga saat ini sudah mulai menarik secara valuasi jangka panjang.

Namun, secara teknikal, kegagalan harga menembus kembali level Rp2.900 menandakan munculnya resistensi kuat di area tersebut. Area Rp2.850 kini menjadi batas bawah yang perlu diperhatikan investor.

Jika level ini jebol, maka potensi pelemahan lanjutan menuju Rp2.800–Rp2.750 terbuka lebar. Koreksi yang terjadi juga tampak sebagai lanjutan dari fase konsolidasi setelah TLKM sempat menguat signifikan dalam beberapa pekan sebelumnya. 

Aksi ambil untung kemungkinan dipicu oleh rotasi dana menuju sektor lain, terutama komoditas dan logam mulia, yang sedang menjadi pusat perhatian pasar global seiring dengan lonjakan tajam harga emas dunia.

Dari perspektif perilaku pasar, struktur orderbook TLKM hari itu memperlihatkan dua hal penting:

  1. Pelaku pasar ritel cenderung pasif dan memilih strategi menunggu, menempatkan bid di bawah tanpa dorongan kuat untuk mengejar harga.
  2. Pelaku besar tampak masih melakukan distribusi terukur, melepas saham secara bertahap tanpa menimbulkan tekanan jual ekstrem yang bisa memicu panic selling. 

Pola ini sering kali menandakan fase peralihan dari momentum bullish menuju konsolidasi netral, di mana harga bergerak terbatas sambil menunggu sinyal baru dari volume beli signifikan.

Secara fundamental, TLKM tetap termasuk saham defensif unggulan di tengah volatilitas pasar. Lini bisnis digital melalui Telkomsel, IndiHome, dan layanan data center terus menunjukkan pertumbuhan, sementara ekspansi ke segmen B2B dan infrastruktur digital menjadi katalis jangka menengah yang menjanjikan. 

Namun, pasar tampaknya sedang menyeimbangkan kembali ekspektasi terhadap valuasi, terutama setelah reli yang membawa TLKM mendekati Rp3.000 belum lama ini. Tekanan global akibat ketidakpastian inflasi, arah suku bunga, dan gejolak komoditas turut memperburuk sentimen terhadap saham-saham defensif, termasuk sektor telekomunikasi.

Dengan kondisi seperti ini, TLKM tampak berada di fase “cooling down”, di mana investor besar mulai mengatur ulang posisi, sementara investor ritel memilih bertahan dan menunggu kepastian arah harga. 

Jika tekanan jual mereda dan akumulasi asing berlanjut, saham ini berpotensi menemukan titik keseimbangan baru sebelum kembali ke tren naik jangka menengah.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79