KABARBURSA.COM - Pemerintah AS tengah mempertimbangkan langkah untuk meningkatkan jumlah senjata nuklir strategis dalam beberapa tahun mendatang sebagai respons terhadap ancaman yang semakin meningkat dari Rusia, China, dan pihak musuh lainnya. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Pranay Vaddi, seorang pejabat senior Dewan Keamanan Nasional, dalam sebuah pidato mengenai pendekatan yang lebih kompetitif terhadap pengendalian senjata.
Menurut Vaddi, jika tidak ada perubahan dalam persenjataan musuh, AS mungkin harus menambah jumlah senjata nuklir strategis yang dikerahkan untuk menjaga keamanan nasional serta melindungi sekutu dan mitra mereka. Hal ini mencerminkan tekad AS untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks dan mendesak di tingkat global.
Saat ini, AS telah mematuhi batas 1.550 hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan, sesuai dengan perjanjian New START 2010 dengan Rusia. Meskipun demikian, Moskow menangguhkan keikutsertaannya tahun lalu, memunculkan ketidakpastian dalam kerangka pengendalian senjata internasional.
Vaddi menekankan bahwa langkah AS untuk menambah jumlah senjata nuklir tidak bertentangan dengan komitmen mereka terhadap kontrol senjata internasional. Namun, dengan adanya ekspansi dan diversifikasi senjata nuklir oleh Rusia, China, dan negara lainnya, AS merasa perlu untuk merespons secara proaktif demi menjaga stabilitas global.
Ancaman dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara semakin kompleks, dengan adanya pertukaran teknologi dan dukungan antara mereka. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut serta mengancam keamanan AS dan sekutunya.
Dalam situasi yang semakin kompleks ini, langkah-langkah proaktif dalam pengendalian senjata nuklir menjadi semakin penting bagi AS untuk menjaga keamanan nasional dan stabilitas global.
Rusia, China, Iran, dan Korea Utara telah berbagi teknologi rudal dan pesawat tak berawak yang canggih. Sebagai contoh, Vaddi menyebutkan penggunaan pesawat tak berawak Iran di Ukraina oleh Moskow serta artileri dan rudal Korea Utara, dan dukungan China untuk industri pertahanan Rusia.
Vaddi menggarisbawahi bahwa AS tetap berkomitmen pada kontrol senjata internasional dan rezim non-proliferasi yang dirancang untuk mengekang penyebaran senjata nuklir. Namun, respons dari negara-negara tersebut menunjukkan ketidakminatan mereka dalam pengendalian senjata, yang semakin menantang upaya internasional untuk menjaga stabilitas.
Senjata di Era Baru
Tahun lalu, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk meningkatkan penyebaran senjata nuklir strategis AS untuk melawan persenjataan Rusia dan China, dan menawarkan pembicaraan tanpa prasyarat. Namun, perkembangan terbaru dan peningkatan aktivitas militer dari musuh-musuh potensial memaksa AS untuk mempertimbangkan ulang pendekatan mereka.
Jika penambahan senjata nuklir strategis menjadi kenyataan, hal ini akan menjadi perubahan signifikan dalam kebijakan pertahanan AS dan mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam menjaga keseimbangan kekuatan global. Kebijakan ini menuntut kesiapan penuh dari semua pihak terkait untuk merespons secara cepat dan efektif terhadap dinamika keamanan yang terus berubah.
Ancaman Stabilitas Global
Peningkatan persenjataan nuklir oleh AS dapat memicu reaksi dari negara-negara lain, yang mungkin merasa terancam dan meningkatkan persenjataan mereka sendiri. Hal ini bisa menciptakan siklus perlombaan senjata baru yang berpotensi membahayakan stabilitas global. Oleh karena itu, dialog dan diplomasi tetap menjadi elemen penting dalam mengelola ketegangan internasional.
Kesimpulannya, AS berada di persimpangan penting dalam kebijakan pertahanannya. Langkah untuk menambah senjata nuklir strategis bisa jadi diperlukan untuk mengatasi ancaman yang berkembang dari Rusia, China, dan lainnya, namun juga membawa risiko eskalasi ketegangan global. Dengan situasi yang terus berkembang, AS harus menavigasi kebijakan ini dengan hati-hati, mengedepankan prinsip keamanan dan stabilitas global dalam setiap keputusan yang diambil.
Padahal perang nuklir punya dampak besar bagi dunia, ledakan nuklir bisa membunuh jutaan orang dalam sekejap. Sebagai contoh, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 menewaskan lebih dari 200.000 orang.
Radiasi dari ledakan nuklir dapat menyebabkan penyakit akut, seperti sindrom radiasi akut, dan penyakit kronis, termasuk kanker dan gangguan genetik. Ledakan nuklir dapat menyebabkan kebakaran besar yang menyebar dengan cepat, menghasilkan tsunami api yang menghancurkan kota dan daerah sekitarnya.
Asap dan debu yang dilemparkan ke atmosfer bisa mengurangi sinar matahari yang mencapai permukaan bumi, menyebabkan penurunan suhu global drastis dan mengganggu ekosistem dan pertanian, yang dikenal sebagai "musim dingin nuklir".
Ledakan nuklir dapat menghancurkan infrastruktur penting seperti jaringan listrik, transportasi, dan komunikasi, mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Biaya untuk membersihkan daerah yang terkontaminasi dan merawat korban bisa mencapai triliunan dolar.
Perang nuklir akan menciptakan gelombang besar pengungsi yang melarikan diri dari daerah yang terkena dampak, menyebabkan krisis kemanusiaan. Ketegangan politik dan sosial dapat meningkat, memicu konflik baru dan memperburuk yang sudah ada.
Menyatakan bahwa perang nuklir antara dua negara bersenjata nuklir dapat mengakibatkan kematian hingga 2 miliar orang akibat kelaparan global yang diinduksi oleh perubahan iklim yang diakibatkan oleh perang.
Princeton University's Program on Science and Global Security Memperkirakan bahwa perang nuklir skala penuh antara Amerika Serikat dan Rusia dapat menyebabkan kematian lebih dari 90 juta orang hanya dalam beberapa jam pertama dari konflik. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.