Logo
>

Terbang Tinggi Hingga 26,60 Persen, Bagaimana Fundamental AGI

Ditulis oleh Yunila Wati
Terbang Tinggi Hingga 26,60 Persen, Bagaimana Fundamental AGI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk ATAU AGI mencuri perhatian pasar modal setelah melonjak 27,66 persen ke Rp240 pada akhir sesi perdagangan Jumat, 22 November 2024.

    Bahkan, bank dengan kode saham INPC ini sempat menyentuh Rp250, yang merupakan level tertingginya dalam tiga tahun terakhir. Lonjakan ini terjadi di tengah tingginya aktivitas perdagangan, dengan total transaksi mencapai 452,68 juta saham, frekuensi 23.946 kali, dan nilai transaksi sebesar Rp99,15 miliar.

    Dalam sepekan terakhir, saham INPC melejit hingga 96,72 persen, sementara dalam sebulan terakhir melesat hingga 101,68 persen. Lebih mencengangkan lagi, dalam tiga bulan terakhir, saham bank ini terbang hingga 300 persen.

    Pergerakan saham yang signifikan ini menjadikan INPC sebagai salah satu saham dengan performa terbaik di Bursa Efek Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

    Meski demikian, secara valuasi, rasio price-to-book value (PBV) Bank Artha Graha Internasional tercatat sebesar 1,13 kali. Sementara itu, price-to-earnings ratio (PER) bank ini berada pada level 28,66 kali (annualized).

    Nilai kapitalisasi pasar emiten ini kini mencapai Rp4,85 triliun, dengan total saham beredar sebanyak 20,22 miliar lembar.

    Sebagia orang melihat, hal ini wajar terjadi pada Artha Graha, mengingat AGI dikenal memiliki nama-nama besar seperti Tomy Winata dan Sugianto Kusuma atau Aguan. Keduanya masing-masing menjabat sebagai wakil komisaris utama perusahaan. Kepemimpinan tokoh-tokoh ini memberikan daya tarik tersendiri bagi investor, mengingat rekam jejak mereka di dunia bisnis.

    Tidak hanya itu, jumlah pemegang saham INPC pun mengalami pertumbuhan signifikan. Per 31 Oktober 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 10.286 pihak, bertambah 1.433 pihak dibandingkan akhir September 2024 yang mencatat 8.853 pemegang saham.

    Adapun publik non-warkat memiliki kepemilikan sebesar 39 persen.

    Faktor Pendorong, Tantangan, dan Prospek

    Lonjakan harga saham INPC yang konsisten dalam beberapa hari terakhir menunjukkan adanya sentimen positif di kalangan investor. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan ini adalah optimisme pasar, yaitu ketertarikan investor terhadap saham INPC, baik dari segi valuasi maupun prospek bisnis, menciptakan peningkatan permintaan yang signifikan.

    Lalu, minat pemodal baru yang terus bertambah dan menunjukkan adanya minat dari investor individu yang terus bertumbuh. Dan terakhir adalah likuiditas tinggi, di mana nilai transaksi INPC mencapai Rp99,15 miliar hanya dalam satu hari, likuiditas saham INPC semakin menarik perhatian pelaku pasar modal.

    Walau begitu, ada tantangan yang harus dihadapi INPC, meskipun performa sahamnya terlihat menjanjikan.

    Valuasi yang cukup tinggi (PER 28,66 kali) mengindikasikan adanya potensi risiko jika pertumbuhan laba perusahaan tidak sejalan dengan ekspektasi pasar. Namun, posisi PBV yang masih berada pada level moderat, yaitu 1,13 kali, memberikan ruang bagi saham ini untuk tetap kompetitif.

    Tetapi, ke depannya Bank Artha Graha Internasional diperkirakan akan terus menarik minat investor, baik lokal maupun asing, terutama jika perusahaan dapat menjaga kinerja fundamentalnya. Dukungan dari tokoh-tokoh besar seperti Tomy Winata dan Aguan juga diyakini mampu mendorong perkembangan bank ini di masa mendatang.

    Dengan momentum yang kuat, saham INPC kini menjadi salah satu emiten yang layak diperhatikan, baik oleh investor ritel maupun institusional yang mencari peluang di pasar modal Indonesia.

    Fundamental AGI: Performa Menanjak, Valuasi Kompetitif

    Saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) terus mencatatkan kinerja impresif di pasar modal. Hingga akhir perdagangan pada 22 November 2024, saham INPC melonjak signifikan, menembus Rp240 setelah sempat mencapai Rp250, level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

    Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp4,81 triliun dan harga yang telah melesat 296,67 persen dalam tiga bulan terakhir, saham INPC menjadi salah satu emiten paling menarik perhatian investor.

    Dari segi valuasi, rasio price-to-book value (PBV) saat ini berada pada angka 1,12 kali, yang menunjukkan bahwa saham ini masih dihargai cukup wajar dibandingkan nilai bukunya. Sementara itu, price-to-earnings ratio (PER) tahunan mencapai 28,42 kali, dengan PER trailing twelve months (TTM) sebesar 32,53 kali.

    Rasio ini menunjukkan valuasi yang cukup tinggi dibandingkan rata-rata IHSG yang berada pada median PER 7,17 kali, namun masih mencerminkan potensi pertumbuhan kinerja perusahaan.

    Secara fundamental, INPC mencatat kinerja yang stabil dengan pendapatan tahunan (TTM) sebesar Rp1,61 triliun dan laba bersih mencapai Rp148 miliar.

    Margin laba bersih perusahaan berada di level 13,04 persen per kuartal terakhir, mencerminkan efisiensi operasional yang baik. Pendapatan kuartal ketiga 2024 mencatat pertumbuhan sebesar 7,24 persen secara tahunan (YoY), sementara laba bersih melonjak 47,84 persen YoY, mengindikasikan peningkatan profitabilitas yang signifikan.

    Di sisi profitabilitas, Bank Artha Graha memiliki return on equity (ROE) sebesar 3,44 persen dan return on assets (ROA) sebesar 0,53 persen.

    Meskipun angka ini masih berada di bawah rata-rata industri, perusahaan memiliki leverage keuangan yang rendah dengan debt-to-equity ratio sebesar 0,09, menunjukkan kemampuan perusahaan menjaga kestabilan keuangan.

    Menarik untuk Investasi Jangka Panjang

    Dari laporan neraca, total aset perusahaan mencapai Rp28,02 triliun, dengan ekuitas sebesar Rp4,3 triliun. Sementara itu, total kewajiban perusahaan sebesar Rp23,72 triliun, menghasilkan rasio kewajiban terhadap ekuitas sebesar 5,51.

    Walaupun rasio ini relatif tinggi, perusahaan tetap menjaga struktur pendanaan yang kuat melalui tingkat utang yang minimal terhadap total aset, yaitu hanya 0,01.

    Arus kas perusahaan juga menunjukkan performa yang positif. Free cash flow (TTM) berada di angka Rp3,88 triliun, mencerminkan likuiditas yang baik dan kemampuan perusahaan untuk mendukung operasional maupun investasi jangka panjang.

    Meski demikian, investasi perusahaan tercatat negatif Rp3,05 triliun, yang dapat menunjukkan adanya aktivitas pengeluaran modal untuk mendukung pertumbuhan di masa depan.

    Dari perspektif valuasi pasar, INPC memiliki price-to-sales ratio sebesar 2,99 kali dan PEG ratio 0,15, menunjukkan bahwa saham ini memiliki potensi pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan valuasinya saat ini.

    Selain itu, rasio harga terhadap arus kas berada di angka 1,24 kali, yang menarik bagi investor yang mencari saham undervalued dengan potensi arus kas yang stabil.

    Rekomendasi terhadap saham INPC bergantung pada profil risiko dan tujuan investasi. Dengan kenaikan harga saham yang signifikan, investor harus berhati-hati terhadap potensi aksi ambil untung jangka pendek.

    Namun, fundamental yang stabil, valuasi yang wajar, serta dukungan dari manajemen yang kuat menjadikan saham ini menarik untuk investasi jangka panjang. Bagi investor konservatif, disarankan untuk menunggu koreksi harga sebelum masuk, sementara investor agresif dapat memanfaatkan momentum kenaikan dengan tetap memperhatikan risiko yang ada.

    Bank Artha Graha Internasional tampaknya berada dalam fase pertumbuhan yang menarik, namun tetap harus diiringi dengan kehati-hatian dalam mengambil keputusan investasi.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79