Logo
>

Terdampak El Nino, Indramayu Tetap Lumbung Pangan Nasional

Ditulis oleh KabarBursa.com
Terdampak El Nino, Indramayu Tetap Lumbung Pangan Nasional

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bupati Indramayu Nina Agustina mengklaim bahwa Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, masih pantas disebut sebagai lumbung pangan nasional dan berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

    Kata dia, meskipun mengalami kemarau panjang akibat El Nino yang menyebabkan produksi berasnya menurun, Kabupaten Indramayu tetap menjadi wilayah penghasil beras terbesar di Provinsi Jawa Barat.

    Menurut Nina Agustina, produksi beras di Kabupaten tersebut mencapai sekitar 1,4 juta ton beras setiap tahunnya.

    “Saya merasa Alhamdulillah, meskipun mengalami sedikit kendala akibat El Nino, produksi padi kita masih bagus dengan jumlah sekitar 1,4 juta ton setiap tahun saat panen,” ujarnya, Rabu, 12 Juni 2024.

    Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi padi di Kabupaten Indramayu selalu meningkat dalam tiga tahun terakhir, melebihi 1 juta ton Gabah Kering Panen (GKP).

    Pada tahun 2021, produksi beras mencapai 1,3 juta ton GKP, meningkat menjadi 1,48 juta ton GKP pada tahun 2022, dan sebesar 1,41 juta ton GKP pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa Indramayu merupakan salah satu wilayah penghasil beras terbesar di Jawa Barat, setelah Karawang.

    Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu dari tiga wilayah terbesar penyumbang beras secara nasional, setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

    Nina Agustina berharap bahwa Indramayu akan tetap mempertahankan posisinya sebagai lumbung pangan nasional di masa mendatang.

    Untuk mendukung harapan tersebut, Nina menyebut bahwa pihaknya telah melakukan langkah konkret untuk meningkatkan produksi beras, antara lain dengan memperbaiki sistem irigasi, memanfaatkan pompanisasi, dan menyediakan pupuk kepada petani. Kementan sendiri telah menggalakkan program pompinasi di Indramayu, dengan memberikan mesin pompa kepada petani setempat.

    Ali Jamil, Direktur Jenderal PSP Kementan, menjelaskan bahwa terdapat empat unit mesin pompa yang diberikan untuk Kabupaten Indramayu. Dengan luas satu unit pompa yang mencapai 10 hektar lahan sawah, program pompinasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Indramayu.

    Selain upaya pemerintah, petani di Indramayu juga berperan penting dalam penggenjotan produksi beras. Misalnya, Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) membangun pabrik penggilingan padi pertama milik petani sendiri dengan kapasitas produksi 20-40 ton per hari. Nina Agustina menilai bahwa kehadiran pabrik ini dapat meningkatkan kualitas beras lokal dan kesejahteraan petani setempat.

    “Dengan adanya pabrik ini, diharapkan proses serapan panen menjadi lebih efektif dan petani tidak lagi tergantung pada tengkulak,” ujarnya.

    Nina Agustina mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam membangun pabrik tersebut, karena hal ini memberikan manfaat besar bagi petani di Indramayu dan mendukung Kabupaten tersebut sebagai lumbung pangan nasional.

    Kementan Alokasikan Rp7 Triliun untuk Petani Hadapi El Nino

    Kementerian Pertanian (Kementan) mengalokasikan kembali anggaran sebesar Rp7 triliun untuk mendukung petani menghadapi El Nino dan kekeringan selama tiga bulan kritis, yakni Agustus, September, dan Oktober.

    Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengumumkan langkah ini setelah melaporkan situasi pangan nasional kepada Presiden Joko Widodo di Jakarta, Selasa 11 Juni 2024.

    “Kami telah melakukan refocusing anggaran. Anggaran yang sebelumnya untuk pembangunan, perjalanan dinas, dan seminar, kami alihkan untuk pembelian benih, pompa, dan alat mesin pertanian untuk petani,” ungkap Amran.

    Amran menjelaskan bahwa upaya ini akan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan petani selama masa kritis tersebut untuk meningkatkan produksi pertanian.

    “Puncak kemarau terjadi pada Agustus, September, dan Oktober. Tiga bulan ini sangat krusial. November biasanya sudah mulai ada hujan,” kata Amran.

    Presiden, lanjut Amran, menginstruksikan agar refocusing anggaran diselesaikan secepat mungkin untuk menghadapi musim kering ekstrem. Salah satu solusi cepat untuk mengatasi El Nino dan kekeringan adalah dengan pompanisasi, yaitu menyalurkan air menggunakan pompa dari sumber air ke lahan pertanian.

    “Saat ini realisasi pompa sudah mencapai sekitar 70 persen. Masih ada 30 persen yang harus diselesaikan. Jika semuanya terpasang, akan ada 25.000 pompa yang diharapkan bisa memitigasi risiko kekeringan,” jelasnya.

    Presiden juga memerintahkan agar sisa 30 persen pengadaan pompa diselesaikan sebelum Agustus 2024. Fokus pengadaan pompa ini terutama di Pulau Jawa, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta Lampung, Sumsel, Sulsel, Kalsel, dan Kalteng, yang merupakan sentra produksi padi.

    “Di Pulau Jawa, terdapat sejumlah sumber air yang bisa dipompa seperti Sungai Bengawan Solo, Sungai Cimanuk, hingga Sungai Brantas. Solusi cepatnya adalah memompa air tersebut karena jika menggunakan pompa bisa langsung tanam, sementara cetak sawah membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun. Saat ini kita butuh pangan segera, mengingat negara lain juga kekurangan pangan,” tandas Amran. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi