KABARBURSA.COM - Pengamat Ekonomi Piter Abdullah, memprediksi Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuannya atau BI Rate di level 6,25 persen pada Juli 2024. Menurut Piter, belum ada alasan yang cukup kuat bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan saat ini, meskipun inflasi tetap terjaga bahkan terdapat indikasi deflasi. Begitu disampaikan Piter kepada KabarBursa, Rabu, 17 Juli 2024.
Piter menyoroti bahwa tekanan masih ada pada nilai tukar Rupiah, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian global. Karena hal inilah BI terindikasi tidak akan meningkatkan suku bunga acuan mengingat tanda-tanda perlambatan ekonomi yang mulai terlihat.
Dalam situasi ini, pelonggaran likuiditas mungkin diperlukan untuk mendukung perekonomian yang sedang menghadapi tantangan internal dan eksternal.
“Sebaliknya BI juga tidak mungkin menaikkan suku bunga juga, karena perekonomian sudah menunjukkan gejala perlambatan dan perlu disupport pelonggaran likuiditas,” ujarnya.
Keputusan ini diyakini akan membantu menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi dinamika global dan memperkuat upaya pemulihan ekonomi nasional.
“Dengan demikian, saya meyakini BI akan memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan," tandasnya.
The Fed Turunkan Suku Bunga
Sebelumnya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral tidak akan menunggu hingga inflasi mencapai 2 persen sebelum memangkas suku bunga. Dari hal inilah kemudian Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, melihat kemungkinan pemangkasan suku bunga bisa terjadi pada September 2024.
Menurutnya, ada indikasi kuat yang mendukung kemungkinan tersebut. Yaitu, tren penurunan inflasi yang lebih tajam dari yang diharapkan dan perlambatan dalam beberapa indikator ekonomi kunci.
Meskipun, dia mencatat bahwa keputusan tersebut masih belum pasti karena beberapa pihak memperkirakan waktu yang berbeda, dengan beberapa pengamat masih memiliki pendapat yang berbeda mengenai waktu yang tepat untuk tindakan tersebut.
Namun, menurutnya dengan adanya penurunan inflasi di AS memungkinkan adanya percepatan pemangkasan suku bunga the Fed.
“Beberapa pengamat masih beda pendapat tapi arahnya semestinya dipercepat, The Fed lebih yakin untuk memangkas tingkat suku bunga,” katanya.
Namun, mempercepat pemangkasan suku bunga sebenarnya sulit untuk diprediksi. Faisal mengungkapkan kesulitan dalam menginterpretasi kecenderungan pejabat The Fed terkait langkah ini. Dia menjelaskan bahwa seperti bulan lalu, meskipun terjadi penurunan inflasi sebesar 0,1 persen, namun The Fed belum merasa cukup puas dengan kondisi tersebut.
Tapi dia menyatakan dengan adanya penurunan yang lebih signifikan pada bulan ini, Di berharap para pejabat The Fed akan merasa lebih terdorong untuk mempercepat langkah-langkah mereka.
“Saya harap dengan penurunan yang lebih tajam pada bulan ini mereka lebih terdorong untuk mempercepat,” ungkap dia.
Sebagai catatan, ada deflasi inflasi di AS pada bulan Juni, dengan penurunan yang lebih besar dari perkiraan, yaitu 0,1 persen. Secara tahun ke tahun (year-on-year), inflasi turun dari 3,3 persen pada bulan sebelumnya menjadi 3 persen.
“Turunnya lebih tajam ini,” terang dia
Menurut pandangannya, dengan kondisi tersebut, ditambah dengan indikator lain seperti perlambatan pertumbuhan lapangan kerja dan non farm payroll yang lemah, dapat memperkuat dorongan untuk mempercepat pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Namun, sekali lagi dia menekankan bahwa keputusan untuk mempercepat pemangkasan suku bunga The Fed bergantung pada bagaimana para pejabat bank sentral tersebut menafsirkan kondisi ekonomi di AS. Keputusan akhir akan diambil dalam pertemuan FOMC yang berikutnya, yang dijadwalkan pada akhir Juli 2024 ini.
Desakan Naikan Suku Bunga
Semakin banyak ekonom Wall Street yang memperingatkan bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), mungkin terlalu lama menunda pembalikan arah kebijakan setelah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam dua dekade.
Data inflasi yang moderat dalam tiga bulan terakhir, dikombinasikan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan peningkatan angka pengangguran, mendorong seruan agar bank sentral menurunkan suku bunga pada pertemuan kebijakan mendatang yang akan diadakan dua minggu dari sekarang.
Meski begitu, langkah semacam itu tampaknya sangat tidak mungkin terjadi. Gubernur The Fed, Jerome Powell, dalam sebuah acara di Washington pada Senin, 15 Juli 2024, mengatakan dia tidak akan memberikan petunjuk tentang waktu penurunan suku bunga. Sebagian besar rekan-rekannya di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan kebijakan tampaknya masih belum yakin tentang perlunya tindakan segera.
Namun, risiko untuk menunggu semakin besar, menurut sejumlah tokoh terkemuka termasuk Kepala Ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius, Presiden Queens' College Mohamed El-Erian, dan Neil Dutta dari Renaissance Macro Research. Mereka berpendapat bahwa terus menunda penurunan suku bunga dapat memperburuk situasi ekonomi, terutama jika inflasi terus moderat dan pertumbuhan ekonomi melambat.
Hatzius, El-Erian, dan Dutta memperingatkan bahwa keterlambatan dalam menyesuaikan kebijakan moneter bisa membuat The Fed kehilangan kesempatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada waktu yang tepat. Mereka menekankan bahwa sinyal dari data ekonomi terbaru menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih fleksibel dan adaptif dalam kebijakan suku bunga.
Dengan latar belakang ketidakpastian ekonomi global dan tekanan domestik, keputusan The Fed dalam beberapa minggu mendatang akan menjadi titik krusial bagi arah kebijakan moneter AS. Para ekonom Wall Street mendesak bank sentral untuk lebih responsif terhadap tanda-tanda pelambatan ekonomi dan menghindari risiko yang bisa memperdalam ketidakstabilan ekonomi di masa depan.(ian/nil)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.