KABARBURSA.COM – Pada periode Juni 2025, inflasi Amerika Serikat (AS) naik 0,3 dibanding bulan sebelumnya dan 2,7 persen dibanding tahun lalu. Kenaikan inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Februari 2025. Inflasi inti, tanpa pangan dan energi, juga naik 2,9 persen YoY, masih di atas target The Fed.
Kenaikan ini dipicu oleh dampak tarif impor dari kebijakan Presiden Trump, yang membuat harga barang-barang seperti elektronik dan tekstil melonjak, sementara harga mobil malah turun.
Makanan pun ikut naik, terutama minuman dan kopi, sedangkan tarif hotel dan tiket pesawat justru turun karena lemahnya permintaan.
D’Origin Advisory mengungkapkan, kenaikan inflasi kali ini sesuai dengan ekspektasi pasar dan merupakan laju tahunan tertinggi sejak Februari 2025.
“Inflasi inti, yang tidak mencakup harga pangan dan energi, juga naik 0,2 persen MoM dengan tingkat tahunan mencapai 2,9 persen, tetap berada di atas target 2 persen The Fed,” kata analis D’Origin Advisory Dandhi Nur Prasetyo, Senin, 21 Juli 2025.
Menurutnya, kenaikan inflasi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk mulai munculnya dampak tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Sejumlah barang yang rentan terhadap pengenaan tarif, seperti tekstil, peralatan rumah tangga, dan produk elektronik, mengalami lonjakan harga yang cukup mencolok.
Di sisi lain, harga mobil—baik yang baru maupun bekas—justru menunjukkan tren penurunan. Kenaikan juga terjadi pada sektor makanan, dengan inflasi mencapai 0,3 persen. Pendorong utamanya berasal dari lonjakan harga minuman non-alkohol dan kopi, yang diduga kuat terdampak oleh pemberlakuan tarif impor.
“Di sisi lain, jasa seperti tarif hotel dan tiket pesawat justru turun, mencerminkan adanya pelemahan permintaan domestik,” kata Dandhi.
Ia mengungkapkan, proyeksi ke depan mengindikasikan bahwa tekanan inflasi akibat tarif diperkirakan akan semakin nyata dalam laporan CPI bulan Juli dan Agustus, seiring menipisnya persediaan barang yang diimpor sebelum tarif diberlakukan.
Walau laju inflasi saat ini masih tergolong terkendali, kata dia, lonjakan harga pada produk-produk yang terdampak tarif berpotensi mendorong inflasi ke level yang lebih tinggi dalam waktu dekat, yang pada akhirnya dapat mempersempit ruang kebijakan moneter The Fed.
Kendati demikian, lanjut Dandhi, dengan tanda-tanda melemahnya daya beli masyarakat dan melambatnya pasar tenaga kerja. Menurutnya, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan akhir Juli.
Sedangkan opsi pemangkasan sebesar seperempat poin, kata dia, bakal lanjut pada bulan september sambil terus memantau arah inflasi serta potensi tekanan lanjutan dari kebijakan perdagangan.(*)