KABARBURSA.COM-Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa keputusan terkait suku bunga acuan tidak semata bergantung pada kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menekankan bahwa BI memiliki strategi tersendiri dalam menjalankan kebijakan moneter."Meskipun The Fed dan BI mempertahankan suku bunga acuan pada level masing-masing, yaitu 5,25 persen hingga 5,50 persen dan 6 persen pada Januari 2024, keputusan ini diputuskan atas pertimbangan kondisi inflasi yang belum mencapai target 2 persen, meski mulai mengendur," jelasnya Senin 12 Februari 2024.
Destry menjelaskan bahwa BI dapat menurunkan suku bunga secara independen, tanpa harus menunggu langkah yang diambil oleh The Fed. Hal ini tergantung pada keadaan ekonomi domestik yang terjaga. " Sebagai contoh, ketika The Fed meningkatkan suku bunga sebanyak 500 basis poin, BI tidak mengikuti langkah tersebut secara penuh, tetapi hanya meningkatkan sebesar 250 basis poin. Hal ini menunjukkan bahwa BI memiliki kebijakan moneter yang independen," kata dia.
Selain mengatur suku bunga, BI juga menerapkan kebijakan makroprudensial sebagai bagian dari strategi moneter. Kebijakan ini berfokus pada insentif untuk bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi. "Sektor-sektor prioritas tersebut termasuk hilirisasi minerba dan non-minerba, perumahan, pariwisata, serta pembiayaan inklusif untuk UMKM, KUR, UMi, dan pembiayaan hijau," jelasnya.
Destry menjelaskan bahwa BI telah memberikan insentif sebesar Rp165 triliun kepada bank-bank yang aktif menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas pada tahun 2023. Ini mencakup baik bank konvensional maupun bank syariah.