Logo
>

Tiga Emiten Konsumer ini bisa Curi Cuan saat Ramadan

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Tiga Emiten Konsumer ini bisa Curi Cuan saat Ramadan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bulan Ramadan membawa dampak positif bagi emiten konsumer di Indonesia. Meskipun ada angin segar, para investor diminta untuk tetap waspada. Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy, menyarankan para investor untuk mencermati daya beli masyarakat khususnya sepanjang Februari ini.

    "Tentunya, hal tersebut dapat terlihat dari kenaikan angka inflasi Indonesia dari 0,76 persen pada Januari 2025 dan diharapkan meningkat pada Februari 2025," ujar dia kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kenaikan harga bahan baku yang berpengaruh pada emiten konsumer yang melakukan impor. Kenaikan tersebut disebabkan oleh depresiasi kurs rupiah terhadap dolar yang terus-menerus terjadi sejak Januari 2025. Saat ini, rupiah kembali ke level Rp16.600 per USD.

    Tetapi secara keseluruhan, periode Ramadhan masih dapat dimanfaatkan investor sebagai sektor defensif di kala market saham domestik tertekan. Tekanan itu terjadi karena outflow asing dan penurunan saham konglomerasi.

    "Ada tiga emiten yang kerap menunjukkan kinerja positif saat Ramadan tiba, yaitu ICBP, MYOR, dan MAPI. Dari laporan keuangan terdahulu, ketiga emiten ini mengalami lonjakan pendapatan pada kuartal III 2024," kata Abdul.

    Dijabarkannya, penjualan ICBP meningkat sebesar 8,7 persen pada Q3 2024 (QoQ). MYOR dan MAPI juga mengalami hal serupa, dengan kenaikan masing-masing 26,2 persen dan 4,5 persen pada periode yang sama.

    "Saya merekomendasikan ICBP Buy on Weakness di Rp11.525 dengan target Rp12.725. Lalu, MYOR Buy dengan target Rp2.600 dan MAPI Buy dengan target Rp1.495," jelas Abdul.

    Prospek Sektor Konsumer Jelang Ramadan 2025

    Prospek sektor konsumer di Indonesia diprediksi bakal semringah menjelang bulan Ramadan 2025. Analis menyebut, hal ini terjadi karena sejumlah faktor.

    Abdul mengatakan, secara historikal, industri sektor konsumer kerap terdampak positif karena adanya Ramadhan di setiap tahunnya.

    Menurut dia, terdapat sejumlah produk yang diminati oleh masyarakat Indonesia dalam tiga tahun terakhir, salah satunya ialah FMCG (Fast Moving Consumer Goods).

    “Angka penjualan dari perusahaan produsen FMCG mengalami lonjakan pendapatan pasca laporan keuangan emiten konsumer dirilis seperti ICBP, INDF, hingga MYOR pada kuartal III tahun 2022 hingga 2024,” ujarnya.

    Abdul melanjutkan, sejumlah faktor bisa berpotensi mempengaruhi penjualan produk konsumer pada bulan Ramadan tahun ini. Seperti daya beli masyarakat yang tercermin dari data inflasi Indonesia.

    “Saat ini fokus investor adalah melihat angka inflasi indonesia di bulan Februari 2025, jika angka tersebut menunjukkan adanya lonjakan inflasi karena permintaan masyarakat yang naik, ini bisa jadi Booster untuk peningkatan daya beli masyarakat di bulan Ramadan,” jelasnya

    Tetapi, lanjut Abdul, perlu diperhatikan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami deflasi yang disebabkan daya beli masyarakat menurun.

    “Sehingga diharapkan tren deflasi ini akan patah saat bulan Ramadhan tiba nantinya pada kuartal I 2025 ini dan dapat mendongkrak penjualan dari emiten konsumer,” tutur dia.

    Abdul juga memprediksi platform digital akan terus menjadi saluran utama bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan mereka selama Ramadan. Kondisi ini dikarenakan tidak lepas semakin berkembangnya e-commerce dan adaptasi masyarakat terhadap belanja online.

    Bongkar Saham Consumer Goods yang Tersengat Positif Penurunan BI Rate

    Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen memberikan sentimen positif yang signifikan bagi emiten di sektor barang konsumsi (consumer goods).

    Senior Market Analyst Mirae Asset, Nafan Aji Gusta mengatakan, pemangkasan BI Rate memberikan efek positif terhadap biaya pinjaman atau borrowing cost yang mendorong kinerja konsumsi rumah tangga.

    “Jika kebijakan ini dilakukan secara berkelanjutan dan terlaksana dengan baik, efek dari penurunan biaya pinjaman (borrowing cost) akan semakin berkurang sehingga dapat menjadi pendorong atau katalis positif bagi kinerja konsumsi rumah tangga,” ujarnya kepada Kabarbursa.com di Jakarta, dikutip Sabtu, 18 Januari 2025.

    Nafan menyatakan bahwa ini merupakan momentum yang baik, mengingat konsumsi rumah tangga merupakan salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    “Ya, kita lihat ya, sekitar 52 hingga 54 persen kan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh strong domestic consumption,” kata dia.

    Di sisi lain, Nafan menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia seharusnya dapat lebih optimal setelah penurunan suku bunga acuan, dengan catatan BI terus melanjutkan kebijakan moneter yang mendukung.

    “Kalau dari Mirae Aset memang targetnya 5,5 persen ya untuk di tahun ini dalam hal kebijakan Indonesia dalam melonggarkan moneternya,” pungkasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.