KABARBURSA.COM - Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di Indonesia, yang kini mencapai angka 6,5. Angka ICOR ini menjadi hambatan serius bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen, sebuah tujuan ambisius yang dihadapkan pada berbagai tantangan internal.
Wijayanto menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi itu, Indonesia memerlukan investasi yang sangat besar, yaitu sekitar Rp12.480 triliun, atau setara dengan 52 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP). Jumlah ini, menurutnya, hampir mustahil dicapai dalam jangka pendek mengingat kondisi ekonomi yang ada saat ini.
"Untuk tumbuh di atas 8 persen itu sangat berat bagi Indonesia, karena memiliki hambatan ekonomi yang boros modal. Untuk tumbuh tinggi tentunya membutuhkan investasi, tetapi ICOR Indonesia cenderung bertumbuh yaitu 6,5," katanya dalam dalam diskusi publik prospek kebijakan ekonomi prabowo yang disiarkan daring, dikutip, Senin 23 September 2024.
Sebagai informasi, ICOR adalah indikator yang menunjukkan seberapa efisien investasi digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi ICOR, semakin rendah efisiensi modal dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Ini berarti, perekonomian Indonesia saat ini membutuhkan investasi yang lebih besar untuk mencapai pertumbuhan yang diharapkan, tetapi dengan hasil yang relatif kecil, sehingga dapat dianggap sebagai ukuran dari inefisiensi penggunaan modal.
Wijayanto menyoroti beberapa penyebab utama tingginya ICOR di Indonesia, mulai dari investasi yang tidak efisien hingga biaya tinggi dalam menjalankan perekonomian. Faktor-faktor lain yang turut memperburuk situasi ini antara lain korupsi, ketidakpastian regulasi, markup, serta perencanaan proyek yang buruk. Artinya, jika Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, masalah-masalah ini harus segera diatasi.
“Meningkatkan investasi memang penting, tetapi menekan ICOR juga tidak kalah pentingnya,” katanya.
Untuk diketahui, secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode Januari – Juni (Semester I) Tahun 2023 mencapai Rp678,7 triliun atau meningkat sebesar 16,1 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu dan berhasil menyerap 849.181 orang TKI. Capaian tersebut telah memenuhi 48,5 persen dari target realisasi investasi tahun 2023 yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.400 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi persnya pagi tadi (21/7) menyampaikan capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh jajaran Kementerian Investasi dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di seluruh Indonesia.
“Alhamdulillah, insyaallah saya jadinya optimis karena kita sudah lewati satu semester. Terima kasih banyak kepada tim DPMPTSP dan Kementerian Investasi. Realisasi ini adalah hasil kolaborasi semua elemen bangsa. Kalau tren ini terus terjadi sekalipun memasuki tahun politik dan kita bisa jaga kondisi, maka target bisa tercapai dan mungkin juga sektor lain bisa sama dan pertumbuhan ekonomi kita bisa tetap di atas 5 persen,” kata Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan dalam paparannya bahwa kontribusi penanaman modal asing (PMA) pada Triwulan II 2023 mencapai 53,3 persen dari total investasi atau sebesar Rp186,3 triliun yang merupakan nilai tertinggi sejak 2019. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing yang terus meningkat terhadap kebijakan pemerintah serta stabilitas ekonomi dan politik Indonesia. Adapun lima besar kontribusi investasi terbesar PMA berasal dari Singapura (US$3,4 miliar), R.R. Tiongkok (US$2,6 miliar), Hongkong (US$2,0 miliar), Jepang (US$1,0 miliar) dan Malaysia (US$0,8 miliar).
Pada Triwulan II 2023, Sektor Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi menjadi sektor dengan capaian tertinggi sebesar Rp43,0 triliun, disusul oleh Sektor Industri Logam Dasar, Barang logam, Bukan Mesin dan Peralatannya sebesar Rp42,4 triliun; Pertambangan Rp37,9 triliun; Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Rp30,4 triliun; dan Listrik, Gas, dan Air sebesar Rp25,6 triliun.
Lapangan Pekerjaan Berkualitas
Bahlil menekankan bahwa kelima sektor ini adalah bagian dari komponen pembangunan industri hilirisasi yang tercermin dari capaian kelima sektor ini yang saling mendukung satu sama lain. Menurut Bahlil, sasaran kita adalah bagaimana agar investasi yang muncul benar-benar menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan nilai tambah.
“Sekarang memang hilirisasi itu betul-betul masif, sekalipun beberapa lembaga internasional merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk secara bertahap melakukan peninjauan kembali terhadap pelarangan ekspor dan jangan diperluas ke komoditas lain. Tetap kita konsisten dan kita akan mendorong untuk memberikan insentif lebih baik lagi agar investor bisa masuk,” imbuh Bahlil.
Pada periode Semester I 2023, Kementerian Investasi/BKPM juga merilis data Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang tercatat pada Sistem Online Single Submission (OSS) yaitu sebanyak 1.679.023 proyek dengan nilai komitmen investasi sebesar Rp138,8 triliun. Nilai investasi tercatat dari 1.453.318 proyek yang dimiliki pelaku usaha skala mikro sebesar Rp74,3 triliun. Sedangkan, nilai investasi yang tercatat dari 225.705 proyek yang dimiliki pelaku usaha skala kecil sebesar Rp64,5 triliun.
“Perintah Bapak Presiden tidak boleh mengurus investasi yang besar-besar saja, tetapi juga yang kecil-kecil. Tidak boleh ada perlakuan yang berbeda dengan perusahaan besar. Kami menerjemahkan itu dalam data LKPM (Laporan Kegiatan Penanaman Modal) bagi sektor UMK yang ditarik laporannya per semester,” pungkas Bahlil.(*)