Logo
>

Tips Cuan Harga Saham Murah tapi tak Murahan

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Tips Cuan Harga Saham Murah tapi tak Murahan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham yang berharga murah bukan berarti tidak bisa menguntungkan. Emiten dengan harga yang rendah ternyata bisa menghasilkan cuan yang besar.

    Founder Graham Academy & Equity Analyst, Imam Gunadi mengatakan angka tidak bisa dilihat untuk menjustifikasi sebuah saham murah atau tidak.

    "Kita perlu melakukan valuasi, yang mana valuasi ini tentunya melihat dari sisi kinerja, kesehatan keuangan, dan melihat dari sisi market revenue. Jadi tidak bisa dilihat dari sisi angkanya," ujar dia dalam acara webinar 'Adu Gesit Saham Murah Tapi Tak Murahan' yang diselenggarakan Kabar Bursa, Jumat, 13 September 2024.

    Menurut Imam, kalau dilihat secara langsung ada beberapa saham  harganya sangat murah sekali. Dia bilang, semisal harganya Rp1 rupiah berarti minimal pembelian adalah Rp100 rupiah.

    "Tapi murah yang seperti itu bukan murah yang berkualitas, ini saham yang murah tapi murahan. Jadi jangan sampai kalau ingin beli saham jangan hanya melihat nominalnya saja tapi lihat isinya," ungkap dia.

    Tapi di satu sisi, Imam menyebut masih ada saham yang murah tapi bisa membuat investor mendapatkan cuan. Namun, dia mengimbau kepada para investor sebelum memilih saham yang murah.

    "Yang pertama proses screening di mana kita perlu melihat kualitas bisnis baik itu secara kuantitatif atau kualitatif," ucap Imam.

    Setelah itu, lanjut dia, barulah para investor bisa menentukan apakah saham tersebut murah atau mahal. Pertama yg harus dilakukan adalah perlu melihat bagaimana size perusahaan.

    "Jadi kalau kebanyakan orang menentukan size itu berdasarkan kapitalisasi pasarnya biasanya ada yg blue chip, second liner, third liner," pungkas dia.

    Tips Pemula Memahami Fundamental Emiten

    Generasi Z diimbau untuk melakukan beberapa hal sebelum melakukan aktivitas investasi di emiten perbankan, salah satunya adalah menganalisis fundamental.

    Head of Investment Nawasena Abhipraya Investa, Kiswoyo mengatakan generasi yang biasa disebut Gen Z itu harus mempelajari laporan keuangan sebuah perusahaan yg akan dibeli. Dalam hal ini, mereka harus melihat revenue perusahaan dalam lima tahun terakhir.

    “Jadi disarankan secara teori pula menunjukan bahwa 5 tahun terakhir itu revenue nya naik terus secara stabil,” ungkap dia dalam acara webinar ‘Untung Buntung Saham Perbankan, Gen Z Harus Tahu’ yang diselenggarakan Kabar Bursa, Kamis, 5 September 2024.

    Selain itu, Kiswoyo menyebut sebelum melakukan investasi, Gen Z juga harus melihat jika perbankan yang dituju itu memiliki net profit yang bagus dan rutin membagikan deviden setidaknya 30 sampai 40 persen.

    Kiswoyo menyebut, untuk sektor tertentu memang pendapatan revenue dan net profit tidak bisa naik terus menerus. Tetapi, kata dia, yang penting bisa stabil hingga mempunyai untung yang besar.

    Sementara itu Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada mengatakan yang perlu dipersiapkan Gen Z sebelum melakukan investasi di emiten perbankan harus memiliki pendirian.

    “Jadi jangan mereka melakukan investasi atau trading di saham karena ikut sana sini,” kata dia dalam kesempatan yang sama.

    Selain itu, Reza juga mengimbau Gen Z untuk melihat kinerja atau pertumbuhan dari emiten yang ingin dituju.

    “Lalu bagaimana deviden itu dibagikan. Mereka harus paham dulu pemahaman deviden tersebut. Baru dari situ mereka bisa menentukan mana saham-saham  perbankan yang cocok mereka inves,” ungkap Reza.

    Obligasi Dinilai Menarik

    Investasi obligasi dinilai menarik bagi generasi Z atau biasa disebut Gen Z. Sebab, instrumen investasi ini memiliki risiko yang sedikit.

    Direktur PT Labaforexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan suku bunga investasi obligasi berada di atas suku bunga deposito. Menurut dia, investasi obligasi bukan seperti transaksi.

    “Berbeda dengan investasi di luar obligasi yg hanya mencari keuntungan dan cuan secara cepat,” ungkap Ibrahim dalam acara webinar ‘Raih Cuan Investasi dari Obligasi’ yang diadakan Kabar Bursa, Kamis 29 Agustus 2024.

    Dia menjelaskan, investasi di obligasi bisa dibilang investasi terhadap negara yang mana uang tersebut akan dijadikan sebagai pembangunan untuk Indonesia.

    Meski menarik, Ibrahim memandang investasi obligasi masih belum diminati oleh generasi Z. Dia mengatakan hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi terkait investasi ini.

    Tips Obligasi Untuk Pemula

    Ibrahim kemudian memberikan tips bagi Generasi Z yang belum berpengalaman. Menurut dia, seseorang harus mencari informasi lebih dulu ke perusahaan yang sudah diberikan wewenang melakukan penjualan obligasi.

    “Di situlah generasi Z bisa mengetahui secara detail. Gen z ini biasanya selalu mempertanyakan hal klasik, seperti soal keamanan dana,” jelasnya.

    Ibrahim yakin, andai sudah merasakan manfaat dari obligasi setidaknya satu sampai dua bulan, generasi Z tersebut bakal memberi pengalamannya itu ke rekan-rekannya.

    “Dengan dor to dor inilah yg bisa membantu masyarakat ini melakukan investasi di obligasi,” ucap dia.

    Sementara itu Direktur Riset dan Investasi di Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan ini merupakan momentum yang positif untuk berinvestasi obligasi.

    “Di era tingginya tingkat suku bunga saat ini di mana 6,25 persen obligasi akan kasih bunga lebih tinggi dari pada bunga deposito,” ujar dia beberapa waktu.

    Nico juga menyebut pajak obligasi saat ini hanya 10 persen, lebih rendah ketimbang pajak deposito yang senilai 20 persen.

    “Kebayang tidak sudah bunganya lebih tinggi, pajaknya jauh lebih kecil,” ungkapnya.

    Lebih jauh Nico berbicara mengenai cara seseorang untuk memulai berinvestasi obligasi. Menurut dia, para pemula bisa lebih dulu  berinvestasi obligasi ritel yang dimulai dari Rp1 juta rupiah.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.