KABARBURSA.COM - Memasuki usia 40 tahun, seseorang idealnya sudah memiliki kondisi keuangan (finansial) yang tertata dengan baik.
Hal ini perlu dipastikan agar Anda tidak tidak terjerat masalah yang teramat kompleks terkait permasalahan keuangan.
Namun, kenyataannya, menjaga fokus dan memiliki manajemen keuangan yang baik bukanlah hal yang mudah.
Kompleksitas antara pengeluaran dan pendapatan serta keterbatasan masa usia produktif dapat menimbulkan berbagai masalah baru.
Banyak orang menghadapi masalah seperti dana yang tidak cukup atau terlilit utang yang sulit dibayar.
Yan Ardhianto, Kepala Fakultas Pemberdayaan Kualitas Sequis, menyatakan bahwa pada usia 40-an, seseorang sebaiknya tidak lagi merasa khawatir tertinggal dari orang lain. Menghabiskan uang hanya untuk memenuhi keinginan agar terlihat seperti orang lain bisa menguras tabungan dan merupakan tindakan yang sangat fatal.
Sebaliknya, yang penting adalah merencanakan masa pensiun. Karena, dengan mengandalkan sisa tabungan, uang pensiun, pesangon, atau BPJS Ketenagakerjaan saja tidak cukup untuk menjamin masa pensiun yang nyaman.
"Langkah bijak dalam mempersiapkan dana pensiun adalah memulainya sejak dini dengan mengalokasikan 10 hingga 20 persen pendapatan setiap bulan untuk tabungan pensiun. Tingkatkan persentase ini saat Anda mendapatkan tambahan pendapatan seperti bonus, kenaikan gaji, atau sumber lain," kata Yan dikutip dari pers rilisnya, Sabtu, 22 Juni 2024.
Persiapan dana pensiun dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mengikuti program tabungan pensiun di bank, berinvestasi di obligasi atau reksadana, atau mengikuti program dana pensiun atau DPLK pribadi dari lembaga keuangan atau perusahaan asuransi. Diversifikasi aset juga penting untuk mengurangi risiko fluktuasi pasar.
Pada usia 40-an, risiko kesehatan cenderung meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memiliki asuransi jiwa dan kesehatan sejak usia produktif dan masih sehat.
"Memiliki asuransi jiwa dan kesehatan sejak dini akan memudahkan pengaturan pendapatan untuk kebutuhan masa depan lainnya, seperti pendidikan anak, dana darurat, dan pelunasan utang," ujar Yan Ardhianto.
Selain itu, persiapan dana darurat sangat penting untuk menghadapi situasi tak terduga seperti tagihan mendadak, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan medis yang mendesak. Dana darurat dapat menghindarkan seseorang dari harus meminjam uang, menggadaikan barang, atau mencairkan investasi saat menghadapi situasi mendesak.
Pada usia 40-an, seseorang juga sebaiknya mulai mengecek komposisi utang yang dimiliki.
"Jika Anda berencana untuk berutang, penting untuk merencanakan cara pengembaliannya. Pertimbangkan kemampuan mencicil, apakah suku bunga tetap atau fluktuatif, dan tingkat inflasi yang terus meningkat," jelas Yan.
Terakhir, Yan menekankan pentingnya mempersiapkan dana pendidikan anak. Alokasikan setidaknya 10 persen dari pendapatan untuk dana pendidikan dan terus tambahkan persentasenya mengingat biaya pendidikan yang terus naik.
"Asuransi pendidikan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan, sekaligus memberikan manfaat asuransi jiwa bagi orang tua sebagai pencari nafkah," pungkasnya.
Kesalahan yang sering Dilakukan saat Berinvestasi
Mengelola keuangan dengan baik salah satunya dapat dicapai melalui investasi.
Namun, banyak yang belum menyadari bahwa pola investasi yang salah, seringkali disebabkan oleh FOMO (fear of missing out) atau sekadar ikut-ikutan, dapat merugikan.
Perencana Keuangan Lady Nathalia menjelaskan bahwa FOMO dan keinginan untuk langsung meraih keuntungan besar merupakan kesalahan umum dalam berinvestasi. Alih-alih mendapatkan keuntungan, efeknya malah bisa merugikan.
“Awalnya memang niatnya ingin untung dengan berinvestasi, tetapi karena mendengar ada kripto dan saham, akhirnya FOMO. Yang terjadi malah rugi,” kata Nathalia di Jakarta, Jumat, 14 Juni 2024.
Lady memaparkan tiga langkah agar investasi dapat menghasilkan keuntungan. Pertama, tentukan tujuan investasi.
“Tujuan investasi dapat dibagi menjadi jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,” jelasnya.
Langkah berikutnya adalah memahami profil risiko. Setelah itu, memilih instrumen investasi yang sesuai.
Saat ini terdapat berbagai instrumen investasi seperti deposito, obligasi, saham, properti, hingga emas.
Sebagai contoh, jika seseorang ingin berinvestasi untuk jangka panjang dengan risiko paling rendah, investasi emas bisa menjadi pilihan.
“Sementara, jika memilih saham, yang jelas risikonya tinggi, dan jika tidak cocok, tidak akan cuan. Tidak semua orang cocok dengan investasi saham karena risikonya tinggi. Ada yang tidak masalah jika modal investasinya habis, namun ada juga yang akan lebih stres jika kehilangan modal dalam investasi,” tuturnya. (*)
Kamus ekonomi Kabar Bursa:
Investasi: Suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu, dengan tujuan mendapatkan penghasilan atau peningkatan nilai.
Obligasi: Surat bukti pengakuan utang yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dengan jangka waktu minimal satu tahun.
Reksadana: Wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola oleh badan hukum yang bernama Manajer Investasi, untuk kemudian diinvestasikan ke dalam surat berharga seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang.
FOMO (Fear of Missing Out): Rasa takut merasa "tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya.