KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk tengah berada di fase yang boleh dibilang cukup menggairahkan. Dari sisi fundamental, kinerja keuangan, hingga pergerakan teknikal, semua memberi kesan bahwa raksasa telekomunikasi ini sedang melaju di jalur yang solid.
Bagi investor, kombinasi ini menjadi sinyal bahwa Telkom masih punya bahan bakar untuk mempertahankan penguatan.
Secara valuasi, saham TLKM memang tidak murah jika dibandingkan dengan median IHSG. Price to Earnings Ratio TTM berada di 13,78, lebih tinggi dari rata-rata indeks di 8,51. Namun harga tersebut masih masuk akal jika melihat dominasi Telkom di pasar, kekuatan arus kas, dan pendapatan yang stabil.
Earnings Yield yang berada di 7,26 persen mencerminkan imbal hasil yang sehat. Begitu pula Price to Sales di level 2,13 dan Price to Book Value di 2,38, angka yang wajar untuk emiten berstatus blue chip dengan karakter bisnis defensif.
Tingkat pengembalian modalnya pun tergolong impresif, dengan Return on Equity 17,3 persen dan Return on Capital Employed 18,9 persen. Beban utang relatif aman, tercermin dari Interest Coverage Ratio di 7,59, meski rasio lancar yang berada di 0,71 sedikit di bawah ideal, sesuatu yang lumrah bagi perusahaan di sektor ini.
Kinerja keuangan di kuartal kedua 2025 memang mengalami sedikit tekanan. Pendapatan tercatat turun 3,96 persen secara tahunan menjadi Rp147,68 triliun, sementara laba bersih turun 9,51 persen menjadi Rp22,86 triliun.
Meski demikian, margin laba bersih tetap terjaga di 14,2 persen dan margin operasional di 25,88 persen, menunjukkan efisiensi yang masih kuat.
Menariknya, Telkom tetap konsisten membagikan dividen besar, dengan payout ratio mendekati 96 persen dan dividend yield 6,68 persen. Free cash flow yang solid, mencapai Rp36,99 triliun, memberi keleluasaan bagi perusahaan untuk terus memperkuat jaringan dan teknologi.
Pergerakan harga saham dalam beberapa bulan terakhir semakin menegaskan sentimen positif yang mengelilingi TLKM. Dalam sepekan, harganya naik hampir 5 persen.
Dalam sebulan, lonjakannya mencapai 16,48 persen, dan jika ditarik enam bulan ke belakang, kenaikannya sudah menembus 28,23 persen. Sejak awal tahun, penguatan mencapai 17,34 persen.
Walau belum kembali ke puncak harga dalam tiga tahun terakhir, tren jangka pendek hingga menengah jelas condong ke arah pembeli.
Dari sisi teknikal, hampir semua indikator utama berada di zona beli. RSI yang berada di 74,78 memang mendekati area jenuh beli, namun belum menunjukkan tanda kelelahan tren.
MACD positif, ADX di level tinggi 48,12 mengindikasikan tren yang kuat, sementara CCI di 192,2 mengonfirmasi momentum positif yang sedang berlangsung.
Seluruh garis moving average, dari jangka pendek hingga panjang, berada di bawah harga saat ini. Ini menjadi sebuah tanda klasik dari tren naik yang solid. Level 2.990 menjadi pijakan penting, dengan area 3.010–3.030 sebagai gerbang berikutnya. Jika mampu ditembus, target 3.050 terbuka lebar.
Bagi trader jangka pendek, kondisi ini menawarkan peluang untuk melanjutkan momentum, meski tetap perlu waspada terhadap potensi koreksi sehat. Sementara bagi investor jangka menengah dan panjang, Telkom tetap menjadi kandidat kuat untuk portofolio, berkat fundamental yang kokoh, dividen tinggi, serta peran strategisnya di tengah akselerasi transformasi digital di Indonesia.
Selama harga bertahan di atas 2.990, jalan bagi tren positif TLKM masih terbuka, didukung kekuatan teknikal yang sejalan dengan pondasi fundamentalnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.